Part Four : Fake Wedding

3.9K 473 35
                                    

Namjoon pernah membayangkan sebuah pernikahan sebelumnya. Ia menikah dengan seorang gadis cantik berambut panjang dan tinggi, gadis itu nampak mempesona saat ia mengenakan gaun putih sederhana dan sepatu convers high berwarna merah. Ya, menikah dan mengenakan sepatu sneakers tidak ada salahnya bukan?

Di bayangan Namjoon, gadis itu nampak lugu namun sikapnya dewasa, ia berasal dari Gwangju atau Yeosu, kota besar di propinsi Jeolla. Namjoon dapat melihat senyum indahnya saat ia menyematkan cincin pernikahan bertahtakan satu berlian kecil diatasnya pada jari manis si gadis, lalu mencium keningnya saat pastor meresmikan status mereka sebagai suami-istri.

Dan disini 'lah ia sekarang, di dalam dunia nyata. Setelan jas yang ia kenakan memang tak jauh berbeda dalam bayangannya, kemeja putih, dasi kupu-kupu berwarna hitam, celana berbahan satin gelap dan jas yang berwarna senada hanya saja corak putih keabuan menghiasi kerahnya. Setelan jas yang ia kenakan dipesankan khusus oleh keluarganya, Namjoon merasa nyaman tapi juga risih saat memakainya, jas rancangan Dolce Gabbana ini harganya bisa membiayai kuliahnya selama enam semester penuh lengkap dengan ujian praktik lapangan, belum lagi jam tangan yang ia kenakan adalah jam tangan merk terkenal dari Swiss, Audemars Piguet, harganya bisa membeli tiga unit mobil Chevrolet keluaran terbaru, dan yang membuat Namjoon ingin menangis adalah, apa yang ia kenalan di seluruh tubuhnya bisa membeli satu unit apartemen baru impiannya di dekat kampus. Dan itu semua belum ia kalkulasikan dengan harga sepatu rancangan Allen Edmonds yang terpasang di kakinya.

Satu-satunya yang original dalam diri Namjoon adalah kacamata yang ia kenakan. Kacamata Armani hadiah ulang tahunnya dari Jimin di dua tahun yang lalu. Namjoon menatap wajahnya dalam pantulan cermin, rambutnya tersisir rapih ke belakang dengan riasan profesional yang menutupi guratan yang menurut mereka kurang sempurna di wajah Namjoon yang memang sudah tampan menjadi semakin menojol, bibirnya juga terpoles dengan bubuhan chapstick agar terlihat lembab dan lebih ranum kemerahan, mereka juga menambah goresan tegas pada matanya agar terlihat lebih elegan saat ia memandang, semua riasan pada dirinya membuat Namjoon nampak berbeda, tetapi masih dalam konteks yang natural. Namun ia merasa, yang ada di dalam pantulan cermin besar itu adalah Park Namjoon, bukannya Kim Namjoon.

"Yang menikah hari ini adalah kau Park Namjoon." Ucap Namjoon pada bayangannya sendiri, ia tersenyum miring, merasa sebagian dari dirinya masih bisa 'bebas' dari semua sandiwara yang akan segera ia lakoni. Diatas meja rias tergeletak selembar kertas tebal dengan tulisan tangan yang tersusun rapi, Namjoon membacanya, di dalam kertas putih gading itu tertulis janji pernikahannya dengan Kim Seokjin, janji yang disusun oleh entah siapa. Janji palsu yang ditulis untuk formalitas semata, Namjoon tak perlu menghafalnya, ia cukup membacanya di depan altar dengan suara lantang.

"Hyung kau di dalam?" Dua kalimat baru Namjoon baca, tetapi suara Jimin dan ketukan berulang pada pintu membuatnya meletakan lembaran kertas itu ke atas kasurnya.

"Masuk 'lah Jimin." Jimin masuk ke dalam kamar mewahnya, ia dan keluarganya menginap di hotel dekat dengan gedung tempat mereka melangsungkan pernikahan yang terbilang sangat niat hanya untuk sebuah pernikahan palsu.

"Apa kau gugup?" Namjoon memaksakan senyumnya saat ia melihat wajah berbinar dan lengkungan lebar di bibir Jimin.

"Tidak terlalu."

Namjoon ingat betul saat Jimin baru pulang dari camp musim gugurnya bersama dengan teman-teman dari club tari di kampusnya, ia mendatangi Namjoon, masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan berteriak tepat di wajah Namjoon yang kebingungan.

Mamoru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang