11.5 • Komplemen

3.2K 463 11
                                    

Saat (y/n) hendak pulang sesuatu menghalangi jalannya. "E—EH!" Dia berusaha menjaga keseimbangannya. Dia lalu menunduk, melihat bola voli yang bergelinding di dekatnya.

"Hah, kau baru membuatku kagum, tapi sekarang ingin mencelakakanku, hah?" (Y/n) berkata mengadu pada bola voli.

"Ah! Sumimasen deshita! Bola ini merepotkan Anda, ya?" Lelaki itu bicara sambil berlari menghampiri (y/n).

(Y/n) melambaikan satu tangannya. "Haha, iie. Tapi tolong lebih hati-hati."

"Eh, (fullname)?" dalam suaranya tersirat keterkejutan. "Be—benar (Y/n)-kun, kan!"

(y/n) membeliak mendengar lawan bicaranya. "Taki-kun!?"

Taki tertawa kecil sebelum tersenyum lebar. "Sashiburi danaa, (y/n)-kun."

"Takkun! Kau pemain voli, hm?"

"Ya, aku sekolah di Shiratorizawa Gakuen."

P U K ! (y/n) memberi genggaman semangat di dada kiri Taki. "Ck, makin keren aja kau. Aku jadi merasa kalah." Dia tertawa. "Besok sekolahku akan melawan sekolahmu, yoroshiku onegaishimasu!" Gadis itu bicara dengan sedikit intimidasi, membangga-banggakan sekolahnya.

"Kami akan maju ke tingkat nasional, untuk kesekian kalinya." Taki juga melempar senyum pede.

"Mereka akan mematah prestasi kalian. Lagian anak kelas satu macam kau sudah berlagak pernah ke tingkat nasional saja."

"Memang pernah, Inter-High lepas kami pergi mewakili Miyagi."

"Shikusooo! Kau tumbuh keren sekali." (y/n) menengok kanan dan kiri. "Habis ini balik ke sekolah dulu? apa di jemput ji-san to ba-san?"

Ekspresi Taki tiba-tiba berubah. "Ah, sepertinya kau belum tahu, ya?" suaranya dalam dan begitu perih. "Ibu sudah meninggal dua tahun lalu."

D E G ! Jantung (y/n) berdetak kencang. Tubuhnya mendadakn lemas hingga Taki harus membantunya memapah diri. Air matanya mengalir tanpa diperintah, isakanannya terdengar semakin kencang. Taki membawa gadis itu menepi agar tak menghalangi jalan.

Hati (Y/n) bagai dihujam oleh benda tajam dan membuatnya kesakitan. "Ke—kenapa tak ada yang memberitahuku. Ba-san sudah seperti orangtuaku sendiri. Dia sangat baik padaku. Kenapa... Kenapa aku tidak menemuinya lagi setelah aku pindah?" tangin (y/n) terus berlanjut.

"Hiks... Aku merindukan beliau... Takkun... Gomen nee, Takkun. Gomen karena tidak bisa menemanimu saat menghadapi kenyataan itu... Gomen, Takkun... Hiks..."

Taki tak mengatakan apapun, dia terus mengusap rambut (y/n), menenangkannya lewat sentuhan. Tanpa menahu bahwa laki-laki lain bersiap untuk memukulnya tepat di perut.

•v•.•v•

[190519]

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now