10. Banci (3)

7.8K 320 11
                                    

"Gue gak jahil, tapi gue cuma iseng aja." (Dira)

"Dimass..."

Dimas yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Oh iya tadi Dimas pergi ke kamar mandi karena ada panggilan alam sewaktu berkumpul dikantin bersama teman-temannya.

"Haduh gawat! Gue harus gimana nih?! Masa ngumpet?! Kan dianya udah liat gue haduhh gimana nih?!!" Dimas menjadi heboh saat orang itu berlari mendekatinya.

Dimas berbalik hendak berjalan untuk kembali berkumpul bersama teman-temannya. Baru dua langkah ada seseorang yang mencekal kuat tangannya yang membuatnya terpaksa berhenti.

"Mau kemana lo?"

Dira berdiri didepan Dimas sambil melipat kedua tangannya didepan dada dengan gaya angkuhnya.

"M-mau ke kantinlah!" Dimas berusaha menutupi ketakutannya terhadap Dira.

"Oh ke kantin, ya udah." Dira menyingkir dari jalan untuk memudahkan Dimas lewat.

Dimas mengernyitkan dahinya heran, dia bersyukur Dira melepaskannya. Dengan rasa senang Dimas kembali melangkah melewati Dira.

Sedangkan Dira menatap sekelilingnya yang ternyata sepi, hanya ada dirinya dan Dimas. Keadaan seakan mendukungnya untuk melakukan rencana liciknya.

Dira menyeringai lebar sambil melangkah mendekati Dimas yang masih melangkah didepannya.

"Say good bye, Dimas."

BUGH!!

Dira memukul keras punggung Dimas yang membuat sang empunya menoleh sambil meringis kesakitan.

"Dira! Lo--"

Brukk!!

Belum selesai berucap, kepala Dimas terasa pusing dan pandangannya mulai memburam dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

"Yes!"

******

Dimas meringis sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Dia menatap sekelilingnya sambil mengernyit heran, seingatnya dia sedang berjalan menuju kantin setelah dari toilet. Tapi sekarang dia berada di depan gudang sekolah yang sepi.

"Oh, gue baru inget!" Dimas baru ingat tadi dia merasakan pukulan dipunggungnya, saat menoleh ternyata Dira.

"Ck! Dira lagi Dira lagi!" Dimas mendengus kesal.

Tapi Dimas merasa heran kenapa dirinya malah ditaruh di depan gudang yang sepi.

"Ah bodo amat! Yang penting gue gak kenapa-napa."

Dimas berdiri sambil membersihkan debu di celananya. Dia melangkah santai dengan tangan yang dimasukkan di saku celananya. Dimas melangkah santai dikoridor yang ternyata sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

"Aduh, gue terlambat nih." Dimas melangkah dengan tergesa-gesa menuju kelasnya yang jauh dari tempatnya berada.

Saat ada siswi yang lewat, Dimas menampilkan senyum termanisnya tapi reaksi siswi tersebut saat melihatnya malah seperti menahan tawa.

"Loh kok ketawa sih?" Dia menoleh ke belakang yang ternyata siswi tersebut tertawa saat sudah melewatinya.

Dimas menghendikkan bahunya acuh dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Kelasnya melewati lapangan basket yang ternyata terdapat kelas X sedang berolahraga.

Semua kelas X yang melihat Dimas tertawa terbahak-bahak dan ada juga yang menahan tawa tapi tetap tidak berhasil. Dimas semakin dibuat bingung oleh semua orang, dia menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

Queen Of Mafia (Pindah Ke Webnovel)Where stories live. Discover now