Part Sixteen : Heart Made of Glass

2.7K 396 172
                                    

Lebih dari 30 menit, Hoseok, Yoongi dan Jimin terlambat dari waktu yang telah mereka janjikan. Namjoon menunggu di halte bis kompleks rumahnya selama setengah jam lebih, dan menatap ujung jalan dengan tatapan penuh hara. Ia berharap mobil yang membawa teman-teman dan adiknya terlihat dari pandangan. Keadaan diperburuk karena Yoongi atau kekasihnya, Hoseok tak kunjung menjawab panggilan atau pesan singkat darinya.

Satu-satunya harapan Namjoon adalah Jimin, ia hendak men-dial nomor telepon adiknya itu, namun satu panggilan masuk datang dan kebetulan, nama Jimin tertera pada layar ponselnya.

Tanpa pikir panjang, Namjoon segera mengangkatnya, dan belum sempat ia menanyakan alasan dari keterlambatan mereka, Jimin telah lebih dahulu bicara dengan nafas yang memburu, 'Hyung, mianhae. Kami tidak bisa menjemputmu karena ban mobil Hoseok hyung pecah. Kalau sempat, kami akan menyusul dengan menggunakan taksi setelah membawa mobilnya ke bengkel.'

Kejadian tak mengenakan benar-benar terjadi di saat yang tidak tepat. Namjoon memakluminya, yang penting teman-teman dan adiknya terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Sepertinya ia yang akan mengantar Sowon sendiri. Namjoon dapat mendengar keluhan Yoongi, dan ucapan penuh sesal dari Hoseok, Jimin memberitahunya bahwa mereka sedang menunggu layanan dinas perhubungan kota, untuk mengangkut mobil Hoseok ke bengkel terdekat.

Siapa sangka, rencana awal mereka untuk mengantar Sowon dengan mobil Hoseok yang ia kendarai bersama dengan Yoongi, yang lebih dahulu menjemput Jimin, lalu Namjoon dan akhirnya Sowon, kemudian mereka akan pergi ke bandara bersama tidak berjalan dengan semestinya.

"Ok, baiklah, hati-hati dan terus hubungi aku." Ucap Namjoon diujung teleponnya, ia menghela nafas panjang setelahnya. Dalam benak Namjoon, ia menyesali dirinya yang tidak pernah belajar menyetir. Sekarang ia harus memanggil taksi, namun untungnya, jarak rumahnya dengan apartemen Sowon terbilang dekat, karena masih dalam satu wilayah yang sama.

Tak menunggu lama, taksi yang Namjoon pesan datang. Ia segera duduk di kursi penumpang, setelah memberitahukan tujuannya pada supir, Namjoon segera menghubungi Sowon lewat telepon. Tanpa menunggu lama, sambungan telepon telah terhubung.

Terdengar suara lembut Sowon yang memanggilnya, dan bertanya, 'Yoboseyo, oppa? Apa terjadi sesuatu?'

"Apa Jimin sudah menghubungimu?" Namjoon balik bertanya, ia lupa menanyakann pada Jimin, apa adiknya itu sudah memberitahu Sowon atau belum perihal kemungkinan dari batalnya janji mereka.

'Iya, aku sudah tahu tentang mobil Hoseok oppa.' Sowon berucap, ia terdengar tenang.

"Aku akan menjemputmu dengan taksi, aku takut mereka tak akan sempat karena penerbanganmu dua jam lagi." Namjoon melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jimin dan yang lain bisa saja menyusulnya dan Sowon dengan taksi, setelah mereka berhasil membawa mobil Hoseok ke bengkel. Tetapi tentu saja, akan memakan waktu lama dan kemungkinan untuk datang tepat waktu sangat 'lah kecil.

'Baiklah, oppa. Aku mengerti.'

Namjoon mengkhawatirkan wanita yang sedang menunggunya itu, Sowon terlihat senang saat ia tahu kalau semua sahabatnya akan hadir mengantarnya, tapi kenyataannya tidak demikian. "Kau tak apa-apa?"

'Aku baik-baik saja, keadaan memang bisa berubah kapan saja. Walau aku berharap supaya mereka akan sempat menyusul ke bandara.' Dapat didengar oleh Namjoon, helaan nafas Sowon yang mendayu lembut, ia nampak sedih dan kecewa.

Mamoru [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora