Love Pain pt.4 (End)

4.7K 382 113
                                    

🎶Winner- Fool


"Pergi kau dasar tak tahu malu!"

"Aku tahu putri ku seperti ini karena mu kan?"

"Dasar laki-laki tak berguna! Pergi dari hidup Seulgi!"

Makian seminggu lalu itu sama sekali tak berarti dibandingkan apapun yang sudah dia lakukan. Makian dari ayah Seulgi itu seolah tak berarti apapun bagi Jimin jika dibandingkan dengan apa yang dia dapat beberapa menit yang lalu.

Seminggu yang lalu, dia masih mendengar makian itu berkumandang untuknya. Seminggu yang lalu, dia masih diusir dari rumah sakit karena selalu datang mengunjungi Seulgi.

Dia bahkan harus menerima beberapa pukulan di wajahnya saat ayah dari gadis itu datang dari Busan dan melihatnya.

Tapi sungguh, demi apapun, dia lebih baik mendengar cacian itu dari pada mendengar satu kabar yang membuatnya benar-benar terdiam tanpa bisa bergerak sedikit pun dari sana.

Satu kalimat yang membuatnya membeku detik itu juga.

Seulgi.. meninggal? Apa ini nyata?

Tidak, ini pasti tak nyata kan?

Dia menunggu gadis itu bangun, bahkan berhari hari tanpa lelah di rumah sakit. Tapi sekarang apa? Apa yang dia dapat? Seulgi meninggalkannya?

Jimin bahkan belum sempat meminta maaf. Dia bahkan belum sekali pun melihat gadis itu membuka matanya. Kenapa? Kenapa ini harus terjadi secepat ini?

Seulgi pergi, tanpa pamit.

Langkahnya bahkan terlihat lemah dengan tatapan kosong di sana. Kakinya tak tahu membawa Jimin kemana setelah pria itu keluar dari rumah sakit.

Yang jelas, entah kenapa, kini Jimin baru sadar jika dia ternyata berada di jalan yang menuntunnya ke rumah Seulgi.

Ke flat gadis itu, flat mereka.

Flat mereka? Benarkah?

Dengan tatapan kosong serta air mata dan sekantong buah di tangannya, Jimin menatap nanar pintu rumah itu setelah dia sampai di sana.

Tidak, tak ada yang dia lakukan setelah itu. Dia bahkan yakin jika kini dia sedang bermimpi karena mendengar kabar itu.

Seulgi.. tidak, dia masih hidup.

Flat itu terlihat gelap tak berpenghuni. Dan di sini bahkan tak ada siapapun membuat Jimin bisa menyimpulkan jika flat itu memang kosong.

Tidak kan? Seulgi ada di dalam kan?

Langkahnya terlihat bergetar saat dia beranjak mendekat ke sana. Tangannya bahkan melambat saat dia ingin mengetuk pintunya.

Dia khawatir, dia khawatir akan pertanyaan yang ada di kepalanya. Bagaimana jika tak ada yang membukanya? Bagaimana jika memang tak ada siapapun di sana? Bagaimana jika.. gadis itu memang tak ada?

Jimin menunduk menahan tangisnya di sana. Demi apapun, kenapa ini sakit sekali?

Tapi dia tak bisa seperti ini. Bisa saja semuanya bohong kan? Bisa saja seulgi ternyata ada di dalam kan? Ya, dia tak boleh seperti ini.

Sampai kini, Jimin kembali menatap pintu itu lalu mengetuknya perlahan.

Tok.. Tok..

Dia mengetuknya meskipun tak yakin akan ada yang membukanya.

Ketukan pertama, semuanya hening. Sampai ketukan kedua..

ABOUT USΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα