4

6.3K 524 3
                                    

Pukul 21:35 PM

Revia sampai di kosannya dengan sisa-sisa keletihan selepas menyetir tadi. Mobilnya ia parkirkan di depan toko Kang Baba. Beliau memang hanya mengizinkan mobil Revia saja untuk parkir di situ. Katanya, Revia sudah ia anggap seperti adik sendiri. Jadi, tidak apa jika Ramason diparkirkan di depan toko.

Sebenarnya Revia tidak segera pulang setelah salat magrib tadi. Ia masih berkeliling menyusuri jalanan besar. Entah mengapa, dia sangat suka menyusuri jalanan-jalanan itu. Rasanya menenangkan. Bagi Revia, hal itu bisa menentramkan jiwa serta raganya yang terus diforsir tanpa henti sejak pagi, tersita oleh pekerjaan dan aktivitas sehari-harinya selama empat tahun ia hidup sendiri.

"Hahh ... capek banget," keluh Revia setelah memarkirkan Ramason. Dia kemudian menuju ke kamar kosnya.

Sembari merenggangkan beberapa bagian tubuh, ia berjalan ke arah kasur kecil miliknya. Namun, ketika hendak melompat ke atas kasur, ponselnya tiba-tiba berdering.

"Hm? Siapa yang nelepon malem-malem gini?" Ia pun segera menggeser ikon hijau di ponselnya. "Halo?"

"..."

Dahi Revia sedikit berkerut karena tak ada sahutan dari si penelepon. "Halo, siapa, ya?" imbuhnya lagi.

"..."

Revia menjauhkan ponsel dari telinganya dan mengecek apakah sambungan telepon sudah dimatikan atau tidak, tapi nyatanya panggilan itu masih tersambung.

"Orang isengkah?" duga Revia.

Ketika ia hendak mematikan panggilan, tahu-tahu saja ia mendengar gumaman seorang pria.

"Halo."

"Eh? Suara cowok? Siapa? Duh, apa jangan-jangan suruhan Ibu kos? Tapi 'kan bayar kosannya masih lima hari lagi. Gila aja dia nyuruh orang gangguin gue malem-malem gini."

Masih dengan monolognya, Revia menatap horor ponsel dalam genggamannya.

"Halo? Ini siapa, ya?" tanyanya setelah mengambil sedikit jeda.

"Kamu ... Revia?" ucap suara bariton dari seberang sana.

"Iya, memang betul saya Revia. Ini siapa, ya?"

Laki-laki itu sempat terdiam beberapa saat. Bodohnya, Revia dengan setia menunggu respon orang tersebut.

"Revia? Revia, ya?"

Kekehan pelan tiba-tiba terdengar dari ponsel Revia.

Dih, siapa, sih? Random amat. Revia membatin.
Sempat tertegun dengan respon aneh yang diberikan lawan bicaranya. Alhasil, ia menatap garang ponselnya sendiri. Demi Tuhan! Dia sudah sangat letih, dan sekarang ia harus berurusan dengan orang aneh seperti ini? Yang benar saja!

"Pak, Anda salah sambung. Silakan Bapak periksa kembali nomor yang hendak Bapak tuju apakah sudah benar atau tidak," usul Revia mempertahankan nada bicaranya yang ramah.

"Kamu sudah makan malam?"

Ada apa dengan orang ini?! Dan siapa dia hingga berani sok akrab dengannya?

Miss Copywriter (✓)Where stories live. Discover now