12 • Susu Pertama, Ronde Kedua

4.3K 499 7
                                    

"Yabai! Yabai! Yabai! Cerobohnya! Baka!" Mulutnya tak berhenti merutuk.

Dia mempercepat langkahnya sebisa mungkin, menyembil di antara orang-orang dengan tubuhnya yang ideal. Dalam genggamnya ada sebuah paperbag yang ia lindungi sepenuh hati dari tubrukan tubuh orang-orang.

'Uh, oh, Jepang itu padat sekali, sih, apalagi stasiunnya~' Meski begitu (y/n) tak henti berusaha. "Siaran langsung pukul 11, paling tidak mereka masuk lapangan pukul setengah sebelas. Dan sekarang sudah jam 10. Kalau mereka sudah masuk lapangan bakal susah nantinya!"

Memasuki halaman Sendai City Gymansium, ia mencari jalur alternatif ke ruang tunggu klub voli Karasuno.

Tapi nyatanya dia jadi kebingungan. Menetap pada satu titik dengan satu kebingungan besar.

Namun takdir sudah mengikatnya. Punggung lebar nan kokoh sang setter tertangkap inderanya. "Tobio~!"

Sang empu berhenti melangkah, mendapati gadis yang menantinya dengan binar di mata. "Kirei."

(y/n) menghampiri Kageyama secepatnya. Begitu selesai mengatur pernapasannya, ia menunjukkan paperbag yang dia bawa.

"A—Ano, aku mau bayar utangku lagi. Ka—kalau aku kasih setelah pertandingan tak akan sempat."

Dalam hatinya, (y/n) pikir dia hanya akan dapat dehaman dan ucapan terima kasih yang khas. Tapi, sentuhan pada dahinya menyadarkannya, kalau dia telah salah sangka.

"Keringatmu banyak sekali. Kau kesini lari-lari?" Handuk yang tadi bergelantung di lehernya kini beralih menyeka keringat (y/n). "Di sini banyak orang, kalau jatuh bukan cuma kau yang repot, tapi orang di sekitarmu juga."

Melihat Kageyama yang fokus menyeka keringat, pandangan (Y/n) tak sedetik pun lepas dari wajah tampan Kageyama. "Ne, Tobio. Wajahmu sudah tidak menyeramkan lagi."

Kageyama tersentak di tempatnya. "Tak ada yang berubah dariku," sahutnya cepat.

(y/n) tertawa kecil mendengarnya. Dia lantas mencari sesuatu dalam paperbag itu. "A—ano... Te—terimalah ini," suaranya yang tenang tiba-tiba gemetaran.

Tangannya terjulur beserta suatu benda kecil. "I—ini bukan hanya untukmu! Ta—tapi untuk semua anggota voli! Maaf karena baru bisa memberinya hari ini."

Perlahan Kageyama meraih benda itu, sebuah jimat permohonan berisi penuh doa."A—arigatou." Kageyama menatapnya lekat, seakan akan itu kali pertama baginya.

Lelaki di depannya terus terdiam sementara (Y/n)terbunuh oleh penyakit 'tak bisa berkata-kata'nya. "To—Tobio, aku juga buatkan bento. Kalau bisa dimakan, ya. Dan susu coklatnya..."

"Jangan sekarang," potong cepat Kageyama.

"Tapi aku mau bayar utang. Kalau saat pertandingan selesai, aku takut tak akan sempat."

Kini tatapan Kageyama bergilir pada (y/n). "Jika itu terjadi, aku akan membuat itu menjadi 'sempat'."

Kageyama segera berlari, meninggalkan (Y/n) yang masih terpaku dengan yang barusan Ousama katakan. Jantungnya berdetak cepat, ingin segera melihat aksi sang Raja Lapangan.

***

Final babak penyisihan prefektur Miyagi dilangsungkan hari ini. Para pecinta voli dari sepenjuru Miyagi datang untuk menjadi saksi mata siapa perwakilan prefektur tahun ini di kancah nasional.

Apakah Shiratorizawa, sang Elang yang selalu bisa mengamankan tempat di kejurnas. Di bawah pimpinan ACE terbaik ketiga Jepang, mereka selalu membuka peluang.

Devil's Smirk | Kageyama Tobio ✔Where stories live. Discover now