14 • Menemukanmu

3.1K 514 125
                                    

Kegiatan klub voli putra Karasuno diliburkan secara mendadak. Semua anggota klub diharuskan untuk membantu mencari sosok setter utama tim mereka, sebisa mungkin, secepat mungkin.

"Kenapa dia tidak menjawab telponku, hah? Dia sendiri yang bilang kalau aku tidak mengganggu bila menelponnya!" Dan diantaranya ada seorang gadis. Dia bukan bagian dari klub. Tapi rasa cemasnya menyeretnya kemari.

(y/n) terus mengetikkan nama yang sama, memencet tombol yang sama. Sejak Hinata bilang Kageyama hilang, dia sama sekali tidak tenang.

Tapi hari itu, tidak ada yang ditemukan. Baik Kageyama maupun informasi terkait.

Jam menunjuk angka sebelas dengan lengan pendeknya, gadis itu belum berniat untuk pulang. Anggota yang lain sudah pulang lebih dulu dan berusaha keras menyuruh (y/n) pulang. Namun gadis itu berbohong. Dia tetap melanjutkan pencarian.

"(y/n)!" seseorang meneriakkan namanya.

(y/n) yang duduk di ayunan itu hanya menatap pilu ayahnya.

Sang ayah membawa (y/n) jauh dalam pelukannya, mendekapnya erat seolah kulit anaknya sangat licin. "Kamu kemana saja? Kenapa tidak mengabari ayah!? Kenapa pulang sangat larut, (y/n)? Jangan... Jangan tinggalkan ayah sendirian..."

(y/n) membalas pelukan ayahnya, isakanya belum jua terhenti. Tapi tak ada satu kata pun yang keluar untuk menjawab pertanyaan sang ayah.

"Gome-tteba, tou-san..."

***

Hari ini bukan hari yang (Y/n) nantikan. Biasanya dia selalu bersemangat karena satu alasan. Kehadiran Ousama.

Saat pulang semalam, dia enggan melepas pelukan dari ayahnya. Dia tidur bersama ayahnya, menghempaskan semua air matanya. Matanya masih sembab, lingkar hitam menempel pada matanya.

'Rasanya sangat menyakitkan,' ujarnya dalam hati, meremas ujung roknya dengan bergetar.

"(y/n)-chan, daijobu ka?" Erina hanya dilaluinya.

Haruka juga ikut mendekati meja (Y/n), tapi gadis bersurai (h/c) itu sama sekali tidak menanggapinya. Akhirnya Meiko datang, membawa kedua temannya keluar kelas.

Dunia seakan tahu rasa perih yang menggelayuti hatinya sejak kemarin. Mendung, kelabu, dan dingin. Hujan deras tak mampu melarutkan kesedihannya.

"Mungkin aku sudah gila, tapi sepertinya, aku jatuh cinta..." gumamnya saat melihat hujan di depan loker sepatu.

Dia membuka payungnya perlahan, lalu mulai berjalan, menapaki jalanan becek dan sepi.

(y/n) terus berjalan, ke seluruh pelosok yang bisa dia lalui. Dia meneriakkan nama Kageyama meski teredam derasnya hujan. Kini sepatunya basah, sebagian pakaiannya juga basah.

Malam sudah tiba lagi, rembulan memantulkan sinar matahari tepat setelah hujan reda. Dan yang (y/n) dapat, tidak ada.

Hening, tak ada seorang pun di sekitarnya. Dia menatap ponsel, susu kotak, dan bentonya di pangkuan. Air matanya terus mengalir tanpa ia sadari, tanpa isakan, hanya dengan helaan.

Cara menangis yang begitu menyakitkan.

"Oya oya? Apa yang dilakukan gadis manis di tempat seperti ini sendirian? Bukankah sudah terlalu malam untuk keluyuran, nona?" Dua lelaki mendekatinya. Pakaiannya robek-cobek, telinganya ditindik, rambutnya warna-warni tak karuan.

(Y/n) hanya diam dengan pokerface nya, ia sangat ketakutan.

"Wah, kami diabaikan... Menyakitkan, loh~ Ne, Josei, sepertinya nona ini cuma kesepian."

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now