19 • Taman Bermain

2.9K 430 60
                                    

Di penghujung minggu, tubuh mungilnya sudah terbalut apik dalam gaun biru muda kesayangannya. Tas jinjing warna putih serta wedges senada dengan gaunnya turut mempercantik penampilannya.

Rambutnya ia biarkan tergerai dan menyimpan kunciran kesayangnnya dalam tas. (y/n) melambaikan tangan pada sang ayah yang menatapnya tak rela.

"Oh tidak, putriku sudah besar dan menjadi cantik sekali... Bagaimana ini... Pasti akan banyak lelaki yang mendekatinya... Dan setelah itu (y/n) akan bertemu lelaki yang dia cintai... Selanjutnya, dia pasti melupakanku... Lelaki tua yang akan merepotakannya di masa depan... Huhuhu..."

(Y/n) hanya bersweatdrop ketika mendengar celotehan ayahnya yang begitu berlebihan. Dia menyusuri jalanan menuju stasiun yang dekat dari rumahnya menuju stasiun dekat pusat perbelanjaan di pusat kota.

Ketika ia sampai sudah ada tiga perempuan yang melambaikan tangan padanya. Tanpa ragu (y/n) menyelip diantara manusia lain dan menghampiri ketiga sahabatnya.

"Omatase~" sapanya.

Setelah keempat anggota berkumpul, mereka mulai berjalan menuju tujuan mereka yang sebenarnya.

TAMAN BERMAIN~!

"Keluargamu kaya sekali sampai mendapatkan empat tiket untuk bermain sepuasnya di taman bermain, Erina!" Gadis tomboy itu mengenakan kaos berlengan pendek warna putih yang dipadukan celana jeans hitam serta kemeja kotak-kotak yang diikat di pinggangnya.

"Yah... Sebenarnya kami dapat 9 tiket, kakak laki-lakiku mengambil alih 5 tiket yang lain hehe..." Erina tertawa kecil dengan postur tubuhnya yang kecil juga.

Diantara empat orang itu Erina memang memiliki tubuh paling kecil dan juga paling imut, kecuali saat ia mengejek atau dengan polosnya mengatakan fakta tak menyenangkan yang membuat orang lain jengkel.

Gadis itu mengenakan gaun kuning setengah paha yang imut dengan motif polkadot hitam, berteman topi warna putih dan tas selempang warna hitam.

"Katanya kakakku akan ke sini juga dengan teman-temannya. Tapi aku tak tahu kapan, semoga dia tidak mengganggu kita." Haruka yang tampil sederhana dengan celana cream dan blus putih menyedot perlahan es the yang mereka beli sebelumnya.

"Ara ara, bukankah kau menyukai Iwaizumi-san hee?" goda (y/n).

"Tapi sekarang aku hanya ingin bersama teman-temanku. Kehadirannya akan membuatku jauh dari kalian."

"Uhh... Haruka, kau begitu menyayangi kami ya? Aku jadi terharu..."

"Nope, aku lebih menyayangi kakakku dari pada kalian."

"HIDOI HARUKA!" Meiko, Erina, dan (y/n) berteriak bersamaan.

"Hei, (y/n)! kau harus mencoba ke sini lagi dengan Kageyama! Kalian belum pernah kencan, kan?" Meiko menyambar cepat obrolan.

(y/n) berjingat kaget, keringat dinginnya turun perlahan. "Ke—kenapa juga harus kencan dengan dia!?"

"Karna dia pacarmu, apa lagi alasannya?" Erina menimpali dengan polos.

"Kami belum jadian, tau!"

"Ara ara... Kau berharap bisa jadian dengannya, hee?" Haruka melirik (y/n) sinis.

"Bu—bukan begitu mak—!"

"Cepatlah bertindak, (Y/n)! Meski menyeramkan, penggemar si setter jenius itu banyak lho! Salah-salah dia sudah jadi milik gadis lain duluan." Erina memberikan sebuah pencerahan /PLAK/ pada (y/n).

"Dia itu tidak peka, tidak mungkin dia punya pacar selain aku—" (Y/n) menghentikan perkataannya.

'MATI UDAH,' batinnya.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang