6. Berakhir

189 24 15
                                    

Omong kosong emang semuanya. Gak akan ada yang sayang sama lo kecuali keluarga lo sendiri, Tir. Orang lain cuma bisanya nyakitin dan ngomong doang, lo harus sadar.

6 tahun tulus mencintai,

3 tahun terus mengasihi,

1 hari pupus mengakhiri.

**

**

Sudah 3 hari Tiara hanya berbaring di atas tempat tidurnya dan terus menutup matanya untuk meyakinkan orang-orang bahwa ia sedang tidur.

Walaupun yang datang ke kamarnya hanya Teo dan mbak di rumah.

Dari dulu Tiara selalu berfikir bahwa hidupnya benar-benar seperti di cerita dongeng karena semua orang sangat menyayanginya. Ia memiliki semua yang ia butuhkan; keluarga, sahabat-sahabat, pacar, bahkan calon mertua. Haha, calon mertua.

Hidupnya benar-benar hampir tidak pernah ada masalah karena ia mempunyai banyak sekali pangeran yang siap menolongnya kapanpun.

Tapi sekarang ia sadar, laki-laki yang tetap ada untuknya saat ini siapa?

Kakak laki-laki dan papanya.

Meskipun begitu Tia masih belum berniat untuk memberitahukan mama dan papanya. Ia bahkan belum memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Adam.

Ya putuslah, apalagi?

Tiara sejujurnya tak tau apakah sampai saat ini Adam, Elang dan Alden sedang berusaha mencarinya atau tidak karena sejak malam itu dia langsung mematikan ponselnya dan meninggalkannya di dalam mobil.

Cklek~

Tia dapat mendengar suara pintu terbuka, kalau bukan Teo ya pasti si mbak.

"Dek, mama nyariin kamu nih,"

Teo datang untuk mengabari kalau mamanya ingin berbicara dengan adiknya itu. Bisa ditebak sepertinya Teo sudah mencoba meyakinkan mamanya bahwa Tia baik-baik aja, tapi mamanya tidak percaya.

Tiara membuka matanya secara perlahan, kemudian ia mencoba duduk sambil memegang kepalanya yang pusing bukan main. Ia terus-terusan menangis selama 3 hari belakangan, dan itu membuat kepala terasa sangat berat.

"Halo, iya Ma?"

Mamanya dapat mendengar suara serah Tiara saat menjawab telfon itu.

"Tia lagi dimana, Nak? Mama telfon kok gak bisa? Gak kenapa-napa, kan?"

Gadis itu menunduk dan menghela napasnya berat. Ini sudah masuk hari ke-3 dimana dia bolos ke kampus. Dia juga sebenarnya malas ditanya-tanya seperti ini. Rasanya benar-benar gak mau ngomong sama siapapun.

"Di rumah. Iya, gak apa-apa kok, Ma. Mama nelfon ke hp Tia, ya? Maaf ya Ma kemarin--"

"Pada nyariin kamu ke Surabaya soalnya. Makanya mama kaget, mama fikir kamu kenapa." Mamanya bernapas lega. "Tiara ih jangan main prank-prank gitu ah, gak baik!"

Tiara diam. Dahinya berkerut, "Si-siapa?" Ia bertanya karena sedikit kaget.

"Adam... nyariin Tia?" Tia bertanya secara ragu-ragu, berharap Adam benar-benar mengkhawatirkannya saat ini. Ia berharap bukan hanya ia yang rindu dengan pacar dan sahabat-sahabatnya.

"Loh, kok Adam? Adam bukannya lagi sibuk kerja di Jogja? Si Elang itu loh Tiir, nyariin sampai ke sini mukanya panik banget. Mama fikir kamu beneran kabur,"

"Kapan?"

"Kapan apanya? Ke rumah? Kemarin pagi-pagi banget, tapi sekarang harusnya sih udah pulang ke Jakarta. Soalnya pas mama bilang kamu gak di Surabaya dia langsung pamit tuh,"

From The Beginning [Mingyu]Where stories live. Discover now