15. Perayaan

214 18 76
                                    

Tanggal pertunangan sudah diputuskan. Bisa dipastikan satu atau dua bulan setelahnya adalah acara pernikahan Adam dan Kiara.

Adam terus menolak dan meminta Kiara, mamanya dan Om Santoso untuk mencari tanggal lain. Tapi mereka menolak dan sudah matang dengan keputusan itu.

Kabarnya, Kiara yang menginginkan tanggal itu.

Adam menarik Kiara menjauh dari ruang tengah, dimana orang tua mereka berada.

"Kir, kenapa harus tanggal segitu coba? Gak bisa diundur lagi?!"

"Papa aku dan mama kamu udah nanya-nanya terus, Dam. Kita udah undur jauh banget dan mereka bisa curiga!"

Walaupun berbisik-bisik, Kiara tau bahwa Adam menahan kekesalannya. Acara pertunangan itu akan dilaksanakan minggu depan, tanggal 18 November.

Hari ulang tahun Tiara.

Adam menghela napasnya kasar dan tanpa babibu ia langsung naik ke atas sebentar lalu turun lagi. Adam berjalan cepat melesat keluar dan pergi dari rumah itu dengan mobilnya tanpa mengindahkan mamanya yang memanggil namanya.

"Adam itu mau kemana sih, Kir???"

Kiara menggeleng pelan, lalu tersenyum. "Tante gak usah khawatir. Adam gak akan ngelakuin hal yang aneh-aneh, kok."

**

"Makasih bang," Ucap mereka bertiga serentak ketika pesanan mereka datang.

Tuan putri Tiara lagi datang tamu bulanan makanya laper mulu. Terus karena Alden dan Elang tau akan hal itu, mereka tiba-tiba udah nongol aja di rumah Tiara lalu menculik perempuan itu untuk mencari asupan gizi.

Alden menggeleng ketika melihat Tiara memasukkan banyak sekali cabe ijo yang sudah digiling halus ke dalam mie ayamnya.

"Udah udah," Kata Alden mengingatkan supaya gak makan sambel kebanyakan.

Pasalnya, sudah sendok ke-5, tapi Tiara masih saja ingin menambahkan cabe itu ke dalam mangkuknya.

"Lo ntar sakit perut tau, Tir." Kata Alden.

Belum sempat Tiara menjawab, Elang memotongnya. "Iya, kita tau lo bakalan bilang 'engga koook gue kan kuat makan pedees', tapi lo harus mikir ke depannya gimana. Kasian usus lo, ntar luka."

Mampus, Tiara diceramahin.

Tapi mereka lupa, Tiara lagi halangan hari pertama. Suasana hatinya sedang tidak bagus.

"Yaudah, gue gak makan deh."

Alden yang baru saja akan menyuapkan bakso ke dalam mulutnya langsung berhenti mendengar itu. Ia memandang Elang dengan tatapan menyalahkan.

"Elo, sih!"

"Kok gue sih, kutu?"

Alden mendekatkan mangkuk mie ayam yang tadinya Tiara geser menjauh darinya. "Yakan cuma ngasih tau, Tir. Gue gue ada tuh dulu-"

"Siapa? Guru lo kan guru gue juga."

"Diem dulu, burung!"

Iyanih, Elang kebiasaan banget.

"Guru PKN gue, di umur dia yang udah 50an gitu dia udah gak bisa makan yang pedes-pedes. Jangankan pedes banget, sambel yang ada di masakan Padang aja dia gak bisa makan. Jadinya dia makan yang tawar-tawar gitu, macem sup."

Tiara diam mendengarkan.

"Tau karena apa?"

"Makan cabe banyak?" Tanya Tiara dengan polos

"NAH! Benul." Jawab Alden semangat karena Tiara cukup pintar kali ini.

" Jawab Alden semangat karena Tiara cukup pintar kali ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
From The Beginning [Mingyu]Where stories live. Discover now