Part Fifteen : The Last Thing I Do

3.2K 408 106
                                    


Vibrasi antara meja kaca dengan handphone milik Seokjin menggemakan suara, ia yang bersandar pada sofa segera bergerak untuk menengok siapa yang menghubunginya, tepat hampir jam sembilan malam.

Nama Jungkook tertera pada layar smartphone-nya, membuat Seokjin cukup terperangah karenanya. Lewat sapaan biasa, dan kalimat yang terakhir Seokjin dengar membuatnya ingin memastikannya sekali lagi dan bertanya, "Kau akan pergi ke Stockholm?"

Di seberang sana Jungkook hanya menyahut seadanya. Seokjin terdiam untuk sesaat sebelum melanjutkan tanyanya, "Kapan?" Besok. Setelah sekian lama sang adik tak mengubunginya dan membalas pesannya, Jungkook mendadak berpamitan padanya. Aku akan kembali, hyung. Jungkook akan kembali, tapi tidak jelas kapan. Ia hanya meminta agar hyung-nya tidak mengkhawatirkannya dan memaklumi keputusannya untuk pergi dalam beberapa waktu.

Helaan nafas pelan Seokjin hembuskan, sejak saat Jimin mengungkapkan tentang 'bocornya' rahasia yang selama ini ia dan Namjoon simpan, satu kali 'pun, Seokjin belum melihat wajah Jungkook dan mendengarkan apa yang sesungguhnya ia rasakan setelah tahu semuanya, dari mulutnya sendiri, "Kenapa mendadak sekali, apa ayah dan ibu sudah tahu?" Sudah, mereka menyetujui keputusanku dan memintaku untuk segera memberitahumu. Dari nada bicaranya, Jungkook terdengar seperti dirinya yang biasa. Tenang, seolah tak ada yang pernah terjadi. Seokjin tak tahu harus bereaksi seperti apa. Harus 'kah ia menanyakannya?

Seokjin memutuskan untuk tidak membahasnya, ia berkata dengan suara yang lirih, "Kembali 'lah kesini secepatnya, aku akan merindukanmu Jungkookie. Maafkan aku karena tak bisa mengantarmu, tapi akan kuusahakan untuk menjemputmu saat kau pulang nanti."

'Hyung, tak usah dipaksakan. Aku bisa ke bandara sendiri. Kau lupa, kalau besok jadwalmu padat, kau yang akan menggantikan appa untuk datang ke pabrik.'

Ya, Seokjin sepenuhnya lupa. Besok merupakan hari penting baginya, karena sang ayah menunjuknya untuk menjadi wakilnya di perusahaan dan menggantikan tugasnya. Seokjin harus mengevaluasi suply dan alat berat, rapat direksi, dan uji coba alat produksi yang baru. Sementara sang ayah berada di negara yang jauhnya beribu-ribu kilometer untuk membuka cabang perusahaan disana.

Besok, merupakan hari yang sangat sibuk dan melelahkan untuknya.

"Baik 'lah, berhati-hati 'lah, Onggu-ah." Klik. Setelah mengucapkan 'terima kasih', telepon yang mengubungkannya dengan sang adik terputus. Seokjin menatap layar smartphone-nya yang masih menyala, menampilkan deretan nama dari beberapa panggilan masuk, yang kebanyakan adalah dari Jungkook dan ayahnya.

"Jungkook akan pergi?" Namjoon menghampirinya, membawa laptop lengkap dengan charger-nya. Ia memang lebih sering mengerjakan tugasnya di ruang tengah dari pada di kamar mereka. Menurutnya, udara yang masuk lebih banyak karena ruangan itu terhubung langsung dengan balkon utama.

Seokjin kembali bersandar pada sofa seraya memperhatikan suaminya duduk di lantai dengan bersila, dan meletakan laptop-nya diatas meja, lalu mengaktifkan dayanya, "Ya, ia memutuskan untuk pergi ke Stockholm."

"Dia.. tidak 'membahasnya'?" Namjoon menoleh padanya, dan Seokjin menjawabnya dengan gelengan pelan, membuat alis pria tinggi itu naik dan dahinya berkerut.

"Kurasa ia tidak akan membahasnya untuk saat ini, entah apa yang membuatnya seperti itu, tapi kurasa, adikku memang telah benar-benar berubah." Ucap Seokjin sambil meletakan handphone-nya diatas meja dan kembali meraih buku yang sebelumnya ia baca.

Mamoru [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora