The Girl Behind the Door pt.3

848 181 49
                                    


Meski takut pada pria asing yang datang tiba-tiba entah dari mana, Seulgi tak bisa berhenti untuk tak memandangi pria itu diam-diam dan mengintip dibalik rak buku. Bahkan Seulgi betah memandangi pria itu saat dia tengah tertidur.

Jimin, Seulgi memang masih takut padanya, tapi entah kenapa, Seulgi mulai terbiasa setelah pria itu beberapa hari di rumahnya. Mereka mengobrol, mendengarkan musik bersama, bermain tebak-tebakan, dan hal lainnya. Jimin bahkan benar-benar baik, tak seperti apa yang selalu Seulgi pikirkan tentang semua orang. Meskipun semua hal itu mereka lakukan tanpa saling pandang-hanya dipisahkan oleh rak buku, Seulgi untuk pertama kalinya dapat tersenyum kembali oleh seseorang. Oleh pria asing bernama Jimin itu.

Seulgi masih betah memandangi Jimin yang terlelap, sampai dia begitu terkejut saat menyadari jika Jimin sudah membuka matanya. Dan sialnya, Seulgi ketahuan.

"Seulgi? sudah bangun?"

Detik itu juga, Seulgi membalikkan badannya agar Jimin tak bisa melihatnya.

"Kau sedang apa?"

"Eum.... aku hanya..." Jimin kemudian bangun dari sofa.

Merasa Jimin, mendekatinya, Seulgi sedikit menjauh.

"Tadi malam aku ke supermarket, aku membeli beberapa makanan, kau mau?" Jimin mengambil sekantong makanan itu dan berniat memberikannya pada Seulgi. Tapi Seulgi masih membelakanginya. "Makanan sudah mulai habis, dan kau pasti belum makan kan? Ambillah Seulgi, kita makan bersama."

Seulgi terlihat ragu dengan tawaran itu. Bukan apa-apa, dia hanya tak tahu bagaimana harus mengambilnya dari Jimin. Dia masih takut.

Jimin pun diam-diam mendekat, meskipun pada akhirnya Seulgi tetap menyadari itu dan mulai menjauh, semakin bersembunyi dibalik rak buku.

Jimin hanya bisa menghela nafasnya.

"Tak apa, aku akan menaruhnya di sini agar kau bisa makan." Jimin menaruh kantong makanan itu dekat rak buku agar Seulgi bisa mengambilnya sendiri.

Jimin pun memutuskan untuk kembali duduk di sofa dan terdiam untuk beberapa saat. Dia terlihat berpikir.

"Seulgi?" Panggil Jimin. "Kau.. masih takut padaku?"

Pertanyaan itu membuat Seulgi berpikir. Seulgi rasa, dia belum siap berdekatan dengan Jimin, meskipun Seulgi baru sadar jika perasaan cemasnya saat bertatap dengan Jimin tak separah itu. Jika dia berpikir ulang, rasanya Seulgi bisa sangat berani saat membawa Jimin masuk ke dalam rumahnya. Bayangkan saja, Seulgi bahkan membuka jaket Jimin yang basah saat itu. Bukankah, hal itu tak terlalu buruk? Lalu kenapa dia selalu menjauh?

"Seulgi?" Panggil Jimin lagi.

"Aku..."

"Tak apa jika kau masih takut, aku mengerti, tapi kau harus mencoba meyakinkan dirimu jika tak semua orang itu jahat." Jimin menjeda kalimatnya. "Ya, aku memang tak selalu berbuat baik, tapi buktinya, aku tak melakukan hal jahat padamu kan? Kau bahkan tak melihatku melakukan hal buruk. Apa hal itu belum membuatmu percaya padaku?"

Di sana, Seulgi masih terdiam.

"Aku tak keberatan saat kita melakukan hal bersama meskipun bahkan kita dipisahkan oleh rak buku dan tak pernah saling menatap." Senyum Jimin mengembang. "Mengetahui jika kau meresponku saja, aku sangat senang Seulgi, sungguh."

Dan memang benar, selama ini mereka hanya terpisah oleh rak buku yang menghalangi.

"Tapi.. Aku sangat berharap jika kau tak takut padaku lagi. Aku sangat ingin mengobrol denganmu secara langsung. Apa.. hal itu akan terjadi?"

ABOUT USWhere stories live. Discover now