22

3.9K 289 2
                                    

"Guys! I'm home, yuhuuu lo semua di manaaa?" Resi berteriak di depan pintu rumah Elma. "Woy! pintunya dibuka elah! Spadaaaaa, Resi datang!"

Pintu terbuka dan menampilkan raut wajah Tika yang kesal.

"Nggak usah teriak-teriak!" cecar Tika galak.

"Ampun, Mak. Jahara deh. Gini, nih, muka-muka belom gajian. Keliatan banyak beban pikiran."

"Nggak usah banyak tingkah."

"Awww, PMS, ya, Bu?"

Tika melengos dan segera berbalik menuju ke kamar Elma. Gara-gara Resi, pembicaraan mereka terhenti. Sedang Resi mengikuti Tika dari belakang dengan bersenandung kecil. Sesampainya di kamar Elma, Resi segera menjatuhkan diri di sisi kanan Tika yang sudah kembali duduk di kasur.

"Lanjut lanjut, Vi, terus gimana setelah lo masuk kos? Dia masih nungguin di bawah nggak?" Elma menginstrusikan Revia untuk melanjutkan pembicaraan yang menurut mereka sangat krusial itu.

Bagaimana tidak, saat ini Revia terang-terangan tengah didekati oleh seorang Regan Alviansyah Dananjaya! Persetan dengan eksekutif muda! Direktur PT Happy Food lebih menggoda!

"Nggak ngecek lagi. Tingkah dia bikin gue takut. Creepy. Nggak nyaman gue. Coba deh kalian bayangin. Nggak ada angin, badai, gue juga gak pernah goda-goda dia, eh, tuh orang tiba-tiba bertingkah aneh. Ya gue sebel dong!"

"Lagi ngomongin apaan, sih, ini? Serius banget kayaknya," tanya Resi penasaran.

"Temen kita bentar lagi mau taken. Tahu Pak Regan 'kan, Res? Itu loh, yang dulu sempat tabrakan kecil sama mobil Revia." Rifa mengabaikan pelototan protes yang dilayangkan Revia saat mendengar kata 'taken' darinya.

"Ohh! Laki-laki cakep, tinggi, terus punya punggung sandar-able itu?"

Rifa mengangguk antusias. "Doi lagi deketin Via. Dia romantis banget. Pake acara nganterin makanan di kos Via lagi. Jam dua pagi, lohh."

"Ya ampuuuun sweet abis. Menang banyak dong lo, Vi."

"Sembarangan, menang banyak apaan?! Ngeri iya! Dia tiba-tiba berdiri depan pagar kosan pas gue mau keluar beli makanan. Terus ujug-ujug ngasih kotak bekal. Mana mukanya nyeremin lagi pas ngingetin gue untuk jangan berani keluar kos jam segitu," sanggah Revia masih tidak terima atas perlakuan Regan yang ia pikir sudah melewati batas. Dekat juga tidak, lah ini dia berani mendikte Revia. Bahkan sampai berani menyambangi kos-kosannya. Iya, sih, Revia memang sempat dibuat gentar dengan kata-kata Regan, tapi setelah sadar mereka tidak sedang berada dalam situasi di mana Revia harus mematuhi kata-kata lelaki itu, Revia langsung naik pitam. Lagak Regan sudah seperti suaminya saja!

"Oh, jadi lo tetep maksa keluar kos? Degil lo! Udah gue wanti-wanti juga. Untung dicegah sama Pak Regan. Kompleks kosan lo itu rawan, Vi. Lo sendiri yang bilang kalau di situ pernah ada kejadian kasus pelecehan!" Semprot Resi setelah mendengar penuturan Revia.

"Tapi kasusnya udah lama, Res. Pas awal-awal gue tinggal di situ. Pelakunya juga masih di penjara," sanggah Revia mencari pembelaan.

"Bukan berarti bebas dari kejahatan, 'kan?"

"Udah-udah, nggak usah berantem. Gini, Vi, bukannya gue membenarkan sikap Pak Regan yang datengin lo di jam segitu. Benar, jatohnya malah creepy. Cuma gimana, ya? Di satu sisi kita nggak bakal menyangkal kalau dia datang di waktu yang tepat. Kita semua sering wanti-wanti elo buat stay di kosan lewat dari jam sembilan malam. Tindak kejahatan bisa terjadi tanpa kita duga. Tahu sendiri, 'kan, Jakarta nggak aman buat cewek kalau udah masuk jam segitu. Terlebih kalau lo jalan sendirian."

"Sorry, gue lagi-lagi nggak dengerin peringatan kalian." Revia meringis tak enak menimpali ucapan Elma. "Cuma gue masih nggak habis pikir. Regan yang mendadak nongol di situ, bikin gue ngeri. Dia tahu dari mana coba kalau gue mau keluar kosan? Anehnya, dia bawa makanan pula."

Miss Copywriter (✓)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora