[🌙] 14; Eyes

2.5K 384 18
                                    

"Okay! Cukup untuk hari ini. Terima kasih Jimin-ssi." Jimin tersenyum sopan lalu menghela nafas lelah saat fotografer yang menyewanya sebagai model berkata demikian.

Ia berjalan ke arah ruang ganti baju miliknya dan duduk di depan meja rias besar di depannya. Dan tak lama kemudian beberapa stylish yang bekerja di studio tempatnya bekerja datang untuk membantunya membersihkan sisa make up yang ada di wajahnya.

Jimin hanya bisa terdiam dengan perasaan lelahnya, ia memejamkan matanya dan menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi. Mencoba untuk rilex dan mengistirahatkan tubuhnya.

"Jimin-ssi?" Jimin yang awalnya terpejam, refleks membuka matanya saat tepukan pelan di bahunya dan suara lembut di sisinya sedikit menyentak dirinya.

Seorang wanita paru baya disana, berdiri di sisinya dengan senyuman hangat.

"Ah.. Selamat siang nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jimin dengan sopan dan senyuman manisnya.

Wanita itu tersenyum lalu menarik satu kursi dan duduk di depan Jimin dengan mata yang menelisik.

Jujur Jimin merasa sedikit risih.

"Kau memang lebih cantik dari yang tuan Jeon katakan." Jimin menaikan alisnya saat wanita itu berujar sambil terkekeh kecil.

"M-maksud anda?" Tanya Jimin sambil menggaruk lengannya dengan ragu.

Tuan Jeon? Jungkook kah?

"Ya. Ah maaf aku kurang sopan ya? Perkenalkan, namaku Cha Yuri. Aku adalah fans nomor satu motivator Jungkook." Jimin mengangguk paham pada wanita paru baya ini.

"Aku datang sejauh ini ingin bertemu denganmu. Aku menunggu lama tadi, untungnya kau belum pulang." Jimin tersenyum merasa bersalah karna membuat tamunya ini menunggu.

Ia sendiri tak tau jika wanita paru baya ini menunggunya. Tak ada informasi apapun yang masuk padanya.

Wanita ini fansnya Jungkook ya..?

Well, Jungkook memang menjadi motivator yang sudah lumayan terkenal. Banyak orang yang bisa lebih menghargai hidup dan mau berjuang setelah mendengar semangat yang Jungkook sampaikan.

Menekankan jika kekurangan kita bukanlah bambatan untuk mundur. Bukan alasan logis untuk menyerah pada hidup dan menyalahkan Tuhan.

Ini semua hanya permainan takdir. Jalani saja, Tuhan tau endingnya akan seperti apa jika kita bisa sabar dan bertahan.

"Di sesi acaranya, Jungkook-ssi sering membicarakanmu." Jimin terkekeh canggung saat wanita itu berujar dengan lengan yang menepuk pundak Jimin.

"Tapi ada urusan apa Nyonya kemari?" Yuri tersenyum, ia lebih mendekatkan duduknya pada Jimin.

"Niatku disini hanya ingin memberitahu kabar yang mungkin akan membuat kau dan Jungkook-ssi bahagia." Jimin mengerutkan keningnya saat wanita itu tersenyum padanya dengan lembut.

"Jadi begini, aku mempunyai putri yang sangat cantik seumuran denganmu. Ia adalah gadis yang baik dan ceria walau ia sering di bully teman-temannya." Jimin diam mendengarkan. Entah kenapa perasaannya tidak karuan saat ini mendengar cerita wanita paru baya di depannya ini.

"Tapi.. Tuhan masih ingin mengujinya.. Anak gadisku yang cantik menderita kanker ganas dan dokter mengatakan jika.. Jika ia kemungkinan tak bisa selamat." Entah keberanian dari mana. Jimin memeluk wanita paru baya di depannya yang terlihat bersedih.

"Tapi ia selalu menonton acara motivator Jungkook di Youtube. Ia sesekali akan melakukan apa yang Jungkook-ssi bicarakan. Kelemahan bukan hambatan untuk apapun."

"Putriku mulai mau melakukan hal positif, ia selalu membeli banyak permen dan membagikannya ke anak jalanan dan panti asuhan. Ia selalu melakukan hal baik agar Tuhan juga mau berbaik hati padanya dan mengangkat penyakitnya." Wanita itu terus bercerita. Jimin tak mengerti kenapa wanita ini bercerita tentang putrinya padanya di saat mereka tak saling mengenal.

"Tapi Tuhan tak mengangkatnya, Tuhan mengambilnya, mengambil penyakitnya beserta putri cantikku." Jimin mengerjap disana, ia tak tau harus berkata apa lagi saat ini.

"Putriku menulis sesuatu sebelum ia menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit.." Yuri menoleh menatap Jimin yang tercengang disana. Tangan kurus itu mengelus pipi Jimin dan tersenyum lembut.

Jimin merasa seperti melihat sekilas sosok sang ibu dalam diri wanita itu.

"Ia menulis.. Jikapun Tuhan ingin ia meninggalkan dunia.. Ia ingin matanya Jungkook-ssi miliki.. Ia yakin jika Jungkook-ssi akan senang karna selama hidupnya, putriku melihat hal indah dan selalu mensyukuri segala pemberian Tuhan seperti apa yang Jungkook-ssi katakan."

Deg

Ini bukan mimpi kan?

Blind [KookMin]Where stories live. Discover now