6 • Hari Ketiga

4.9K 710 87
                                    

"Sekarang sekolah agak kacau, ya. Apa volimu tetap berjalan seperti biasa, Kageyama-san?" gadis itu bersuara amat lembut di tengah terpaan angin.

Lelaki di sebelahnya hanya menyeruput susu kotak keempatnya dari perempuan yang punya utang padanya. "Ya, aku juga tidak peduli, yang penting aku dapat susu kotak."

Perempatan imajiner muncul di dahi (y/n). untuk sesaat dia lupa kalau yang tengah diajaknya bicara adalah Ousama yang menjengkelkan, baginya.

"Aku melihat Hinata-san terus membawa bola voli kemanapun dia pergi. Sebentar lagi ada tanding?" (y/n) memutuskan bertanya.

Kageyama masih menatap langit biru di atasnya. "Ano Hinata boke memang harus terus latihan, tekniknya tuh sangat payah. Hanya lompatan dan kelincahan yang membuatnya bertahan di tim regular."

"Dia pasti berjuang sangat keras dengan tubuh kecil itu, ya? Haha..."

Keheningan meraja, tidak ada yang bicara sama sekali. Perlahan (y/n) berangsur berdiri, berniat pergi dan memakan bentonya di kelas.

"Matte," permintaan sang Raja terdengar. (y/n) menoleh dan kembali duduk. "Sebentar lagi Spring High akan dimulai. Aku akan berlatih keras."

Secarik senyum teripta di wajah (Y/n). "Unn, ganbatte nee, Kageyama-san."

Berbeda dengan senyumnya, dalam hati (y/n) justru mengumpat. 'Harus gue baik-baikin nih orang! Kalo enggak dia tambah ngelunjak, utang gue gak lunas-lunas!'

"Kalau ada waktu, tontonlah." Suaranya begitu kecil, sangat pelan.

"Heh?" gumam (y/n) setengah kaget.

"Ku tunjukkan permainan bola voliku. Ah, bukan, tapi permainan bola voli kami." Rambutnya yang begitu lembut tersapu oleh angin, dahinya terlihat lebih lebar, matanya terlihat lebih tajam namun teduh.

Yang pasti, semua itu memikat (y/n) untuk semakin jatuh hati pada sang raja.

***

Hari itu setelah makan siang keduanya tak berjumpa lagi. Kageyama yang sibuk dengan ekskulnya, sementara (y/n) merasa tak ada keperluan dengan sang Raja untuk hari ini, urusannya sudah selesai di istirahat makan siang.

"(y/n)-chan, tidak pulang?" tanya Haruka saat melihat (y/n) masih bengong di tempatnya.

"Se—sebentar lagi! Aku hanya malas, karena di rumah tidak ada siapapun."

"Bukankah selalu begitu?" suara Erina tiba-tiba menyeruak masuk. "Semenjak orang tuamu cerai tiga tahun lalu, kau selalu menunggu kepulangan ayahmu, kan?"

C K I T ! "Aw, ittai, Haru-chan!" Erina melenguh di tempatnya setelah mendapat sikutan dari Haruka.

Haruka melemparkan tatapan mengancamnya, tatapan yang amat garang dan berkebalikan dengan sifat Haruka yang biasanya. Nyali Erina menciut, lantas bergerak ke (y/n).

"Anata no tou-san wa saiko no tou-san desuka!?" Tiba-tiba Erina berteriak dengan semangat. (y/n) menatapnya tak habis pikir. "Kalau begitu pulanglah, sambut kepulangannya!"

Sejenak (y/n) terpaku mendengarnya, tak lama tawa kecilnya terdengar. "Ayah ada pekerjaan di Tokyo, beliau akan pulang besok. Itu kenapa aku malas pulang. Demo, sangkyu na, Haruka, Erina."

Wajah Erina memerah, semerah kepiting rebut. Matanya terlihat berputar-putar menahan malu. "Hazukashi."

"Are, doko ka Meiko?"

"Meiko? Bukatsu. Akhirnya dia mulai aktif di ekskulnya. Mungkin karena minggu depan ekskul paduan suara bakal nyanyi setelah apel pagi?"

"Aku masih tak percaya gadis urakan sepertinya ikut paduan suara yang identik dengan feminim."

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now