BAGIAN ENAM || Mr. Mystery

14.4K 584 5
                                    

Now Playing : Raisa - Nyawa dan Harapan

HAPPY READING

Jika salah tolong beritahu saya secara baik, dan kalaupun kamu marah emosilah dengan cara yang baik.

***

Sampai di rumah Dira langsung mandi, makan tanpa di temani oleh kedua orang tuanya, ia sangat merindukan kedua orang tuanya sekarang, ia merasa kesepian jika ada di rumah ini, Dira lebih menyukai sekolah dari pada harus berdiam diri di dalam rumah. Dira segera naik ke atas ia baru ingat kalau besok ia juga harus latihan drama lagi Dira harus mempersiapkan itu.

Saat duduk di meja belajar miliknya ia kembali melihat bunga yang di kirim oleh seseorang, Dira masih menyimpan bunga itu sampai sekarang, entah kenapa ia terus saja menebak siapa yang memberikan bunga di dalam lokernya. Saat sedang belajar dan mengerjakan tugasnya Dira mendengar suara seseorang datang.

"Aku minta uang dong," pinta seorang yang ternyata itu mama dari Dira.

"Uang? Kemarin kan aku udah kasih. Sekarang minta lagi?" tanya papah Dira.

Dira masih mengerjakan tugas-tugasnya, kedua orang tuanya itu kalau pulang kerja mereka selalu tidak akur. Semenjak Dira kecil suakanya belum seperti ini baik mamanya atau papahnya, Dira selalu di perhatikan, tapi semakin bertambahnya usia Dira mamahnya itu berubah 180° dari sikap aslinya, mamahnya sering meminta uang pada papahnya untuk berbelanja hal yang tidak perlu dalam jumlah banyak. Dan untunglah papahnya itu punya uang.

"Uang yang kemarin kurang. Sekarang aku minta lagi."

"Untuk apa? Jangan bilang untuk belanja."

"Ya ampun!! Tinggal kasih duitnya aja, gak usah banyak tanya."

"Kamu selalu belanja hal yang tidak perlu sampai-sampai kamu melupakan kewajiban kamu sebagai ibu dan istri. Anak kamu Dira kangen sama ibunya, kamu bahkan gak pernah peduli sama dia."

"Udahlah gak usah bahas itu! Aku muak! Aku mau hidup bebas! Aku juga gak mau menghabiskan waktu aku untuk ngurusin anak itu. Sekarang kasih aku uang lima juta."

"Sebanyak itu? Aku lagi gak pegang uang."

"Sekarang aku minta ATM kamu. Sini!"

Ketika mereka membicarakan Dira, Dira langsung memakai headset dan mengeraskan volume musiknya agak tidak mendengar pertengkaran antara papahnya dan mamahnya.

Papahnya masih suka memperhatikan kebutuhan Dira tapi mamahnya berbeda, dia sama sekali tidak pernah menghabiskan waktunya dengan Dira, padahal Dira sendiri sangat merindukan pelukan dari mamahnya.

Saat dirasa tidak ada lagi pertengkaran Dira membuka headsetnya, sepertinya mamahnya sudah pergi. Dira bangun dari duduknya untuk pergi ke kamar papahnya.

"Pah," panggil Dira. Papahnya sedang di ruang kerja.

"Eh ada Dira."

"Papah udah makan?"

"Udah kok."

"Kamu butuh apa? Nanti papah belikan."

"Aku butuh mamah dan papah, Dira gak mau yang lain. Dira pengen kayak dulu lagi."

Papahnya diam.

"Yaudah Dira pergi dulu pah." Dira pergi dari sana, matanya mulai berkaca-kaca saat melihat papahnya sedang pusing memikirkan keluarganya yang sepertinya berantakan.

Dira tau tidak mudah untuk membujuk mamahnya untuk kembali lagi jadi ibu yang menyayangi putrinya, tapi harapan Dira agar mamahnya itu berubah kembali masih ada, ia masih berharap sangat berharap agar keluarganya selalu bahagia.

Galdira [END]Where stories live. Discover now