[🌙] 12; Our Insident (2)

2.2K 348 9
                                    

Jimin mengigit jari kukunya dengan kuat, tubuhnya masih bergetar dengan kepalanya yang menggeleng engan menerima kenyataan jika Jungkook tengah berada di ruang oprasi karna luka di sekitaran kepalanya.

Hampir satu jam ia menunggu namun tak ada kabar mengenai Jungkook saat ini.

Orang tua Jungkook juga terlihat kalut disana, ia memanggil mereka berdua setelah Jungkook di masukan ke UGD.

Ibu Jungkook terlihat sangat shock disana, ayahnya juga terlihat khawatir menatap pintu ruang oprasi.

Jimin lalu menunduk melihat bercak darah di baju dan celananya, ia engan untuk membersihkannya karna terlalu takut terjadi apa-apa dan ia tak ada saat Jungkook membutuhkannya.

Ia terus menerus berdoa pada Tuhan di dalam hati, berharap jika ini hanya mimpi dan dia ingin segera bangun untuk melihat Jungkook.

"Hiks.. Huhuhuhu... Hiks hiks.. Jung—hiks Jungkook! hiks hiks...," Jimin menunduk, ia menutup wajahnya dengan tangan dan menangis meraung memanggil Jungkook terus menerus.

Ibu Jungkook yang tadinya masih berada di pelukan sang suami melihat Jimin yang lebih kalut disana.

Ia segera menghampiri Jimin dan memeluknya erat membuat Jimin makin menangis kencang.

"Sstt sudah Jiminie, Jungkook hanya tertidur. Bulan depan kan kalian menikah, jangan sedih hm?" Jimin makin meraung sambil meremas bahu ibu Jungkook.

Melampiaskan rasa sedih, kalut dan khawatirnya pada ibu kekasihnya

"Semua salahku hiks hiks harusnya aku hiks yang disana hiks hiks hiks huhuhuhu Jungkook-ah.. hiks Jungkook.. Huhuhuhu Jungkook..," Ibu Jungkook yang mendengar nada putus asa Jimin makin memeluk erat calon menantunya ini.

Ia ikut menangis sambil mengelusi punggung Jimin dengan lembut. Dalam hatinya ia terus berdoa untuk keselamatan anaknya.

Biip

Jimin yang tadinya masih menangis segera melihat pintu ruang oprasi saat suara nyaring terdengar dari sana.

Dan dokter keluar dari ruangan itu dengan peluh yang membajiri wajahnya.

Jimin beserta orang tua Jungkook langsung menghampiri sang dokter dengan terburu-buru.

"Bagaimana dok?! Jungkook tidak apa-apa kan?" ayah Jungkook yang tadinya hanya diam bertanya terlebih dahulu pada dokter yang menangani Jungkook.

Jimin disana masih mencoba menetralkan deru nafas dan isakannya yang masih  terdengar keras.

Dokter itu menghela nafasnya dengan pasrah, dan hal itu cukup membuat ketiganya menahan nafas dengan jantung berdegup kencang.

"Pasien Jeon mengalami benturan keras pada dahi, pelipis dan bagian sekitaran matanya. Saya kira itu hanya luka kecil dan bisa di jait sedikit, namun saat saya melakukan pemeriksaan dalam lebih lanjut, ternyata bagian matanya lah yang terbentur sangat keras. Saya kurang teliti dan malah melihat luka di kepalanya yang saya pikir terbentur paling keras," Jimin membulatkan matanya mendengar penjelasan dokter itu, ia mengepalkan tangannya dengan air mata yang lolos lagi keluar mengaliri pipinya yang sudah memerah.

"Saya langsung melakukan pemeriksaan khusus pada matanya tadi, ada kerusakan yang terjadi pada rentina matanya dan berkat benturan di kepalanya juga indra penglihatannya akan terganggu," Jimin kini menutup mulutnya dengan kepala yang menggeleng keras.

"Saya belum tau pastinya, namun saya perkirakan jika pasien Jeon Jungkook akan mengalami kebutaan untuk sementara."

Bruk

Jimin yang mendengar penjelasan sang dokter langsung terduduk di lantai karna tak bisa merasakan lagi kakinya.

Ia tidak kuat dengan apa yang di katakan dokter padanya, ia mengeleng keras, menolak jika Jungkook akan kehilangan penglihatannya.

Bagaimana jika Jungkook mengetahuinya? Apa Jungkook akan menyalahkannya? Apa yang akan dilakukannya nanti? Bagaimana cara agar Jungkook bisa melihat lagi? Apa Jungkook akan meninggalkannya? Apa Jungkook akan membenci dirinya seumur hidup?

Jimin makin kencang menangis dan meraung disana, ia menepuki keras dadanya yang sesak, ia benar-benar tak bisa mengontrol dirinya lagi saat ini.

"Jungkook-ah!! Hiks!!"

Blind [KookMin]Where stories live. Discover now