8 • Hari untuk Memilih

4.5K 641 123
                                    

Raja siang telah tertidur, bersembunyi di balik cakrawala berganti giliran jaga dengan Dewi malam. Sepasang ayah dan anak melambaikan tangannya pada punggung seorang pemuda. Jam dinding berdentang tujuh kali menyela.

"Mattaku, apa yang tou-san tanyakan padanya?" Anak itu melirik ayahnya jengah lantas masuk ke rumah.

Sang ayah menyusul dan duduk di kursi makan, mengamati anaknya yang masih mencuci piring sisa makan malam. "Ayah cuma tanya tentang sepupunya. Taki Naruhito."

(y/n) berbalik badan kaget. "Taki-kun? Dia sepupunya Kageyama?"

"Yang aku tahu dia sepupu jauh Kageyama, mungkin mereka tidak dekat. Tapi melihat reaksinya tadi, seolah ada sesuatu yang ditutupi." Pria tua itu bangkit, mengacak rambut anak gadisnya. "Cepat selesaikan, acara televisi kesukaanmu akan dimulai."

(y/n) mengangguk cepat dan segera menyelesaikan cuci piringnya. Bersiap untuk anime tv yang selalu dia nantikan di malam Kamis. Anime yang bercerita tentang perjuangan seorang pahlawan yang selalu menjadi sasaran fitnah orang-orang sekitarnya.

Naruhito Taki, lelaki bergolongan darah AB seusia (y/n). Dulu dia adalah tetangga terdekat (y/n) di kediaman sebelumnya. Taki-kun, begitu dia memanggilnya. Anak laki-laki pertama yang dekat dengan (y/n) sebelum Tsukishima Kei.

***

(y/n) menepati ucapannya pada Kageyama. Begitu bel istirahat makan siang dikumandangkan, dia segera berlari menuju rooftop dengan dua buah bento. Dia tak berlari, hanya berjalan santai karena tahu dengan pasti, Kageyama tak akan datang lebih awal dari dirinya.

Pintu rooftop berderit, gadis itu merasakan semilir angin di sekujur tubuhnya.

"Hey, ini hampir lewat dari lima menit," tegur seorang pria dengan suara serak basahnya.

(y/n) mendelik kaget, Kageyama sudah mendahuluinya. Tapi itu tak berlangsung lama, dia segera mendekat ke Kageyama.

"Ini, bento dan susu keenam di hari kelima. Dengan begini utang susu kotakku sudah lunas! Yeay!" Dia menyodorkan bento dan susu kotak coklat yang beberapa hari ini selalu dia berikan.

Garis mata Kageyama menurun, tatapannya menyendu, menatap bento dan susu kotak yang sudah ada di depannya.

Tentu saja (Y/n) dibuat bingung dengan sikap itu. "Kageyama-san, genki ka?"

'Ck, buat apa aku merasa seperti ini?' Kageyama bicara dalam hatinya. Mengambil bento dan susunya dan duduk di dekat pagar pembatas.

(y/n) menyusulnya bersama dengan bentonya.

"Utangmu belum selesai tahu." Kageyama tiba-tiba bicara saat menyeruput susunya. Senyumnya terkembang. Senyum yang ia tunjukkan pada (Y/n) di hari pertama hukuman dijatuhkan. "Kau ingat perintahku itu berbunyi seperti apa?"

(y/n) menaikkan sebelah alis, hendak protes sambil berpikir. "Intinya kau bilang, aku harus memberimu lima susu kotak di hari yang berbeda. Dan aku sudah melakukannya."

Kageyama mengacungkan telunjuk, lantas menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Senyumnya belum lepas dari wajah itu. "Kau melupakan dua kata yang paling berpengaruh."

(y/n) menatap Kageyama makin kebingungan.

"Berturut-turut." Mendengarnya membuat jantung (Y/n) seolah berhenti. "Dan ini baru hari keempatmu. Masih tersisa satu hari, (L/n)-san." Nada bicarnaya meninggi, merasa menang dari taruhan.

(y/n) melongo seakan-akan dagunya akan lepas dari engselnya. "Kuso, kenapa tidak mengingatkanku, hah? Kau ini mau enaknya aja, ya!? Mau susu dan bento gratis!?"

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now