7. Adaptasi

175 21 22
                                    

Terhitung 2 minggu sejak kejadian itu, Tia sudah mulai masuk kampus lagi.

Jujur saja dia khawatir dengan nilainya karena absen selama hampir 2 minggu tapi ia juga tidak bisa bohong kalau dirinya masih stress dan banyak fikiran.

Teo menepati perkataannya dengan mengantar jemput Tia kemanapun adiknya itu pergi. Karena Teo tau Tia tidak mau bertemu dengan siapapun saat ini. Bahkan ketika Manda datang ke rumah, Tia selalu pura-pura tidak ada di rumah itu.

Tidak sesuai perkiraan, ternyata hari ini kelasnya selesai 30 menit lebih cepat dan itu mengharusnya Tia menunggu Teo datang menjemputnya.

Tia khawatir Alden dan Elang akan datang menghampirinya makanya ia cepat-cepat meminta Teo untuk menjemputnya di fakultas lain asalkan bukan fakultasnya.

Tia mengecek ponselnya dan masih sama, puluhan panggilan tak terjawab dari Adam, Elang dan Alden.

Tiap hari mereka selalu mencoba untuk menghubungi Tia bahkan datang ke rumah perempuan itu. Tetapi selalu saja tak dibolehkan masuk.

Gadis itu mencoba untuk memutuskan semuanya. Bahkan tidak memberikan celah sedikitpun.

Ia ingin sekali pindah ke Surabaya atau sekalian ke luar negeri. Tapi... ya setidak semudah itu. Apalagi ini hanya perkara cinta.

Tia menghela napas lalu tersenyum miris, "Dikira ini novel apa ya, mudah banget langsung kabur ke luar negeri gitu. Hah..."

Ia bergumam dengan dirinya sendiri saat duduk sambil melihat ke arah ponselnya.

Persahabatan mereka sudah di ujung jalan, dan harus berakhir. Sama seperti hubungannya dan Adam.

Tia memutuskan untuk memblokir nomor orang-orang itu termasuk Manda dan Yasmine.

Baru saja ia memblokir semua nomor itu, satu pesan dari Teo masuk. Pesan itu mengatakan bahwa Teo sudah sampai.

Tia bergegas ke mobilnya untuk menghampiri kakaknya yang datang menjemputnya. Tapi baru saja ia berdiri, badannya mematung dan ia merasa seperti tidak bisa bergerak saking kakunya.

Elang berdiri tepat di hadapannya.

Dengan tatapan yang jika boleh Tia tebak adalah tatapan marah dan air mukanya menunjukkan ekspresi menahan emosi agar tidak meledak-ledak.

Tidak ada Alden saat itu. Ntah dimana dia.

Kalau boleh Tia menebak lagi, pasti Alden sedang bersama Yasmine. Kan mereka semua sedang mabuk asrama sekarang. Hehe.

Dengan keadaan mematung seperti itu, Tia mencoba untuk menggerakkan kakinya dan ia mundur satu langkah ke belakang dengan pelan dan gugup.

Lucu sekali, yang ada di hadapannya sekarang itu adalah sahabat terbaiknya. Kenapa rasanya ia malah seperti ingin kabur?

Tia melangkahkan kakinya mundur ke belakang dan mebalikkan badannya. Mencoba meninggalkan Elang di sana.

"Diem disitu."

Ucapan pelan dan tegas itu berhasil membuat Tia tidak berkutik dan tidak bisa bergerak. Di dalam hatinya ia sudah bertekad untuk memulai hidup baru tanpa mereka semua, tapi kenyataannya apapun ucapan yang terlontar dari mulut Elang tidak bisa ia acuhkan begitu saja.

Tapi ini salah, ia tidak boleh lemah. Toh, ia sudah blokir semua nomor dan kontak mereka. Tia hanya perlu pura-pura tidak mengenal mereka. Selesai.

Gadis itu maju beberapa langkah mencoba untuk meninggalkan Elang yang masih diam dengan wajahnya yang terlihat keras.

"Gue bilang diam di situ, Tiara!"

From The Beginning [Mingyu]Where stories live. Discover now