2.9 ; Olaf

2.6K 369 5
                                    

Malam telah tiba. Nyeri pada perut Yara sudah tak terasa lagi. Bahkan mood-nya sudah kembali membaik sejak ia bermain game di ponselnya tadi.

Memang ya, game bisa menjadi obat segala penyakit. Hehe.

Yara melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Keadaan rumahnya kini telah sepi. Teman-teman Yuta sudah kembali ke habitat mereka masing-masing.

Yara mengintip kamar Yuta. Kosong. Yara pun memutuskan untuk turun ke lantai satu untuk mencari Yuta. Tiba-tiba ia merasa takut sendirian di rumah, padahal ia sudah sering dan hampir setiap hari berada di rumah sendirian.

Yara tersenyum lega ketika mendapati Yuta sedang tertidur di sofa ruang keluarga. Ia pun mendekati Yuta dan—

Jeglek!

Baru saja Yara akan menendang tubuh Yuta, tiba-tiba pintu utama rumahnya terbuka lalu ditutup kembali. Menampakkan seonggok daging hidup berjenis kelamin lelaki dengan kantong plastik berlogo tak asing di tangannya.

"Ra? Udah bangun?" Tanya Doyoung begitu mendapati Yara berdiri di ruang tengah.

"Bukan, aku penghuni rumah ini lagi nyamar jadi Yara," ucap Yara sekenanya.

Doyoung tertawa, "oh, ngapunten, mbah. Mbah mau es krim?" Ucap Doyoung sambil menunjukkan kantung plastik berlogo indongapret. [Permisi, Nek. Nenek mau es krim?]

Entah sepertinya Yara sedang receh, Yara tertawa hanya karena guyonan garing yang dilontarkan Doyoung. Kepalanya mengangguk, menginginkan es krim yang dibawa Doyoung.


—·—



"Kamu tadi marah?" Tanya Doyoung ketika Yara tengah menghabiskan es krimnya.

"Hah?" Yara menoleh, meminta Doyoung mengulangi pertanyaan tersebut.

"Tadi kamu marah?" Ulang Doyoung.

"Ke?"

"Ke aku lah. Tadi kamu nyuekin, terus ngusir juga."

Yara terdiam sejenak, "hmm lagi nggak mood aja."

Doyoung menoleh, membelalak tak percaya.

"Lagian, kalo aku marah ya, nggak bakal nih es krim aku makan."

Doyoung terkekeh. Sementara Yara memainkan remote televisinya. Ia terus saja mengganti saluran televisi karena tak ada tayangan yang seru baginya.

Hingga ia menemukan tayangan film animasi Frozen yang pertama. Ia pun memilih untuk menontonnya walaupun ia sudah berkali-kali menonton hingga hapal beberapa dialognya.

"Hi, i'm Olaf. And I love warm hug," ucap Yara, bersamaan dengan suara Olaf dari televisi.

Doyoung terkekeh, "tau nggak. Aku sama Olaf itu hampir mirip," katanya sambil menatap ke arah Yara.

"Apanya? Tololnya?"

"Heh," Doyoung menjitak Yara pelan. Bukannya merasa sakit, Yara malah tertawa.

"Bukan itu," kata Doyoung.

"Terus? Suka musim panas?"

"Bukan."

"Apa?"

Doyoung tersenyum, "I love warm hug."

Yara terdiam, hm hm hmmmm. Lalu dia harus apa? Meluk Doyoung? Idih .g

"Terus, kamu tau apa bedanya Olaf sama aku?" Tanya Doyoung lagi.

Jeda beberapa detik sebelum Yara membalas, "apa?"

"He's loves summer, but I love you."

CRINGE ANYING, seru Yara dalam hati.

Yara tertawa, "utututu cayangnya Yaya," Yara merentangkan tangannya yang langsung dibalas dengan pelukan oleh Doyoung.

Bruk!

Sebuah bantal mendarat di tubuh Doyoung, pelakunya adalah Yuta yang entah sejak kapan sudah terbangun dari tidurnya.

"HEH KALIAN MAU PELUKAN LIAT TEMPAT DAN SITUASI DUH AH! PARAH, MAU BIKIN IRI?! DURHAKA LO YA, YA!"

"HEH KALIAN MAU PELUKAN LIAT TEMPAT DAN SITUASI DUH AH! PARAH, MAU BIKIN IRI?! DURHAKA LO YA, YA!"

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Jadi ceritanya tuh si Yuta belum percaya sepenuhnya sama Doyoung. Tapi karena ngeliat adeknya seneng sama Doyoung, dia mengesampingkan masalah 'rencana doyoung' itu dulu.


Btw, ternyata semakin hari aku semakin si uk aja:")

Apdet 3 kali seminggu rasanya kek berat gitu:v Belum lagi akhir² ini aku tuh lagi susah banget buat ngetik:(

Jadinya, aku usahain seminggu 2 kali apdet ya. Hari dan waktunya ga aku tentukan karena takutnya nggak nutut hehe.

Oke, makasih;>

'drukkie' doyoung, nct✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora