18. Capsule

164 17 21
                                    

"Jangan. susul. gue."

Alden pergi meninggalkan Tiara dan Elang yang mematung memandang punggung Alden yang semakin menjauh.

Tiara memandang Elang kesal dan tajam.

"AH ELO SIH!" Tiara berteriak geram.

Elang memandang wajah Tiara yang memerah dan terlihat kesal. Laki-laki itu memandang gadis di depannya dengan datar dan tidak mengatakan apapun.

Tiara berteriak kepadanya.

Tiara marah dan kecewa.

Tiara kesal dan itu semua karena perbuatannya.

"Lo tuh emang gak pernah anggep persahabatan kita penting ya, Lang?! Egois banget tau gak! Kecewa banget gue sama lo."

Gadis itu memaki Elang sambil menunjuk wajah Elang dengan jari telunjuknya dan tidak sepenuhnya berteriak karena tidak mau mengundang perhatian beberapa orang yang lalu-lalang.

"Lo tuh..." Tiara menahan amarah dan rasa geramnya sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. "Kenapa sih lo gak bisa nahan rasa suka lo? Kenapa harus lo turutin ego lo, sih?"

Ia membalik untuk menjauh dari Elang. "Gue mau susul Alden. Lo gak usah ikutan."

Emangnya sayang sama lo sesalah itu, ya, Tir?

**

Gadis yang berjalan dengan sedikit pincang itu turun dari taxi online di depan sebuah rumah besar dan halaman yang luas dengan cat dinding berwarna putih.

Tiara masuk dengan perlahan agar kakinya tidak terlalu sakit dan ia baru sadar bahwa rumah Alden banyak sekali tukang yang sedang bekerja.

Tiara menyapa satpam di rumah Alden dan masuk ke dalam rumah. Untungnya rumah Alden hanya satu lantai jadinya ia tidak perlu naik tangga seperti di rumahnya atau pun rumah Elang.

Setelah melewati ruang tamu, Tiara berjalan sedikit hingga sampai di ruang tengah. Ia melihat pintu kamar Alden dari ruang tengah dan belum berani melangkahkan kakinya mendekat.

Tiba-tiba pembantu di rumah Alden datang menghampiri Tiara.

"Eh, Non Tiara," Bibi itu tersenyum dan menyerahkan kertas yang digulung cantik kepada Tiara.

"Ini tadi tukang yang bikin kolam di belakang ngasih ini ke Bibi. Ada botol kacanya juga sih Non tapi udah pecah, jadi bibi buang. Ini juga tadi hampir aja di buang, tapi ada tulisan nama Non Tiara sama Den Elang jadinya bibi ambil lagi."

Tiara mengambil kertas itu dan melihat ada tulisan di sana.

"Yang boleh baca: TIARA & ELANG."

Tiara tentu saja ingat ini kertas apa. Dulu, waktu mereka umur 13 tahun, kalau tidak salah saat itu mereka kelas 2 SMP. Mereka piknik di halaman belakang rumah Alden dan bikin capsule.

Jadi mereka menuliskan rahasia terbesar mereka yang benar-benar tidak ada orang tau dan memasukkan kertas itu ke dalam botol. Setelahnya, mereka mengubur benda itu dan berjanji untuk membukanya 10 tahun kemudian.

Mereka janji akan membongkar lagi capsule itu ketika mereka berumur 23 tahun nanti.

"Oh, iya. Makasih ya, Bi."

Tapi sekarang, kertas milik Alden sudah ada di tangan Tiara. Ntah kenapa, tanpa fikir panjang, Tiara membuka kertas itu walaupun ia tau perjanjiannya tidak seperti itu.

Isinya panjang sekali. Mereka bahkan butuh waktu sekitar 15 sampai 20 menit untuk menuliskan rahasia yang menurut mereka paling penting itu.

Tangan gadis itu bergetar saat membaca kata demi kata yang tersusun rapi khas tulisan Alden, sahabat karibnya itu.

From The Beginning [Mingyu]Where stories live. Discover now