9 • Hari Saat Ia Rindu

4.2K 574 39
                                    

Matahari sudah merangkak naik, merajai langit, sinarnya begitu teduh di musim gugur ini. (y/n) duduk bersandar di kursi rooftop, menepati janji dan kewajibannya pada sang raja.

Entah sudah berapa lama dia di sini, yang jelas ini lebih dari lima menit.

Tapi dia tak ingin pergi. Dia ingin menyampaikan susu dan bentonya. Dia ingin melihat wajah polos penuh aura karismatik meski otaknya melompong selain tentang voli. Baru satu minggu. Satu minggu sejak ia mengenal Kageyama. Tapi rasanya, dia semakin penasaran dengan segala hal yang berkaitan dengan calon timnas voli U-18 tersebut. (Cuma perkiraan kok.)

B R U K ! Saking sibuknya melamun, (y/n) sangat terkejut saat bangkunya berguncang karena diduduki seseorang.

"Biasanya tempat ini sangat sepi. Kau sedang galau?" Lelaki itu bicara tanpa menghadap (y/n).

"Betsuni," jawab singkat (y/n).

"Gadis yang biasanya berisik terus tiba-tiba diem, tandanya ada sesuatu. Masih berlagak baik-baik saja?" ujar Tsukishima sarkastik.

"Cih," (y/n) mendecih setelah sekian lama tak mendengar ke-garam-an Tsukishima. "Aku cuma lelah, shinpai shinai."

Tsukishima tak menjawab, dia mengikuti arah pandang (y/n) ke langit biru yang jernih. "Kau percaya takdir, (y/n)?"

(y/n) terdiam sesaat. "Aku selalu mempercayainya. Bertemu denganmu pun adalah takdir, Kei," jawab gadis itu tak bersemangat.

"Jika bisa memilih, takdir macam apa yang kau inginkan?"

"Aku menyerahkannya pada Tuhan saja, mana yang terbaik."

Tsukishima kembali terdiam. "Apa kau ingin melanjutkan takdirmu bersamaku, (Y/n)?" suaranya terdengar berat dan serius, padangannya menajam pada sisi samping wajah (y/n).

(y/n) membatu di tempat. Dia menoleh, mendapati raut wajah Tsukishima yang berbeda dari biasanya. Dan baru dia sadari kalau wajahnya tampak lebih lelah dengan keringat yang masih membasahi. "A—apa maksudnya, Kei?"

"Pfft.." Tsukishima mencicit, membuat (y/n) kebingungan. "Kenapa wajahmu serius begitu, hah? Apa yang sudah kau pikirkan, baka?" P U K ! Lelaki itu mengelus kepala (y/n) sesaat sambil berdiri.

"Bel sudah mau berbunyi, habiskan bentomu dan kembali ke kelas." Selepas mengatakannya Tsukishima pergi, meninggalkan (y/n) dengan pikirannya berkecamuk tak karuan.

Tidak salah bagi (y/n), itu wajar. Bahkan gadis manapun akan berpikir macam-macam tentang perkataan Tsukishima barusan. Percakapan singkat yang mengguncangkan hatinya.

***

D R R T ! B R U K ! Dengan pasrah dia mendudukkan diri dan tiduran menghadap jendela. Rasanya lelah, kesal, bingung, dan segala perasaan tidak menyenangkan.

'Harusnya penggila voli itu datang, tapi malah tidak. Dia pikir yang memberiku perintah itu siapa!?' dalam hatinya dia mengeluh penuh cemas. 'Dan Kei, aku berharap kalau aku salah paham.'

Moodnya rusak. Perutnya nyeri dari pagi. Wajah pria yang seharian ini bergelantungan di pikirannya tak kunjung hadir. Sore ini ada kegiatan klub, dia tak bisa pulang awal untuk tidur. Habis sudah. Moodnya hancur.

"Kalau hari ini susunya tidak tersampaikan, aku harus mengulanginya lima hari lagi, dong." Dia kembali mengeluh sambil menyembunyikan wajah di lekukan tangannya.

'Tapi, gak buruk juga,' (y/n) membatin lagi. 'Tapi utangku gak lunas-lunas, dong! Huaaa!' Ia bertahan pada posisinya. Menahan nyeri di perut sambil merapal doa, tentang kesembuhannya, dan tentang calon rajanya.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang