4 • Hari Kedua

5.5K 791 99
                                    

Malamnya begitu panjang. Untuk seorang (y/n) yang sudah menapaki kaki pukul tujuh malam di rumahnya, menyangka sudah datang waktunya untuk tidur dan menyambut hari esok dengan gembira.

Tapi tidak semudah itu. Malamnya masih panjang.

(y/n) dibuat kesal setengah mati. "Lalu apa yang kau inginkan!?"

"Kau..." Pipi (y/n) menghangat. Sungguh, dadanya bergemuruh hebat. Tak ia sangka, pengakuan datang secepat ini.

"Berikan aku susu setiap saat aku ingin, satu hari satu susu sudah bagus."

D O E N G ! Hari ini banyak yang membuatnya kesal, juga dongkol.

(y/n) yang tadi sudah mulai berfantasi bersama Kageyama dalam angannya, dihempas begitu saja imajinasinya. Dia menghela napas panjang, kemudian segera menendang paha Kageyama dengan kekuatan penuhnya.

(y/n) menutupi wajahnya dengan bantal, membalut tubuhnya dengan selimut, sibuk miring kanan miring kiri dalam tidurnya, dan berakhir dengan menghadap langit-langit kamarnya.

"Ousama sialan itu! Makin lama macam ditaktor saja!" gumamnya kesal 'sepenuh hati'.

Hanya makian yang keluar dari mulutnya untuk pemuda tampan sedingin es, tapi pipinya tak henti bersemu. Jantungnya terus bergemuruh meski kini dia tak sedang dihadapan sang raja.

Malam itu dia putuskan untuk putus asa dalam usaha tidurnya. Membiarkan kantuk menggantung dan bunga mimpi datang membelainya. Dengan wajah datar serta senyuman bagaikan iblis menjadi pemandangan terakhir sebelum ia terlelap.

*****

Hari Minggu (y/n) hanya untuk bersih-bersih rumah, tidak ada niat pergi setelah mendapat tawaran dari duo rusuh. Siapa lagi kalau bukan Erina dan Meiko.

"(y/n) malam ini tou-san akan pergi ke Tokyo. Kira-kira akan pulang hari Rabu besok. Kau baik-baik saja di rumah sendiri, kan?"

(y/n) menoleh pada ayahnya yang masih mengecek pesan di ponselnya. "Ya, aku cuma perlu bersih-bersih, memasak, makan, belajar, dan tidur, kan?"

Ayah (y/n) menghampiri anak gadis semata wayangnya, mengelus kepalanya lembut. "Maaf karena pekerjaan ayah, kau jadi sering sendiri. Andai saudaramu—"

"Mattaku, apa yang ayah katakan? Aku ini gadis yang kuat. Tinggal bersama ayah adalah pilihanku. Jadi jangan khawatir, aku sudah biasa, kok," ucap (y/n) menenangkan ayahnya.

Lelaki paruh baya itu memeluk anak gadisnya, menghantarkan kehangatannya sekaligus penyesalannya karena tak bisa terus berada di sisi sang putri untuk melindunginya.

"Ayah tak bisa terus bersamamu utnuk menjagamu. Maka dari itu, temuilah pangeran yang akan menjagamu. Kau adalah putriku yang amat berharga."

Pelukan hangat seorang ayah, adalah hal yang begitu berarti bagi (y/n) sekarang. Bukan saatnya untuk terpuruk, atau mencela keegoisan kedua orangtuanya dia masa lampau.

Kini dia akan tumbuh, menjadi putri yang layak bagi seorang pangeran. Pangeran yang akan tumbuh bersamanya menjadi seorang raja.

*****

Hari Senin. Paginya diawali dengan penuh semangat, (y/n) bersenandung kecil hingga di kelas. Dia pun mengikuti pembelajaran dengan baik. Beberapa kali dia menjawab pertanyaan guru dan mendapat poin tambahan.

(y/n) bersiap untuk klubnya, hanya sebatas klub menggambar. Klub yang tiap tahunnya secara rutin merilis paling tidak dua manga buatan sendiri.

'Aneh, aku menjalani hari ini dengan semangat, tapi sepertinya ada yang aku lewatkan...' Dia masih tak peduli dengan itu hingga dia tak sengaja mencuri dengar.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now