5

5.8K 494 2
                                    

Account sialan!

Dalam hati, Revia tidak hentinya menggerutui Regan. Pria itu benar-benar orang yang menyebalkan untuk diajak berdiskusi. Bagaimana tidak? Diskusi mereka sejak tadi berjalan alot. Regan seakan mempersulit Revia dengan berbagai macam permintaan anehnya. Stok kesabaran Revia sebenarnya sudah sangat tipis. Ia dongkol, sedongkol-dongkolnya pada Kalista yang membiarkannya bekerja di luar job desk dan dibiarkan berdiskusi dengan account seperti Regan.

"Jadi ... hanya itu saja yang Bapak inginkan? Catatan saya tidak direvisi lagi, 'kan? Barang kali ada hal lain yang ingin Bapak ubah." Revia mempertahankan intonasi tenang dalam nada suaranya meski raut kekesalnya begitu kentara.

"Iya, itu saja. Saya rasa sudah cukup, tidak perlu ada perubahan konsep lagi sebab yang tadi kita diskusikan, sebagian sudah ada dalam catatan AE," jawab Regan tak kalah tenang dengan gestur tubuh yang membuat Revia ingin mencakar-cakar wajahnya.

DASAR KODOK ZUMA! KALAU TIM AE PUNYA CATATANNYA, NGAPA MASIH MINTA DISKUSI SAMA GUE?! YA ALLAH INI ORANG! PALANYA DIBOCORIN DIKIT BISA NGGAK SIH?!

Teriak Revia dalam hati. Sungguh, kesabarannya sudah seperti minyak tanah yang jika sedikit saja bersinggungan dengan api akan langsung membara.

"Sure, Pak. Saya tidak akan merevisi apa pun. Dan hasil dari diskusi kita akan saya bicarakan kembali dengan tim AE. Untuk sekadar memastikan tidak adanya kekeliruan mengenai project iklan dari produk Bapak. Segitu aja 'kan, Pak?"

"Iya. Kita cukupkan diskusi kali ini, tapi nanti kalau ada hal-hal yang ingin saya ubah, saya akan meminta untuk berunding kembali dengan Anda, Ibu Revia."

Kata 'Ibu Revia' yang Regan ucapkan terdengar aneh. Penekanan namanya terkesan ganjal. Walaupun risi, Revia memilih untuk tidak ambil pusing. Terserah pria itu saja karena yang kini mengusik pikiran Revia adalah ucapan Regan yang meminta akan berunding kembali jika terdapat hal yang mengganjal mengenai hasil diskusi mereka di hari ini.

Tidak bisa dibiarkan lagi, Regan sudah sangat keterlaluan! Pasti alasan Regan bertandang ke kantor ini tujuannya hanya ingin membuat kegaduhan dengan karyawan di Parama Advertising! Mana mungkin seorang Direktur mau repot-repot mengurusi hal seperti ini?! Mengapa manusia menyebalkan seperti Regan masih saja hidup?!

"Nggak bisa gitu, Pak. Apa yang sudah kita diskusikan tadi adalah hasil akhirnya. Tolong jangan sewaktu-waktu Bapak ubah karena hal itu dapat menghambat proses pembuatan konten itu sendiri. Kalau pun ada yang ingin Bapak bicarakan, silakan diskusikan lebih lanjut dengan tim AE," terang Revia penuh kesabaran.

Regan menanggapi ucapan Revia dengan senyum simpul.

"Tapi tidak ada salahnya juga 'kan saya meminta berdiskusi dengan Copywriter yang akan menghendel iklan perusahaan saya?"

"Iya, tapi Pak .…" jeda Revia seraya menghidu napas panjang. "Berdiskusi secara langsung dengan Account tidak tercantum dalam job desk saya. Yang mana itu artinya, diskusi kita kali ini akan menjadi diskusi pertama dan yang terakhir. Saya mohon pengertiannya, Pak."

Revia berujar panjang lebar, tapi hanya dihadiahi senyum menjengkelkan di bibir lawan bicaranya.

"Baiklah kalau begitu. Saya bisa apa jika Copywriternya saja terkesan enggan untuk berdiskusi dengan saya? Mungkin, saya akan menarik kembali permintaan pemakaian jasa dari agensi ini," tandas Regan dengan tangan bersedekap.

Miss Copywriter (✓)Место, где живут истории. Откройте их для себя