26

3.7K 341 5
                                    

Revia sudah bilang 'kan bahwa dirinya tidak peduli dengan Regan? Ya, ia memang tidak peduli, tapi entah mengapa hatinya merasakan kejanggalan.  Membuatnya luar biasa dongkol.

Revia tidak akan lupa atas perlakuan Regan yang akhir-akhir ini gemar mengganggunya. Gangguan yang disebut dengan PDKT oleh sahabat-sahabatnya. Entah itu benar atau tidak, tapi terlepas dari itu semua, Revia merasa bahwa Regan seakan hanya mempermainkannya.  Buktinya sudah ada kemarin. Bagaimana bisa pria buaya itu secara gamblang mengumbar kemesraan bersama Rosa di hadapannya? Apakah Regan mengalami amnesia sehingga ia melupakan hal bodoh yang bahkan sampai siang kemarin masih dia lakukan dengan mengajak Revia makan siang bersama?

Jika saja kemarin Rosa tidak memerintahkannya untuk berbincang sebentar, mana sudi seorang Revia menyaksikan roman picisan yang dilakoni Regan. Hal yang membuat Revia bingung dan dongkol adalah, mengapa Rosa tidak menunggu Regan pergi dulu baru mengajaknya diskusi? Akibatnya Revia panas dingin karena merasa diperhatikan secara intens oleh Regan saat di ruangan Rosa kemarin.

Namun, yang paling membuat Revia begitu kesal adalah keingintahuannya yang timbul dengan tidak tahu diri. Untuk apa dia penasaran mengenai keberadaan Regan di ruangan Rosa setelah dia selesai berdiskusi dengan bosnya itu?

Memangnya pembahasan apa yang sampai-sampai membuat mereka berbicara sangat lama? Apakah Regan berencana kembali memakai jasa biro periklanan ini untuk produk perusahaannya lagi? Mungkin aja gitu, bukan?

Apa si Account Rese bakal gunain jasa biro periklanan ini lagi? Tapi kok gue nggak yakin? Kenapa coba harus nunggu gue selesai diskusi sama Bu Rosa? 'Kan harusnya selesain dulu apa yang mau mereka bahas, baru deh setelah itu Bu Rosa panggil gue buat diskusi.Wait, ih! Kenapa juga gue harus kepikiran! Bodo amat mereka mau ngapain, gue nggak peduli! Lo nggak peduli, Revia!

Revia membatin. Ia meyakinkan diri bahwa apa pun hubungan Regan dengan sang bos, tidak akan memengaruhinya. Itu urusan Regan dan Rosa. Dia tak seharusnya ingin tahu. Namun, awas saja Regan masih berani mengirimkan makanan dan pesan-pesan tidak bermutunya itu, Revia tidak akan tinggal diam.

Emang si Regan mau lo apain kalau dia masih berani ngirim makanan sama pesan-pesan bullshit itu? Sisi jahat dalam dirinya bertanya bosan.

Benar juga, memang apa yang berani ia lakukan jika Regan masih saja mengganggunya? Bahkan sisi jahatnya sampai bertanya demikian.

Mendapati kenyataan bahwa dirinya tidak memiliki kuasa lebih, malah semakin membuat Revia nelangsa. Nyatanya dia tidak memiliki senjata apa pun untuk melawan perlakuan Regan yang seenaknya.

Otak ngapa jadi ngaco gini ya ampun. Kenapa juga gue masih beranggapan kalau si Regan berani ngelanjutin tingkah anehnya itu? Astaga, kayaknya ada yang salah ama pikiran lo, Vi. Sadar! Sadar! Tapi ... tapi kok rasanya tetep jengkelin sih?! Bikin gue bete aja tuh Account setan! Gue benci sama lo! Revia lagi-lagi mendengkus kesal entah sudah yang keberapa kalinya.

"Apaan, sih, Vi?! Dengkusan lo ganggu! Jadi nggak bisa konsentrasi, nih. Apa yang ganggu pikiran lo? C'mon, fokus kerja," seru Rifa memperingatkan Revia. Dia merasa terganggu karena sejak tadi, gadis di sebelah kubikelnya selalu mendengkus serta menekan-nekan kuat keyboard PC-nya.

Sayangnya, kata-kata Rifa tak Revia indahkan. Ia tetap saja melakukan hal-hal yang membuat Rifa kian dongkol.

"Dih, malah pura-pura tuli. Heloo, Vi, lo dengerin gue, 'kan? Berhenti dengkus sana dengkus sini. Oh, jangan bilang ini gara-gara kejadian kemarin? Kelakuan lo yang kayak gini bisa bikin gue berasumsi bahwa lo tuh sebenernya cemburu sama Pak Regan dan Bu Rosa. Iya, 'kan?" tebak Rifa langsung.

Miss Copywriter (✓)Where stories live. Discover now