13; lee winwin? siapa?

3.9K 446 160
                                    

vomment juseyo~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

vomment juseyo~

yey, happy reading! <333






















Sunday, 10 March 2019. — 44 days left.

"Apa?! Kamu nggak lagi bercanda kan, Eve?!" tanya Jeno kaget setelah aku selesai menceritakan semuanya. Kita berdua, aku dan Jeno sedang berada di toko starbucks. Coffee shop favorit Jeno, salah satunya.

"Apakah aku akan menggunakan nyawa Jaemin sebagai candaan, Jen? Kagak kan? Ya ini fakta, lah!" ujarku sedikit kesel.

"Maaf Jen, aku lagi datang bulan jadi sedikit sensitif," ujarku ke Jeno dengan nada bersalah.

Jeno tidak menghiraukan perminta maafanku, ia hanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Sudah tidak ada mood lagi bagi Jeno untuk meminum vanila latte, kopi favoritnya.

"Beneran udah nggak ada harapan lagi kata om Henry untuk tolongi Jaemin?" tanya Jeno ke aku dengan nada menahan tangisan.

Aku menggeleng kepalaku pelan. "Maafin aku Jen, kalau bukan karena aku, Jaemin pasti bakal baik baik aja. S— sumpah, kamu boleh benci aku kok Jen!" ucapku merasa bersalah banget.

"Bukan salah kamu, Eve. Takdir Jaemin memang sudah begini.... akan sama seperti kakak sodaranya."

Ucapan Jeno barusan sukses membuatku menangis deres lagi. Melihat aku menangis, Jeno langsung memelukku erat. Erat banget pula.

"Kamu boleh merasa bersalah atau menyesali apapun yang kamu lakukan. Tapi kamu harus inget satu hal Eve, menyesali tidak boleh lama. Boleh diinget selamanya apapun yang kamu lakukan, tapi tidak dengan merasa bersalah kamu. Itu nggak boleh lama. Karena apa? Karena setelah itu, kamu harus menjalani hidup kamu dengan baik. Bukan menjalani hidup dengan perasaan bersalah," ucap Jeno ke aku panjang lebar.

Ucapan Jeno barusan sama seperti apa yang telah papa ucapkan ke aku. Tapi sama saja! Jaemin adalah cowok yang kusayangi. Mau aku menjalani kehidupanku tanpa merasa bersalah, sesungguhnya itu tidak akan terjadi.

"Kalau nasib Jaemin sudah di takdirkan adalah kematian. Mau kita paksa ubahin nasib Jaemin pun tetap saja tidak akan berubah. Yang bisa kita lakuin sekarang adalah....

menemani Jaemin sampai akhir."

××××

"Buset Jen! Gue nggak yakin bisa!" ucap Chenle ke Jeno dan aku. "Lagipula buat apa, sih? Nggak faedah banget sumpah, Jen!" ucap Chenle lagi.

"Butuh penjelasan nggak kenapa gue suruh lu begitu?" tanya Jeno ke Chenle.

"Ya butuh penjelasan, lah! Apa-apaan coba suruh bapak gue liburin dua minggu. Lagipula ya Jen, ini bulan Maret loh! Lagi masa sibuk kita untuk bimbel sana sini, lu malah minta libur. Kan lu yang goblok, Jen!" ucap Chenle yang akhirnya kesal juga.

𝙅𝙖𝙚𝙢𝙞𝙣 𝙍𝙞𝙫𝙖𝙡𝙙𝙤Where stories live. Discover now