[🌙] 11; Our Insident

2.3K 357 16
                                    

3 June 2016
Hari itu.. adalah hari yang paling berat dalam hidupku... Sangat sangat berat, cobaan yang paling membuatku merasa hidupku tak ada artinya lagi..
















Jungkook mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, ia sedikit terlambat menjemput tunangannya di studio fotonya.

Jimin mengabari jika Jungkook harus menjemputnya pukul empat sore.

Dan sekarang sudah menunjukan pukul setengah lima, ia tadi malah menghabiskan waktu untuk bermain game dari siang hari.

Belum lagi hari ini juga mereka akan kencan dan menyiapkan segala hal tentang pernikahan mereka dua bulan lagi.

Ponsel Jungkook terus berdering di saku celana, ia yakin itu pasti Jimin.

Ia jadi merasa bersalah pada kekasihnya karna melupakan janjinya begitu saja.

Ia makin melajukan motornya dengan cepat, seperti sedang balapan. Ia yakin Jimin pasti akan marah sekali padanya.

"SIAL!" Jungkook mengumpat keras saat melihat lampu pertigaan berubah merah saat baru saja ia akan lewat.

Kurang beberapa detik saja tadi. Jungkook menahan motor ninjanya dengan kaki. Ia meronggoh ponselnya lalu melihat 19 missed call dari sang kekasih.

Dengan cepat ia menelpon balik Jimin dan memasukan ponselnya ke dalam helm.

"APA?!" Jungkook sedikit meringis saat Jimin berteriak cukup kencang dari arah ponsel.

"Sayang maaf, aku sedang dalam perjalanan kesana," ucapnya sambil berdoa jika Jimin tak akan marah padanya.

"CEPAT!" Jungkook meringis kembali saat telinganya berdenyut sakit mendengar suara cempreng Jimin dari ponsel.

Jungkook bersiap saat lampu sudah akan hijau, ia segera menggas motornya saat lampu sudah hijau.

Kembali balapan dengan waktu yang terus mengejarnya, belum lagi omelan Jimin yang tiada hentinya.

Jungkook mencoba fokus dan mengatakan akan menelpon Jimin lagi nanti. Ia takut terjadi kecelakaan nantinya.

Jungkook lalu menyimpan ponselnya di saku dengan asal. Tidak terlalu peduli pada ponselnya karna Jiminlah yang ia khawatirkan sekarang.

Jungkook kembali menggas motornya saat akan melewati satu perempatan di depan. Lebih melajukan motornya dan menyelip kendaraan di depannya agar ia bisa lebih cepat.

"Sedikit lagi..," ucapnya saat akan mencapai lampu lalu lintas.

Saat Jungkook akan melewati mobil terakhir, lampu berubah menjadi merah.

Tidak peduli bahayanya, Jungkook malah menerobos dengan tidak sabarannya.

"HEY KAU SUDAH GILA?!" Jungkook menghiraukan teriakan yang memaki dirinya di belakang.

Ia tak peduli, sebentar lagi ia akan menemui Jimin. Dan Jimin lebih penting dari apapun.

Ckiiit

Ban motor yang bergesekan dengan aspal itu membuat beberapa orang berjengit ngilu. Termasuk Jimin yang berada tepat di depan motornya.

"Apa-apaan kau ini?!" dengus Jimin sambil melipat tangannya di depan dada.

Melihat jika Jungkook lah yang membuat keributan tadi.

"Maafkan aku sayang," ucap Jungkook dengan nafas terengah, cukup lelah juga jika kebut-kebutan di jalanan.

"Lama! Aku mau jalan sendiri saja!" Jungkook yang tadinya baru melepas helm menoleh pada Jimin.

Ia merasa bersalah saat melihat Jimin berkeringat, menandakan jika Jimin memang kepanasan dari tadi menunggunya.

"Sayang maafkan aku," Jungkook segera meninggalkan motornya dan menyusul Jimin yang melanglah ke zebra cross.

Hendak menyebrang namun tak melihat kanan dan kiri.

Tiin tin tinnn!

Jungkook yang mendengar pertama kali bunyi klakson yang memekakan telinga itu.

Sebuah mobil melaju kencang ke arah Jimin. Refleks ia menarik lengan Jimin dan memeluk Jimin erat sampai ia pun oleng.

"JUNG—

Bruak

Belum Jimin memproses apa yang terjadi, ia bisa mendengar suara benturan keras dari tulang dahi Jungkook dan trotoar samping mereka.

Nafas Jimin tercekat saat melihat Jungkook pingsan dengan alirah darah keluar dari luka di dahinya. Ia bisa melihat memar di dahi Jungkook juga.

Dengan keadaan yang shock karna masih memproses kejadian di hadapannya. Jimin mengelus pipi Jungkook.

Tanpa sadar air matanya mengalir, tanpa isakan ia menatap Jungkook yang terpejam erat.

A-apa yang terjadi tadi....? Batinnya dengan perasaan shock dan dada yang berdetak kencang.






















—Haruskah aku menyerah dengan hidupku?

Pertama kalinya aku menulis dengan pandangan yang hitam semua. Apa tulisanku jelek?

Blind [KookMin]Where stories live. Discover now