3.7 ; Manfaat

2.6K 329 9
                                    

Oiya, sebelumnya,

Aku baru aja nambahin sesuatu di chapter sebelum ini.

Aku saranin baca itu dulu.

Gak banyak kok. Baca ulang aja dari bagian Yara kejedot.

Hehe, tq.







"Rara!" panggil Doyoung begitu Yara keluar dari kelas terakhirnya.

Yara tersenyum tipis, menanggapi panggilan Doyoung, lalu berjalan ke arah Doyoung.

Dimanfaatin.

Rencana dari awal.

Buat balikan.

Argh! Rasanya berat bagi Yara untuk melihat wajah Doyoung disaat ia sudah mengetahui niat Doyoung mendekatinya.

"Kemarin kamu nelpon ya? Aku telpon balik kok nggak diangkat?" tanya Doyoung.

"Kemarin aku ketiduran, belum sempet ngecek hape juga."

Bohong.

Yara masih terjaga ketika Doyoung menelpon balik. Bahkan Yara tak bisa tidur hingga matahari terbit.

Bukan menangis seperti gadis yang dikhianati pada umumnya, malamnya hanya dihabiskan dengan Yara yang diam dibalik selimutnya.

Dimanfaatkan. Dikhianati. Disakiti. Yara sudah sering mendapatkannya. Namun kali ini rasanya berbeda.

Ia merenung semalaman. Rasa kecewa dan marah terendam dengan rasa semacam–kenapa harus aku?

Malam itu, ketika Yara mengakhiri kegiatan mengupingnya. Disertai Yuta yang sudah menyelesaikan obrolan teleponnya. Doyoung yang menemukan beberapa panggilan telepon tak terjawab dari Yara langsung menelepon balik.

Yara hanya diam melihat panggilan telepon Doyoung. Tak minat mengangkatnya. 3 kali Doyoung menelpon, Yara tetap diam menatapnya.

Tak hanya Doyoung, Yara juga kesal dengan kakaknya.

Bisa-bisanya saudara sedarah sedaging serahim dan semarganya itu merahasiakan soal itu darinya. Saudara macam apa itu? Yang lebih memilih menolong adik tingkatnya ketimbang menjaga adik kandungnya?

"Ra, ada cafe di depan gerbang utama kampus, baru dibuka seminggu. Mau mampir?" Tawar Doyoung.

Yara terdiam sejenak sebelum menjawab.

Apa lagi ini?

Apakah mereka akan bertemu Sejeong lagi di sana?

Ah, pastinya, kan?

Bukankah Yara hanya dimanfaatkan selama ini?

"Boleh."

Setidaknya ia harus bermanfaat.



—·—




"Mau pesen apa?" Tanya Doyoung pada Yara yang sedang memperhatikan sekitarnya—mencari seseorang yang mengambil bagian besar dalam hubungannya bersama Doyoung.

"Hey!" Doyoung menyadarkan Yara.

"H-hah?"

"Mau pesen apa?" Ulang Doyoung.

"O-oh, yang itu," Yara menunjuk salah satu minuman di daftar menu.

Setelah memesan minuman dan makanan ringan, mereka pun duduk di salah satu meja yang berada di dekat jendela.

Sambil menunggu pesanan mereka, Yara hanya diam sambil menatap ke arah pintu masuk. Mememperhatikan setiap orang yang masuk dan keluar.

Hingga seseorang yang ia tunggu-tunggu akhirnya da—

"Ra?" Doyoung mengayunkan telapak tangannya di depan mata Yara.

"Hah? Apa?"

"Kamu kenapa? Tumben diem terus daritadi?" Tanya Doyoung.

"Hm, emang biasanya aku bacot ya?" Balas Yara, asal.

Doyoung mengernyit bingung, "nggak gitu juga. Kamu kenapa?"

"Aku kenapa?" Yara malah bertanya balik. Menambah kernyitan pada dahi Doyoung.

"Kamu ada masalah?" Tanya Doyoung.

Yara menggeleng.

Baru saja Doyoung membuka mulutnya untuk bertanya kembali, minuman pesanan mereka datang yang langsung disambut dengan suka cita oleh Yara.

Jika selama ini Yara memang hanya dimanfaatkan, setidaknya Yara sudah mencoba untuk bermanfaat.

—·—

"Mau indomi, gak?" Tawar Yuta ketika Yara mengambil minum di dapur.

"Gak."

Setelah merenung semalaman, Yara memutuskan untuk marah pada Yuta ketimbang pada Doyoung.

"Sueedap loh, Dek," Yuta mengiming-imingi sambil berpose menikmati harumnya mie yang masih dimasak.

Yara hanya melengos dan berlalu pergi meninggalkan Yuta.

"Beuh, mi instan seenak ini ditolak, cuy," komentar Yuta.

"Beuh, mi instan seenak ini ditolak, cuy," komentar Yuta

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Gatau lagi mau ngetik apa:v

Betewe,

Uhhuk, blur🙈

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Uhhuk, blur🙈

'drukkie' doyoung, nct✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora