01. Azka Setan Tampan

34.5K 804 81
                                    

"Jangan bermain-main denganku cantik." (Azka)

Terdengar riuh ramai di lapangan SMA Merah Putih. Siswi-siswi berteriak histeris ketika melihat sang 'setan tampan' idola mereka akan bertanding basket melawan salah satu temannya sendiri.

"Azka... Semangat yah..."

"Gue dukung lo Azka..."

Yang diteriaki namanya hanya fokus menatap lawannya yang merupakan temannya sendiri yang sama-sama handal dalam bermain basket.

"Yah, mereka kayaknya lebih mendukung lo dari pada gue. Gue sih enggak masalah, asalkan kalau lo kalah siap-siap untuk mengabulkan permintaan gue." Andre berbisik pada Azka disertai seringai seolah mengumumkan kekalahan Azka.

Peluit berbunyi dengan bola yang dilempar ke atas. Keduanya melompat berusaha menguasai bola. Azka berhasil menguasai bola, dia tersenyum mengejek pada Andre. Sebenarnya Azka hanya iseng menantang Andre untuk bermain basket melawannya. Tak disangka siswa-siswi berdatangan untuk menonton mereka.

Mereka sibuk berebut bola dan memasukkan bola ke ring untuk mencetak poin sebanyak-banyaknya. Poin akhirnya seri membuat suasana semakin menegangkan. Bola yang awalnya dikuasai oleh Andre berhasil direbut oleh Azka.

Azka berlari sambil mendribble bola menuju ring lawan. Andre menyusul di belakang Azka dengan seringainya. "Lo... suka mual, 'kan kalau berdekatan sama cewek?"

Kecepatan berlari Azka memelan, wajahnya dipenuhi oleh keringat dengan raut wajahnya yang terlihat dingin sekaligus tertekan. "Gimana kalau... gue minta lo pegang tangan cewek."

Wajah Azka terlihat frustrasi mendengar perkataan Andre. "Jangan harap permintaan lo terpenuhi! Gue akan-- brengsek!"

"Lo lengah, Azka!" Andre tersenyum puas ketika berhasil merebut kembali bola yang dikuasai Azka dan mencetak three points membuat Azka kalah dalam pertandingan.

"Oke, sesuai ketentuan awal permainan. Lo harus menuruti permintaan gue tadi." Andre tersenyum penuh arti. Sebenarnya Andre melakukan semua ini demi Azka. Sampai kapan Azka akan trauma terhadap perempuan hanya karena masa lalunya.

Di sisi lain, seorang gadis cantik yang bernotabene murid baru menatap sekelilingnya yang sepi. Dia berjalan tak tentu arah berusaha mencari ruang kepala sekolah.

"Kenapa sepi sekali?"

Telinganya tanpa sengaja mendengar teriakan histeris membuatnya merasa penasaran. Kakinya melangkah mengikuti arah datangnya suara sampai akhirnya dia berdiri di pinggir lapangan basket. Matanya memicing melihat kedua pria yang berdiri di tengah lapangan.

"Ck, membosankan sekali!" Gadis itu berbalik hendak meninggalkan lapangan basket.

Azka terdiam dengan tangannya yang terkepal erat. Matanya menatap seluruh penonton yang sepertinya menunggu apa yang akan dilakukan oleh dirinya. Azka menggeram kesal, bola basket terlempar olehnya sampai mengenai punggung gadis yang berjalan hendak meninggalkan lapangan.

Gadis itu memekik keras membuat semua penonton mengalihkan pandangannya. "Sialan! Siapa yang melempar bola ini ke arah gue?!"

Gadis itu berbalik, matanya menatap tajam Azka dan Andre yang masih berdiri di lapangan. Seketika banyak pasang mata dari kaum adam yang menatapnya dengan kagum.

Cantik.

Kata itu mendeskripsikan wajahnya walaupun tampak raut wajah marah. Dia melangkah ke tengah lapangan sambil membawa bola yang tadi mengenainya.

"Siapa pelakunya?" Mata gadis itu menatap tajam kedua pria di depannya.

"Gue." Azka menjawab dengan singkat. Matanya mengamati gadis tersebut dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Bugh!

Gadis itu melempar keras bola basket ke wajah tampan cowok yang ada didepannya. Siswi-siswi berteriak histeris menyayangkan wajah setan tampan mereka terkena bola tersebut.

"Sialan lo! Kalau enggak bisa main basket enggak usah main! Nyusahin orang aja! Pinggang gue sakit, bego!"

Azka mengusap wajahnya yang sedikit panas dan perih. Ditatapnya dingin gadis yang saat ini dengan lancangnya melemparnya dengan bola. Selama Azka sekolah di SMA Merah Putih, belum ada yang begitu berani kepadanya. Sekarang, untuk pertama kalinya seorang gadis membuatnya dipermalukan di depan umum.

Gadis pemberani yah.

"Lo anak baru?"tanya Azka dengan senyum meremehkan yang membuat gadis itu semakin berang.

"Iya, kenapa memangnya?!!"sahut gadis itu dengan dagu terangkat angkuh dan terkesan menantang.

Semua yang melihat itu membelalakkan matanya kaget melihat keberanian gadis itu, terutama Andre yang melihatnya dengan tampang cengo. Menurutnya gadis itu hanya akan mendapat masalah jika berurusan dengan seorang Azka yang sudah seperti singa yang buas jika sedang marah.

"Minta maaf sama gue! Sujud di kaki gue sekarang!!"bentak gadis itu tanpa rasa takut.

Azka hanya berdecih menanggapi teriakan gadis itu dan menampilkan senyum miring dengan tatapan dinginnya. Mereka semua tahu bahwa Azka sedang menahan amarahnya karena tangannya saat ini sudah terkepal kuat, Andre menatap ngeri ke arah gadis itu khawatir jika Azka lepas kontrol.

"Woy!! Lo tuli yah?! Minta maaf sama gue cepetan!!" Gadis itu menggeram kesal karena cowok yang ada didepannya hanya menatapnya dingin dengan senyum mengejek. Merasa muak, gadis itu akhirnya berbalik untuk meninggalkan cowok yang menurutnya gila itu.

Tapi tiba-tiba sebuah tangan kokoh menarik tangannya yang membuat gadis itu kembali memutar badannya.

Cupp!!

Sebuah kecupan lembut mendarat di pipi mulus gadis itu yang membuat matanya hampir terloncat.

Semua penonton menganga dengan mata melotot terutama para cewek yang begitu shock sekaligus kecewa pada Azka.

PLAKK!!!

Tamparan keras mendarat di pipi Azka.

"Brengsek lo!! Berani-beraninya cium gue! Lo gak tau hah siapa gue?!! Kalau lo tau siapa gue pasti lo bakalan nyesel udah berurusan sama gue!"bentak gadis itu dengan amarahnya yang memuncak.

"BRENGSEK!!" Gadis itu mendorong dada bidang Azka dengan kuat sampai membuat Azka mundur beberapa langkah karena tenaga gadis itu begitu kuat.

Sebelum berlari meninggalkan lapangan, gadis itu menendang tulang kering Azka dengan kuat yang membuat Azka meringis kesakitan dengan wajah geramnya.

"Shit!!"umpat Azka dengan tatapan geram pada punggung gadis itu yang kian menjauh.

"Lo enggak apa-apa, Az?" Andre menepuk pundaknya membuat Azka mengangguk menanggapinya.

Azka menyeringai, dalam hati dia bersumpah akan terus menghantui gadis itu yang telah mempermalukannya sekaligus merendahkan harga dirinya sebagai seorang cowok sejati.

"Lo gak bakalan lepas dari gue."

****

Part ini baru diperbarui karena awalnya agak berantakan. Maaf kalau agak berbeda.

Queen Of Mafia (Pindah Ke Webnovel)Where stories live. Discover now