15 • Ronde Ketiga

3.8K 468 31
                                    

Pikirannya tak tenang sejak saat itu. Tepatnya ketika ia bertemu dengan Kageyama dalam guyuran hujan deras dalam pelukan yang saling membasahi satu sama lain.

Hatinya harap-harap cemas. Khawatir apakah sang Raja akan meninggalkan sekolahnya lagi hari ini, atau berangkat untuk menemuinya.

T E N G ! T O N G ! Bel jam istirahat makan siang sudah dibunyikan. (y/n) yang menantikan bel itu langsung melejit keluar kelas bahkan mendahului guru matematikanya, Yoshimura sensei.

Dia berlari di koridor yang masih sepi menuju rooftop yang menjadi tempat janjian mereka. Dan tepat seperti yang dia duga.

"Kageyama!" panggil (y/n). Ia berlari menghampiri Kageyama yang tiduran di tempat teduh. "Baka, kau tidak ikut pelajaran lagi?"

Sebelah mata lelaki itu terbuka, kemudian mendudukkan diri dengan mengucek sebelah matanya. "Cuma pelajaran terakhir sebelum ini. Harahetta, mana makananku?"

"Tapi tetap saja, nilaimu itu sudah hancur, setidaknya ikuti pelajaran di kelas dengan benar! Singkirkan ego mu dulu, dong!"

"Hai', hai'...."

(y/n) menghela napas lelah dan memberikannya pada Kageyama. "Ini susu kedua di ronde ketiga, Bakageyama. Tersisa tiga hari, biarkan aku membayar utangku dengan tenang, ya."

Kageyama masih melahap bentonya, kemudian dia menghendik tak peduli. "Tak bisa kujanjikan."

P L A K ! (y/n) memukul lengan berotot Kageyama keras. "Aw! Kenapa malah aku yang kesakitan!?"

Kageyama menatap (y/n) remeh, smrik yang sudah sirna beberapa hari lepas kini telah kembali. Kembali menggetarkan hati (Y/n) dengan penuh intimidasi.

"Makanya jangan dipukul. Kau bisa memegang tanganku kapanpun kau mau."

"Maaf maaf saja, aku tidak minat."

"Ck, padahal waktu itu kau berkali kali mengelus punggung tanganku dan memeluk lenganku. Yah sayangnya waktu itu sedang hujan, wajahmu kacau balau."

P L A K ! Kini pukulan (Y/n) menyerang bahu Kageyama (yang jelas lebih berotot). "BAKAGEYAMA! Aku ini mau menghiburmu, tapi ini balasan yang kuterima!?"

"Aku tidak memintanya, aku tidak perlu membalasnya, kan?" Kageyama menaikkan sebelah alisnya, sementara senyum liciknya tak hilang.

Pipi (y/n) memanas, bukan karena tersipu, tapi amarah sudah menguasainya. "Anata ga kirai, boge! Aho!" (y/n) berteriak sekuat tenaga di depan Kageyama lantas pergi dari rooftop.

"Oi, (y/n)! Bentonya! Jangan sampai kau lupa membawanya besok!" Dengan bodohnya Kageyama menyeruput susunya menatap punggung (Y/n) yang menjauh dengan pipinya yang memerah.

Lelaki itu tertawa kecil melihatnya. "Dia memang yang paling indah."

***

Hari ketiga ronde ketiga telah tiba. Kageyama menatap jam dinding, masih ada satu pelajaran sebelum istirahat makan siang. 'Bolos atau tidak ya?'

Entah mengapa dia teringat pada kata-kata (Y/n) kemarin. "Toh, setelah ini sastra jepang, aku tidak bodoh bodoh amat di pelajaran itu." Dengan kebulatan tekadnya, Kageyama mengeluarkan buku tulis sastranya.

Tiba-tiba Hayakawa yang duduk di sebelahnya mencolek lengan Kageyama. "Kau bawa buku cetak yang dipinjami sekolah?"

Seketika Kageyama merasa dunianya akan hancur, runtuh, dan luruh bersama plangton-plangton dalam perut paus. 'MATI UDAH.'

Buku cetak Sastra Jepang yang dipinjami sekolah bagaikan jimat para siswa dari amukan guru sastra mereka yang paling killer, Yoshida Akibara. Dan jika ketahuan tidak membawa buku cetak selama pelajaran, hukuman tak dapat dielakkan.

Seperti yang sudah-sudah, total 3 murid kelas 1-3 dihukum mentah mentah untuk mengepel sepanjang lorong dan mengelap kaca jendela kelas luar dalam.

Kegiatan bersih-bersih belum selesai meski bel istirahat makan siang sudah berbunyi. Yoshida sensei mengawasi ketiga murid itu untuk terus bekerja.

'Sialan, apa (Y/n) menunggu di sana sendiri? Sial! Tau begini aku membolos saja!' Selama lima menit dia terus bekerja, secepat mungkin, serapi mungkin (padahal gak serapi itu).

Tapi setelah lima menit, dia semakin cemas, dia semakin gelisah, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

T R A K ! Kageyama menjatuhkan alat pembersih jendelanya. "Saya permisi sebentar sensei!"

"Hey! Kageyama, mau ke mana kau! Kembali sini!"

Tak dihiraukan panggilan gurunya, Kageyama terus berpacu di lintasan lari dadakan menuju rooftop.

B R A K ! Sepi. Pintu rooftop sudah dibuka, tapi tidak ada siapapun di sana. Kageyama menoleh kanan dan kiri, berharap menemukan orang yang dia cari.

Tapi nihil. Dia justru melihat sekotak susu dengan sebuah bento beserta note di atasnya. Tertulis, dari (Y/n).

Kageyama meremas note itu sambil memakan bentonya tak bernafsu, menyeruput susunya dengan lemas.

To : Tobi-chan
From : (y/n)

Cepat makan ya, kau bisa bawa tempat bekalnya dulu. Tenang saja, aku punya banyak yang begituan. Habiskan, besok aku berikan lagi. Jangan membolos, Tobio.

Ia menapaki jalan pulangnya dengan lesu, kata-kata garam Tsukishima tidak bekerja sama sekali, kebodohan Hinata yang melebihi batas normal juga tidak memberi hasil yang memuaskan.

"Kenapa ya? Aku merasa dihindari. Tapi oleh siapa? Anak-anak klub biasa saja padaku, teman kelas? Hayakawa dan Shiroyuki tidak masalah aku tinggal tadi. Lalu siapa? (y/n)?"

Ketika mengingat nama gadis yang secara tidak sadar sudah menghabiskan banyak waktu bersama, jantung Kageyama berpacu cepat.

Dia ingin segera bertemu (y/n) di rumahnya.

Namun lagi-lagi dia teringat. Ayah (y/n) tidak menyukainya. Itu karena dia bekrunjung malam-malam tanpa pemberitahuan, dan menyebabkan anak gadis itu keluyuran tengah malam untuk mencarinya.

"Tch," decihnya yang disusul secarik senyum paksa. "Apanya yang lelaki? Apanya yang melindungi? Selama ini apa yang aku lakukan? Membual di depan seorang gadis? Bahkan juga mengejeknya. Tidak seperti diriku saja."

Dia kembali melanjutkan perjalannya yang lesu, segala yang dia lihat tampak monokrom, sebatas hitam putih tanpa kebebasan.

Wajahnya yang kecil, rambutnya yang lembut, senyumnya yang manis melintas dalam benak Kageyama. Lelaki itu tersenyum, tersenyum getir merasa terpuruk.

***

Sang raja hanya berdiam diri ketika dipangkuannya sudah ada bento dan susu kotak, sama dengan kemarin. Bahkan notenya, berisikan tulisan yang sama.

"Sialan, rasanya enak sekali..." Sebuah pujian yang meluncur bersamaan dengan linangan air mata di pipinya, membuatnya terisak.

"DASAR PAYAH!" Kageyama berteriak.

Hari itu, waktunya habis untuk mencari sang gadis, dan membolos kegiatan klub. Gadis yang menapaki hatinya entah sejak kapan. Gadis yang selalu ingin ia lihat apapun yang terjadi. Kageyama yang bodoh dan buta akan kepekaan, untuk pertama kalinya berkembang.

'Ini hari keempat. Jika besok kejadian sama terulang, kesempatanku akan menghilang.' Dia berlari menelusuri koridor sekolah, halaman belakang, bahkan kantin.

Tapi ada satu tempat yang dia pikirkan. Dia memutuskan mengecek ruang kelas 1-8 untuk kedua kalinya.

•v•.•v•

[190613]

A.N
Maaf banget karena uda lama banget ga update. aku abis keluar kota, leppy di rumah, dan lagi males ngerjain di hp karena byk typo. Kalo pake leppy aku lbih bisa berkata-kata :" Tolong maafin ya :"

Makasih untuk semua yang support dan stay di lapak ini ya ^^

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now