The Girl Behind the Door pt.2

1K 207 56
                                    

Ini gila, Seulgi membawa pria itu ke dalam. Ya, pria asing yang pingsan itu. Meski setengah mati Seulgi menahan kepanikannya, setengah mati dia menahan kecemasannya, dia masih mau menyelamatkan seseorang. Dia masih punya rasa empati sebagai seorang manusia. Dan kini, Seulgi bahkan tak tahu harus melakukan apa pada pria yang tengah berbaring di sofa kamarnya itu.

Pria itu tak sadarkan diri, mungkin kedinginan lalu pingsan.

Seulgi juga sudah membuka hoodie yang pria itu pakai, menyisakan kaos tipis di sana.

Beberapa lama Seulgi memandangi pria tak sadarkan diri itu, keterkejutan tiba-tiba melanda ketika Seulgi menyadari jika pria itu mulai sadar.

Detik itu juga Seulgi berlari dan bersembunyi di belakang rak buku miliknya agar pria itu tak bisa melihatnya—agar mereka tak saling bertemu.

Seulgi mengintip dan melihat jika pria itu kini tengah memegang kepalanya sebelum memandangi sekitar, mencari seseorang.

"Halo? Ada orang?"

Seketika perasaan cemas itu datang saat mendengar suara pria asing itu.

"Halo? siapapun?" Ujar pria itu lagi. Tapi sepertinya Seulgi harus kembali panik saat pria itu mulai menyadari jika Seulgi tengah bersembunyi di belakang rak buku.

"Halo? Ada orang di situ? Kenapa sembunyi?"

Seulgi tak menjawab, dan dia seketika panik saat pria asing itu bangkit. "Hey--,"

"Jangan mendekat!" Pria asing itu seketika berhenti saat Seulgi mencegahnya.

"Eum... aku hanya—,"

"Diam di situ!" Si pria asing masih mematung karena perintah Seulgi.

"M-minum susu hangatnya. Aku sudah buatkan. Itu akan menghangatkan badanmu."

Dan memang benar, ada segelas susu hangat di atas meja—yang Seulgi buatkan untuk pria asing itu.

"Kau membuatnya untukku?" Tanya pria itu tanpa Seulgi yang menjawab. "Terimakasih, tapi setidaknya keluar, jangan bersem--,"

"Minum saja susunya, dan pergi dari rumahku!" Seulgi sedikit membentak. Dia panik.

"Tapi... kunci rumahku... aku meninggalkannya di rumah teman. Dan sialnya dia pergi ke Busan. Aku tak tahu harus pergi ke mana."

Seulgi terdiam setelah itu.

"Di luar juga hujan, aku benar-benar—,"

"Kau pikir aku peduli?"

"Jadi kau tak peduli?"

Anehnya, Seulgi tak menjawab dan tak lagi mengusir pria itu. Mereka terdiam untuk beberapa saat.

"Sebelumnya terimakasih karena sudah menolong. Aku—,"

"Aku tak mau menolong, kebetulan saja kau pingsan, jadi aku--,"

"Apapun itu terimakasih, aku berhutang budi padamu." Seulgi kembali terdiam. "Terimakasih juga susu hangatnya."

Keheningan kembali melanda. Untuk beberapa lama, suara gemericik hujan menemani kediaman mereka. Sampai pria asing itu kembali berbicara.

"Eum ngomong-ngomong... perkenalkan, namaku Park Jimin." Meski mereka tak bertatap secara langsung, obrolan itu masih berlanjut. "Aku tinggal di dekat sini. Namamu siapa?"

Tentu saja tak ada jawaban dari Seulgi.

"Aku tahu aku hanya orang asing dan kau tak mungkin berbicara padaku, tapi izinkan aku berada di sini, aku benar-benar tak tahu harus kemana."

ABOUT USWhere stories live. Discover now