3 • Hari Saat Dia Resah

6.7K 891 126
                                    

"Hari Sabtu adalah yang terbaik~!" Dia berputar gembira di tengah kamarnya. B R A K ! Dengan gerakan halus dia menjatuhkan diri di atas kasur sambil merentangkan tangannya.

Dia berguling sejenak di kasurnya. Tiba-tiba pandangannya berhenti pada dua buah kantung plastik di sudut kamarnya. Perlahan dia ambil kantung itu dan melihat kedalamnya.

"Mmh!" S R K ! Diambilnya salah satu susu kotak yang ada dan menyeruputnya dengan bersungut-sungut. "Ousama... Ousama... Awalnya kukira dia anak pendiam dan tidak suka memperbudak orang lain. Ternyata salah."

Dia beralih membawa dirinya ke balkon kamar, menatap anak-anak TK yang masih dalam perjalanan berangkat ke sekolah. Tiba-tiba dia kembali ingat pada sang raja. "Matanya kelihatan tajam, menyeramkan. Tapi saat itu kupikir dia begitu merindukan seseorang. Siapa yang dia rindukan, ya?"

Dia menghela napas panjang, merutuki kebodohannya. "Haaaaahhh, tiba-tiba aku tidak semangat tidur. Tidak ada yang mengajakku main, nih?"

Tiba-tiba gawainya bergetar di meja belajarnya, tampak sebuah nama yang tak asing bagi (y/n). "Panjang umur!" serunya bahagia.

Diangkatnya panggilan itu dan menjawab pertanyaan yang biasa dia tanyakan orang-orang kebanyakan.

"Baiklah! Aku tiba dalam setengah jam. Jaa nee, Haruka~" Setelah itu dia lempar asal gawainya ke kasur dan menuju kamar mandi, menantikan jalan-jalannya bersama Haruka.

*****

D O E N G ! Di sinilah dia, di tengah-tengah ruangan berukuran lima kali lima meter. Musik mengalun, televisi menampilkan video lirik lagu yang tengah diputar. Dia menenggak jus melonnya habis-habisan sementara kelima orang yang lain saling melempar guyonan.

"(L/n)-san? Kau baik-baik saja? Daritadi hanya minum, ini jus ketigamu, kan?" suara laki-laki menyadarkannya dari lamunan.

(y/n) melambaikan tangan di depan dada, meminta lelaki itu agar tidak khawatir. "Aku tidak berselera makan."

Lelaki di depannya tersenyum sebisa mungkin. "Maaf ya, karena perbuatan mereka kau justru berakhir di sini."

(y/n) hanya mengagguk, 'Sepertinya bukan cuma aku yang merasa tidak nyaman.'

"Apa kau selalu terlibat dengan yang mereka lakukan, (L/n)-san?" tanyanya lagi.

"Mereka selalu melakukan yang mereka inginkan. Tadinya aku ingin makan kue bersama Haruka, teman perempuanku. Tapi tiba-tiba dia harus pergi menemui sudaranya. Dan meninggalkanku bersama mereka berdua."

"Wah terdengar berat, ya."

(y/n) mengangguk membenarkan.

"Yo, (y/n)! Kau tak ingin bernyanyi!? Aku tahu suaramu cukup bagus, kan!? Nyanyikanlah lagu dari grup yang kau suka itu! Em... Apa namanya? Eve?"

"Urusaina, Meiko! Maa, benjou e ittekuru!" (y/n) akhirnya bangkit dari duduknya dan menuju kamar mandi, meninggalkan sorakan Meiko dan Erina di belakangnya.

Dia meregangkan tubuhnya sedikit di luar, berkumpul bersama dua perempuan dan tiga lelaki bukan pilihan yang buruk tapi tetap saja untuk (y/n) yang lebih suka ketenangan dan tak menghambur-hamburkan uang, itu cukup mengganggu.

Yah, dia juga lupa kalau dia menghabiskan banyak uang untuk membeli susu kotak 'OUSAMA'.

"Are, (L/N)-san?" suara itu menginterupsinya, membuat (y/n) menoleh kaget. "Ah, ternyata benar (L/n)-san. Sedang karaoke bersama teman-teman?"

"Sawamura-san? Em... Lebih tepatnya aku terjebak dalam kencan buta oleh dua temanku yang usil." Mau tak mau (y/n) tersenyum saat menatap wajah Sawamura yang terlihat menenangkan hati.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now