2.4 ; Dekat

3K 448 16
                                    

Doyoung tersenyum, mengingat-ingat ketika ia bersama Yara kemarin. Yang ia rasakan ketika itu adalah rasa nyaman, tenang, dan senang.

Mungkin bukan senang. Mungkin itu perasaan bahagia.

Melupakan semua rencananya sebelum ini, Doyoung bertekad untuk menembak gadis yang sebelumnya ia manfaatkan hari ini.

Namun ia tak menemukannya dari pagi hingga sore ini. Bukannya Yara, malah Yuta yang muncul di hadapannya.

"Weh, ngapain lu senyum-senyum sendiri?"

Kehadiran Yuta membuat Doyoung mendadak ragu dengan keputusannya sebelumnya.

Jika ia menembak Yara, maka Yuta akan tau kalau target Doyoung adalah Yara. Lalu Yuta pasti akan menentang hubungan mereka dan tentunya akan membenci Doyoung.

"Bang," panggil Doyoung.

"Apaan?"

"Kayaknya, gue suka beneran—"

"Yekan!" Potong Yuta.

"Apanya yang 'yekan'?" Tanya Doyoung. Bahkan Doyoung belum menyelesaikan kalimatnya, namun Yuta sudah membalas begitu saja.

"Waktu itu kan gua juga udah ngira lu suka beneran."

"Hah? Kapan?"

"Halah, gak penting. Jadi siapa nih?"

"Hm, anu..."

"Apaan anu-anu? Siapa? Gua udah penasaran dari lama.

Doyoung masih tak yakin. Apa yang terjadi jika Yuta tau? Meskipun ia sudah mengatakan bahwa ia benar-benar suka, Yuta pasti akan tetap marah jika adiknya yang dijadikan sasaran Doyoung sebelum ini.

"Rahasia lah. Ntar juga tau," Doyoung memutuskan untuk merahasiakannya dulu.

Meski begitu, tak mungkin ia menyembunyikannya selamanya. Tak mungkin jika ia harus backstreet ketika menjalin hubungan dengan Yara nanti.

"Halah, rahasia-rahasiaan mulu kek cewe lu."

Doyoung tak menanggapi ejekan Yuta dan kembali merenung.

Seketika Doyoung menyesal telah merencanakan semuanya. Doyoung menyesal karena telah memberitahukan rencana sebelumnya pada Yuta.

Kalau saja semua rencana itu itu tak per ah terpikirkan.








—·—









Hingga esok harinya, Doyoung masih belum juga menemukan Yara. Bagai hilang begitu saja, padahal Doyoung saja yang kebetulan tak melihatnya.

Hingga sore hari, Doyoung yakin ia akan bertemu dengan gadis itu. Karena sore ini ia dan Yara berada di kelas yang sama.

Seharusnya begitu hingga ia mendapati kabar bahwa kelas dibatalkan. Doyoung berdecak.

"Ck ck, kesel gua sama dosen yang kayak gini. Sok sibuk apa gimana? Gatau apa kalau gue juga sibuk. Ye gak, Doy?"

Doyoung menoleh ke arah gadis di sampingnya.







"Gitu-gitu juga dosen, Joy. Jangan digibahin, nggak berkah ilmu lo," ucap Doyoung, membalas ucapan Joy.

Joy hanya tertawa.

"Gimana?" Tanya Joy beberapa saat kemudian.

"Apanya?"

"Rencana lo."

Doyoung mengalihkan wajahnya, "gausah dibahas ah. Kesel gue."

"Gue udah banyak bantu lo, ya!"

"Iya, Nyai."

"Gagal?"

"Dibilangin gausah dibahas."

"Ampun, paduka."

Doyoung tertawa. Ia terdiam sejenak sebelum kembali berbicara, "liat Yara?"

Joy sedikit terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba tersebut dari Doyoung, "kaga sih."

"Yaudah. Gue duluan ya," Doyoung pun pergi.

Biasanya, ketika kelas dibatalkan, Doyoung akan kembali ke kost-nya atau pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya. Namun kali ini, ia memilih untuk pergi ke kantin. Bukan untuk mengisi perut, namun mengisi hat—mencari Yara.

Dan, Ya. Entah kini Doyoung sudah pandai meramal atau bagaimana, sesuai dugaannya, gadis yang dicarinya memang ada di sana. Tak sendirian, gadis itu sedang bersama dengan salah satu teman dekat Doyoung, Ten.

Ketika Doyoung datang, Ten dan Yara sedang mengobrol dengan candaan.

Melihatnya, Doyoung merasa semakin ingin segera menembak gadis itu.

"Eh, Doy!" Sapa Ten ketika melihat kehadiran Doyoung.

Doyoung tersenyum tipis dan mengangguk.

"Yar," panggilnya, "gue mau ngomong."

"Lah itu udah ngomong," balas Yara yang membuat Ten tertawa.

"Serius," ucap Doyoung dengan senyum kesal.

"Owh ok."

"Berdua. Ikut gue," ajak Doyoung.
Yara mengangguk lalu menatap Ten. Bagai telepati, Ten langsung mengangguk dengan senyuman.

"Dah, gue mau pulang. Tugas gue numpuk," pamit Ten.

Doyoung memilih untuk pergi ke tempat parkir yang tak jauh dari sana ketimbang mengobrol di kantin. Doyoung perlu suasana yang lebih sepi.

"Yar," ucap Doyoung setelah berbalik menghadap Yara.

"Mau ngomong apa?" Tanya Yara.

Doyoung terdiam, sebelum tiba-tiba ia bertanya,

















"Lo deket sama Ten?"

Yara terkejut dengan pertanyaan Doyoung yang tiba-tiba. Ia berusaha memahami apa maksudnya.

"Deket banget ya?" Tambah Doyoung.
Yara mengernyit, semakin tak paham.













"Gue juga pengen deket sama lo."












Baru saja Yara membuka mulutnya, Doyoung menyela kembali.










"Tapi bukan sebagai teman."

Kini Yara tak tau harus membalas apa.
























"Yar, gue nggak tau sejak kapan perasaan ini muncul— mau nggak jadi pacar gue?"

Maap ya, aku gapernah ditembak maupun menembak, jadi kalo part ini kurang ngefeel yaaaaaaaa gimana yaaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maap ya, aku gapernah ditembak maupun menembak, jadi kalo part ini kurang ngefeel yaaaaaaaa gimana yaaaa.

Dan untuk selanjutnya, niatku aku mau apdet seminggu tiga kali gitu, setiap malem.

Hmm mungkin setiap hari selasa, kamis, dan sabtu?

Dan itu setiap malem doang, soalnya aku baru bisa buka wetped waktu malem.

'drukkie' doyoung, nct✔️Where stories live. Discover now