Part Three : I do! Do I?

4K 473 34
                                    

Asap tipis telah menghilang, Rose Congou tea yang tersaji diatas meja kaca itu sudah dingin tertelan oleh angin bulan Desember, namun aroma mawar dari teh merah keemasan itu masih dapat Namjoon cium, sesungguhnya Namjoon tidak begitu menyukai teh, ia lebih memilih kopi, tetapi pemuda dihadapannya nampak begitu menikmati cairan dengan cita rasa sepat itu, ia menyesap tehnya dengan gerakan anggun hingga hanya tersisa setengah dari cangkirnya.

"Jadi, Namjoon-ssi, kau juga berkuliah di Universitas yang sama denganku?" Kedua tangan Namjoon yang bertaut di lututnya terlepas, ia menjawab dengan suara beratnya, "Ya, kita berada dalam satu gedung Fakultas yang sama, namun berbeda jurusan."

Seokjin meletakan cangkir porselain iti diatas meja, hampir tanpa menimbulkan suara, ia tersenyum, "Jurusan apa yang kau ambil?"

Namjoon membalas senyumnya, ia menjawab, "Sastra Inggris."

Senyum Seokjin melebar, ia menopang dagunya dengan sebelah tangan seraya mencondongkan wajahnya, "Apa itu artinya kau orang yang romantis?" Jemari Namjoon yang menggenggam gagang cangkir porselain itu terpaku, ia menaikkan sebelah alisnya, "Maksudnya?"

Seokjin mengedipkan sebelah kelopak matanya, gigi putihnya terlihat kala ia memperlihatkan tawa gelinya, "Sastra itu identik dengan sesuatu yang romantis, kau mahasiswa jurusan sastra, itu berarti kau romantis."

Sanggahan Namjoon berikan, "Tidak juga, aku lebih ke realistis." Ia mengalihkan pandangannya seraya mengangkat cangkir itu untuk mendekat pada bibirnya, Namjoon menyesap teh yang aromanya bagai parfum Prancis itu, dan ia menyesal setelahnya.

"Benar 'kah itu?" Seokjin tertawa melihatnya, dan Namjoon meringis dibuatnya, dari pada menjawab pertanyaan rancu pria yang lebih tua itu, ia balik bertanya, "Ini tidak pakai gula ya?" Alis Namjoon berkerut, cangkir teh itu menimbulkan suara 'tuk' nyaring saat ia meletakannya kembali di atas meja.

"Tidak," Seokjin menggeleng, "gula akan merusak aroma alami dari teh itu."
Namjoon menghela nafas pelan, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, "Di lain kesempatan, jika diperbolehkan, aku lebih memilih disuguhkan kopi." Seokjin hendak bicara, tetapi Namjoon buru-buru melanjutkan, "Dengan gula."

Seokjin terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya suara gelak tawa layaknya kaca yang diusap dengan lap basah itu terdengar, "Heh? I like that laugh." Gumam Namjoon tanpa sadar, sebelum akhirnya meniru suara tawa pria di depannya.

"Maafkan aku."

Dimple Namjoon membuat cekungan dalam, ia tersenyum lebar, "Tak apa." Dalam benaknya Namjoon berekspektasi, bahwa ia dan Seokjin bisa akrab dengan mudah.

"Aku akan meminta pada maid di sini untuk menukar teh mu dengan kopi," Seokjin mengeluarkan telepon genggam dari saku jasnya, ia mengetik sesuatu, nampaknya ia memberikan perintah pada maid di rumahnya lewat pesan singkat, "kau yakin masih mau menambahkan gula pada kopimu?"

Dahi Namjoon berkerut, ia hendak bicara, tapi kali ini Seokjin ganti menyelanya, "Kau bisa meminum kopimu sambil memandangku, dengan begitu kopimu akan berubah manis."

Ah, mungkin Namjoon terlalu cepat membayangkan momen menyenangkan dirinya dengan Seokjin, mengobrol hal yang logis dan masuk akal bersama selama kontrak dari pernikahan mereka berlaku, yang artinya akan menjalin rumah tangga yang 'biasa saja'. Namjoon sudah sering mendengar lelucon, tapi kali ini sungguh membuatnya menyunggingkan senyum yang miring.

Mamoru [End]Where stories live. Discover now