14. Penyerangan

7.8K 329 4
                                    

Puas? Tentu saja Dira merasa puas telah membuat Azka merasa kesal dengan status barunya sebagai budak. Ingin sekali Dira menertawakannya tapi dia sedang malas untuk melakukan semua itu untuk saat ini.

"Hm, tuh lo tahu." Dira bangkit berdiri. "Ayo cepetan, Azka!"

Azka mendengus kesal merasa dirinya diperintah seenaknya oleh Dira. "Ck, menyebalkan sekali!"

"Gue bawa motor, bukan mobil." Azka ikut bangkit dan berniat untuk melangkah menuju motornya yang di parkir tak jauh dari taman.

Langkahnya terhenti ketika merasakan bahwa orang yang dibelakangnya tidak mengikuti langkahnya. Dia pun berbalik dan menatap tajam Dira yang malah menatapnya angkuh dengan tangan yang terlipat di depan dada.

"Cepetan! Katanya mau gue anterin pulang."

"Oke, tapi gue yang bawa motornya."

Azka membulatkan matanya, dia menatap horor Dira seolah yang dikatakan oleh Dira barusan sangatlah menyeramkan.

"Enggak! Enggak boleh! Gue udah berbaik hati loh kasih lo tumpangan. Tapi gue gak mau berbaik hati lagi untuk permintaan lo tadi. Sorry, gue masih pengin hidup." Dira mendengus kesal mendengar ucapan Azka yang meremehkannya mengenai keahlian mengendarai sepeda motor.

"Ck, lo meremehkan gue?" Dira mendelik kesal pada Azka.

"Gue gak meremehkan lo. Tapi, gue gak yakin dengan badan sekecil ini lo bisa bawa motor besar punya gue." Azka menatap Dira dari ujung rambut sampai ujung kaki sambil menggeleng tak yakin.

"Ish, itu sama aja, Azka." Dira mengentak-entakkan kakinya kesal.

"Please, jangan keras kepala kayak gini Dira. Gue anterin lo pulang asal gue yang nyetir atau enggak sama sekali." Azka berucap dengan tegas yang membuat Dira seolah tidak boleh membantah ucapannya.

"Iya udah!" Dira berjalan menghampiri motor Azka yang kemudian disusul oleh Azka.

Azka duduk di atas motor lalu memberikan helm untuk Dira sedangkan dirinya tidak menggunakan helm karena Azka hanya membawa satu.

"Lo gak pakai helm?" Dira menatap Azka heran.

"Gak usah, buat lo aja."

"Oh, thanks." Dira memakai helm tersebut lalu bersiap untuk menaiki motor besar Azka.

"Eh, tunggu." Dira menatap Azka dengan bingung.

Tiba-tiba wajah Azka mendekat ke arah Dira. Wajah keduanya hanya berjarak beberapa centi saja yang membuat Dira bisa melihat dengan jelas manik mata Azka. Dia seperti terhipnotis dengan mata tajam milik Azka yang membuat jantungnya berdetak dengan tak normal. Aroma mint pun tercium dari nafas yang dikeluarkan oleh Azka.

Tak lama kemudian terdengar suara 'Click' yang ternyata Azka sedang mengaitkan helm Dira. Azka berdehem sejenak yang membuat Dira tersadar dari keterpesonaannya lalu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Katanya pengin bawa motor, tapi pakai helm aja belum benar." Azka tersenyum sinis lalu menjauhkan wajahnya dari Dira.

Dira tidak menanggapi sindiran Azka, dia sibuk mengatur nafasnya yang terasa memburu. Tangannya terangkat untuk menyentuh dadanya yang berdebar.

"Ini tidak mungkin."

Dira menggelengkan kepalanya beberapa kali, dia tidak mungkin merasakan perasaan lebih untuk Azka seperti pada Dave. Ya, itu tidak mungkin dan tidak boleh.

"Tapi, perasaan macam apa ini?"

*****

Dira memasuki rumah dengan wajah lesunya yang membuat para maid serta bodyguard terheran-heran melihatnya. Tidak seperti biasanya ketika pulang sekolah Dira terlihat lesu dan tidak bersemangat seperti sekarang. Tapi, mereka tidak ada yang berani untuk menanyakan tentang hal itu.

Queen Of Mafia (Pindah Ke Webnovel)Where stories live. Discover now