Part Six : Past and Future

3.5K 479 36
                                    

11 hari, 7 jam, dan 52 menit. Kurang lebih 384 hari lagi kontrak dari pernikahan ini selesai. Sudah lebih dari satu minggu, Namjoon tidak membuka semua akun SNS-nya dengan sengaja karena ia sadar betul, dirinya telah menjadi sorotan dan bahan pergunjingan hingga namanya terus muncul dalam situs pencarian Naver selama hampir satu minggu, Jimin yang memberi-tahunya. Ia sekarang memiliki banyak fans, mereka bilang ia berkarisma dan aura orang cerdas memancar dalam dirinya.

Sesungguhnya, Namjoon tidak terlalu terkesan akan hal itu, ia tidak suka menjadi pusat perhatian, ia risih saat kisah hidupnya dipublikasikan. Pernikahan ini benar-benar merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.

"Namjoon-ah." Namjoon menoleh saat Seokjin memanggilnya. Butuh waktu yang cukup singkat sampai Namjoon terbiasa dengan Seokjin, layaknya saudara yang tinggal dalam satu atap, karena banyaknya kecocokan dalam pribadi yang saling mereka temukan hingga membuat Namjoon dan Seokjin cepat akrab.

Seperti sekarang, mereka memutuskan untuk diam di rumah setelah satu minggu lebih disibukan oleh berbagai macam jadwal yang telah diatur oleh keluarga mereka, salah satunya undangan untuk menghadiri acara talk show dua hari lalu.

Namjoon sendiri kaget, kemampuan aktingnya kian meningkat saat ia harus berpura-pura mesra dengan Seokjin. Seraya merangkul Seokjin, Namjoon menjawab dengan lancar pertanyaan yang sebelumnya sudah ia pelajari bocorannya, hanya dalam waktu satu jam, ia seolah-olah sudah mengenal lama sosok dalam rengkuhannya, ia tahu apa warna kesukaannya, apa hewan kesayangannya, hingga brand apa yang sering ia kenakan.

"Kau mau pergi?"

Namjoon mengangguk sebagai jawaban, "Ya, aku ada janji." Ia menjawab seadanya, tetapi ia tidak bohong, Namjoon memang sedang ada janji dengan seseorang.

"Pakai topi dan maskermu." Seokjin mengingatkan, mereka baru sadar bahwa hidup mereka akan selalu menjadi sorotan saat 'kencan' pertama mereka di toko buku tua yang sering Namjoon kunjungi beberapa waktu lalu beredar luas di berbagai situs pemberitaan.

"Ok." Namjoon kembali lagi ke kamarnya, dan beberapa menit kemudian ia kembali keluar dengan mengenakan topi, masker, dan syal tebal yang membebat leher jenjangnya. "Ada yang mau kau titipkan selagi aku keluar, hyung?"

Seokjin yang sedang duduk bersila diatas sofa dengan laptop dipangkuannya terdiam, ia lalu menjawab dengan gelengan pelan, "Tidak, terima kasih."

Jika boleh jujur, Namjoon merasa agak tidak nyaman dengan kehidupannya sekarang. Sekarang, kemana 'pun Namjoon melangkah ia akan menjadi pusat perhatian, ia bahkan memiliki anti, padahal yang ia lakukan hanya bernafas dan tidak menyakiti siapa pun. Namjoon sempat berbikir, 'Jadi ini hidup yang selalu Seokjin hyung jalani?' Ia mengerti betul, bahwa yang Seokjin inginkan adalah agar orang-orang menikmati karyanya, mendengarkan lagunya dan mendapat inspirasi dari liriknya yang dibuat setulus hati oleh Seokjin sendiri. Namjoon sudah mendengarkan semuanya, dan ia mengagumi karyanya. Namjoon heran kenapa ada saja orang yang tak menyukainya.

Namjoon ingat saat Seokjin mengatakan, "Namjoon-ah, jangan terlalu memikirkan komentar negatif tentangmu, lihat," dengan senyum riangnya yang seperti biasa ia perlihatkan, Seokjin menunjuk layar tab yang ia buka, "banyak dari mereka yang menyukaimu, fokus saja pada mereka." Namjoon berpikir, mungkin pemikiran yang Seokjin utarakan ada benarnya juga, dan ia kuat karena hal itu, terlepas dari anti atau haters kurang kerjaan yang menghujatnya, dibalik itu semua Seokjin memiliki fans yang menyukai dan mendukungnya serta membelanya dari komentar negatif yang berusaha memojokannya.Tapi tetap saja, beda kasusnya dengan Seokjin, anti Namjoon sepertinya lebih banyak karena banyak orang yang menganggapnya 'asing' dan 'merebut Seokjin dari mereka', ia sedikit bersyukur, untung bukan Jimin yang ada diposisinya saat ini.

Mamoru [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang