12. Bimbang

213 19 50
                                    

**

.

.

.

"Kamu mau gak nikah sama aku? Tanpa restu mamaku, kita samperin orang tua kamu saat ini juga. Kalau bisa, kita nikah hari ini juga. Gak perlu restu mama, gak perlu tunda-tunda lagi. Kita nikah dan gak usah peduliin apa kata orang. Kamu... mau kan, Tir?"

Hening.

Nikah?

Nikah?

Nikah?? Hari ini juga??

Yang bener aja?!

Tiara mencoba untuk mencerna kalimat Adam barusan yang sejujurnya membuat dirinya kaget sekaligus bingung.

Perempuan itu melepaskan pelukannya sepihak dan menatap Adam dengan raut wajah yang seakan bertanya-tanya apa maksud dari perkataannya tadi.

"Adam-"

Tiara menggelengkan kepalanya cepat usai mengucapkan nama laki-laki itu.

"Maksud kamu- duh, bentar-"

Ia menghela napas dan berusaha untuk berbicara sejelas mungkin. "Maksud kamu kita nikah diem-diem gitu? Atau apa? Aduh, ini maksudnya gimana sih, Dam???"

Adam memandang wajah Tiara dengan tatapan memohon. Ia bahkan sedikit khawatir saat Tiara melepaskan pelukannya tadi. Ia takut Tiara tidak mau menikah dengannya.

"Aku gak peduli kalau mama gak setuju sama hubungan kita. Yang sahabatan dia dan almarhum mamanya Kiara, mereka yang bikin janji konyol kayak gitu, kenapa harus kita yang berkorban?"

Lagi-lagi Tiara dibuat tidak bisa berkata-kata melihat air mata Adam yang jatuh bersamaan dengan meluncurnya kata perkata dari mulut laki-laki itu.

Pasalnya, selama mengenal Adam sejak hampir 7 tahun yang lalu, Tiara nyaris tidak pernah melihat laki-laki itu menangis.

Ia hanya akan menangis jika dalam keadaan yang benar-benar membuatnya frustasi atau saat ia kehilangan papanya dulu. Itupun, Tiara tidak melihat langsung Adam menangis. Ia hanya mendengarnya dari Elang.

Kalau difikir-fikir lagi, Tiara hanya 2 atau 3 kali melihat Adam menangis dalam kurun waktu 7 tahun ini. Dan itu semua karena dirinya.

Ketika Tiara kecelakaan, ketika Adam berbicara serius dengan Tiara di dalam mobil dan mereka berdoa bersama agar mereka berjodoh satu sama lain, dan ketika putus.

Selebihnya, kapan? Tidak ada.

"Kenapa kamu diam, Tir? Kamu gak mau nikah sama aku? A-apa selama kita putus, kamu bener-bener udah lupain aku?"

Adam khawatir Tiara perlu waktu berfikir untuk menjawab pertanyaannya barusan. Karena, jika Tiara memang masih cinta dengannya, Tiara tidak mungkin perlu waktu untuk menjawab itu semua.

Dan benar saja, Tiara masih terdiam seiring ia membenarkan duduknya menghadap ke depan, menyamping dari Adam.

"Aku gak lupain kamu, Dam. Tapi aku berusaha untuk itu."

Adam tidak percaya sama apa yang ia dengar barusan.

"Kamu bercanda."

"Enggak, aku serius. Aku gak mungkin ngelawan mama kamu. Kamu tau gak rasanya diperlakukan kayak putri, kayak menantu di rumah kamu dari dulu, terus tiba-tiba gak ada angin gak ada hujan beneran setiba-tiba itu mama kamu jadi dingin sama aku. Tau gak rasanya?"

Tiara melanjutkan, "Mending kalau aku emang ada bikin salah, wajar kalau mama kamu marah atau benci sama aku. Tapi ini kan enggak? Kamu gak tau rasanya digituin."

From The Beginning [Mingyu]Where stories live. Discover now