1.1 ; Menyerah

7.4K 876 21
                                    

Pertemuan bagai ketidaksengajaan ketika sedang membutuhkan.

"Kalau nganter pulang, kayaknya nggak mungkin. Dia pasti pulang bareng Yuta. Kalau gua nunggu lagi, pasti jadi kayak kemaren."

Doyoung berpikir keras, namun tak mendapat menemukan ide satupun. Otak cerdasnya mendadak cuti dikala seperti ini.

"Apa gue nyerah aja ya?" Tanya Doyoung pada dirinya sendiri.

"Gua sholat istikharah aja kali ya biar dapet petunjuk. Ck ck, yakali," Doyoung menggelengkan kepalanya.

Pada akhirnya, Doyoung memilih untuk menyerah.

"Sorry, Yut. Tips-tips lo kaga kepake."

Doyoung pun berjalan tenang ke kelasnya. Masih 15 menit lagi sebelum kelas dimulai.

Doyoung pun duduk dan memainkan ponselnya. Tak terasa, 15 menit berjalan dengan cepat. Sang dosen seperti biasa, datang tepat waktu, tidak telat ataupun terlalu awal.

Doyoung mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Tak lupa ia memasang mode silent agar tak mengganggu kelasnya.

















"Permisi. Maaf, Pak. Saya terlambat," ucap seseorang di depan pintu kelas.

Doyoung menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencatat dan melihat ke arah pintu secara reflek.

Oh, gue sekelas sama dia ya hari ini. Baru inget, pikirnya ketika mendapati seorang gadis berdiri di depan kelas.

"Silahkan masuk. Jangan dibiasakan terlambat," kata sang dosen.

Gadis itu pun masuk dan duduk di kursi kosong yang ada di depan. Hanya bangku itu yang kosong. Bangku itu ada di depan bangku Doyoung.

"–buat pertemuan kalian terjadi bagai ketidaksengajaan. Kalau bisa, di saat-saat tertentu dimana dia butuh orang lain."


Apakah Doyoung akan mendapatkan kesempatan itu hari ini? Doyoung bertanya pada dirinya sendiri.

Gadis di depannya, Doyoung dan dia saling mengenal. Hanya sebatas kenal karena seangkatan dan sempat sekelas di beberapa mata kuliah. Juga kenal karena pernah sekelompok, dan karena Yuta.

Jikalau orang yang ingin ia dekati adalah orang yang sudah ia kenal cukup dekat, mungkin saran Yuta yang pertama itu takkan berguna. Namun, untuk keadaan saat ini, saran Yuta cukup berguna.

Namun bagaimana?

Bahkan kesempatan besar kemarin malah gagal karena Yuta sendiri.

Kali ini sepertinya Doyoung harus mencari cara lain yang tak akan gagal karena hal yang sama.

Eh, Doyoung terdiam sejenak. Bukankah tadi ia sudah menyerah?





















"Eh?!"




Doyoung tersentak dari lamunannya berkat seruan gadis di depannya. Doyoung memperhatikan gadis itu.

Gadis di depannya menoleh ke belakang, tepatnya ke arah lantai. Doyoung menatap ke arah tatapan gadis itu.

Terlihatlah sebuah penghapus dengan ukuran sangat kecil menggelinding terus ke belakang kelas hingga jauh dari jangkauan gadis itu, juga jauh dari jangkauan Doyoung.

"Ck," gadis itu berdecak sebelum kembali menghadap ke arah seharusnya.

Itu penghapusnya? Pikir Doyoung.

Doyoung pun memberanikan diri untuk memanggil gadis itu dengan cara mengetuk bahunya dengan satu jari beberapa kali.

"Eh?" Gadis itu menoleh kaget, lalu terlihat lebih terkejut ketika mendapati Doyoung yang ada di belakangnya.

"Butuh penghapus?" Tanya Doyoung.

"Eh?" Gadis itu mengangguk samar.

"Ini, pake punya gue aja," Doyoung memberikan penghapus miliknya.

"Oh, makasih," gadis itu mengambil penghapus Doyoung, memakainya sekali, lalu kembali menghadap ke arah Doyoung.

"Ini, makasih," ucapnya lagi sambil mengembalikan penghapus Doyoung.

"Ambil aja. Buat lo," balas Doyoung.

"Eh? Lah lo pake apa?

"Gue punya banyak," balas Doyoung dengan nada santai. /ANZAY KOK KEK SOMBONG DIA YA/

"Oh, eum, yaudah. Makasih ya," ucapnya sebelum kembali menghadap depan. Doyoung hanya membalas dengan anggukan.

Pertemuan yang tidak disengaja dan dibutuhkan. Apa seperti ini?

Kalau iya, berarti ia berhasil. Karena pertemuan ini benar-benar tak disengaja.

Namun, ah. Sepertinya bukan.

Doyoung tak yakin.

Beberapa detik kemudian, ia menampar pipinya sendiri karena bukannya fokus pada kelas ini, ia malah memikirkan soal pertemuan yang dibutuhkan itu.



























"Tugas ini dikerjakan berpasangan. Ber-pa-sa-ngan, bukan berkelompok," jelas sang dosen, "saya akhiri, Wassalamualaikum."

Sang dosen pun pergi sementara beberapa mahasiswa sibuk mencari pasangan. Yah, yang dimaksud dosen tersebut adalah 'berpasangan' yang artinya hanya dua orang dalam kelompok.

Doyoung hanya diam. Tak berniat mencari pasangan. Pada akhirnya nanti, ia pasti akan mendapatkan pasangan. Jelas karena kelas ini berjumlah genap.

Sambil merapikan barang-barangnya, Doyoung melirik ke arah gadis di depannya.

Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Seperti mencari seseorang. Setelahnya, ia menghela napas panjang.

Dia nggak dapet pasangan? Tanya Doyoung, dalam hati. Dia nggak punya temen apa ya?

"Heh!" Seru Doyoung, memanggil.

Namun yang dipanggil tak merasa terpanggil.

"Heh, Yara!" Panggil Doyoung lagi dengan menyebut nama.

"Hah?" Gadis di depannya langsung menoleh gelagapan, "ke-kenapa?"

"Udah dapet pasangan?" Tanya Doyoung.

Gadis itu menggeleng, "belum."

"Mau sama gue?" Tawar Doyoung.

Pertemuan yang tidak disengaja dan dibutuhkan. Apa seperti ini?

Mungkin tidak. Namun Doyoung tak peduli.

Kuotaku bener-bener habis dan sekarang susah nyari tetheringan sama wifi gratis😭 jadi susah apdet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kuotaku bener-bener habis dan sekarang susah nyari tetheringan sama wifi gratis😭 jadi susah apdet

'drukkie' doyoung, nct✔️Where stories live. Discover now