Part Twenty-One: A Lonely Whale

2.8K 432 109
                                    

Kalau Namjoon bisa, mungkin ia akan melampiaskan apa yang dirasakannya sekarang. Hanya saja ia terlalu lelah, semua yang didapatkannya hari ini terlalu menyiksa batinnya. Dihadapannya, Yoongi terus bertanya padanya, ia mengkhawatirkannya, tentu saja. Tetapi Namjoon tak mampu mendengar apa 'pun, begitu juga suara Jimin yang duduk disebelahnya, sesekali memeluknya, dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

"Namjoon hyung..." Dengan suara lirihnya, Jimin kembali memanggil. Kali ini Namjoon mendengarnya, tapi ia tak memberikan respon berarti, hanya satu kedipan mata menandakan bahwa Namjoon masih berpijak di bumi. "Maafkan aku." Jimin mengucapkan maaf, setelah ia menyampaikan semua yang ia ketahui, tentang Sowon, Hyosang, dan tentu saja, Seokjin, Namjoon seolah berhenti bergerak dan nafasnya kian tercekat, melihatnya saja membuat Jimin tak kuasa menahan kesedihannya, ia mengerti apa yang dirasakan hyung-nya walau Namjoon tak berkata apa-apa.

"Seseorang berniat membunuhnya," suara Namjoon terdengar begitu pelan, bagai bisikan penuh penyesalan. "Dan aku tak ada disana untuknya." Kepalanya bergerak ke bawah, menunduk, menatap kosong pada lututnya yang berbalut jeans berwarna kelabu sewarna iris matanya.

Yoongi menatap lurus pada sahabatnya, "Berhenti menyalahkan dirimu sendiri," ucapnya, diiringi dengan hela nafasnya yang mendayu pelan. "Kau tidak tahu apa-apa tentang semua ini, kalau kau turut berada disana saat itu, mungkin kau juga akan ikut terluka." Membayangkannya saja Yoongi tak mampu, apa yang terjadi pada Seokjin sudah sangat buruk baginya, apa lagi jika Namjoon juga ada disana dan ikut terluka. Yoongi memang jarang menunjukkannya, tapi ia lebih dari sekedar peduli pada teman-temannya. Melihat Namjoon saat ini saja sudah membuatnya sedih dan 'tak terima'.

"Pelakunya masih berkeliaran di luar sana?" Tiada kata yang keluar dari bibir sahabat dan adiknya, namun Namjoon telah mendapatkan jawabannya. Dengan jemari kirinya, Namjoon menjambak sendiri rambutnya seraya menggeram penuh amarah, ia tak mampu menyalurkan dengan tindakan, dan hanya bisa merutuki diri dalam hati.

Jimin merasa, ia telah menambah penderitaan Namjoon dengan menceritakan segalanya. Tapi Namjoon berhak tahu alasan mengapa Seokjin meninggalkannya, ke Paris, "Dari yang ku dengar, Jungkook membawa Seokjin hyung ke Paris tanpa memberi-tahukan alamat lengkapnya pada siapa 'pun adalah langkah awalnya untuk melindungi Seokjin hyung selama investigasi berlangsung." Semua pendapat serta spekulasi yang mereka ketahui dari Soobin, telah Jimin dan Yoongi sampaikan padanya.

"Dimana Hoseok?" Tanya Namjoon seraya mendongak, masih dengan wajah yang sarat akan amarah, dan sekali lagi, ia tak mau melampiaskannya saat sang adik dan sahabat baiknya masih ada bersamanya.

Yoongi menjawabnya, "Mencari Sowon."

"Ke Amerika?" Jimin menggeleng pelan sebagai jawaban, tatapan bingung Namjoon membuatnya membuka suara, "Sowon tidak pernah ke Amerika, selama ini ia berada di Korea, tepatnya Busan." Jimin dan Yoongi sama-sama tahu, Namjoon bukan 'lah orang yang tempramental, ia hampir tidak pernah marah dan jarang menunjukkan emosinya.

Tetapi hanya dari tatapan mata tajamnya saja, mereka berdua diperlihatkan pada amarah Namjoon untuk pertama kalinya. Jimin yang paling lama hidup dengannya saja, tidak pernah melihat hyung-nya se-marah ini. Ada rasa takut yang menjalar di tengkuk Jimin, saat ia menatap langsung mata sang kakak. Begitu juga Yoongi, yang memilih untuk bungkam.

"Mereka," Dengan hampir berbisik, Jimin kembali bicara, "-maksudku, teman Hoseok hyung yang kebetulan pernah bertemu dengan Sowon, mereka melihatnya di rumah sakit Busan. Teman Hoseok hyung yang saat itu sedang menjenguk neneknya bilang, awalnya ia tak yakin, tapi saat mereka berpapasan di lobby, ia sangat mengenalinya, dan menyadari bahwa yang ia lihat memang Sowon." Jelasnya. Selanjutnya, hanya kedua tangan Namjoon yang bergerak perlahan untuk menutup mulutnya.

Mamoru [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora