2.7 ; Motor

3K 366 21
                                    

"Kak Yuta, Doyoung gak ikut?" Tanya Yara ketika teman-teman Yuta kembali berencana untuk menginap di rumah keluarga Nakamoto weekend ini.

Sabtu sore ini, semua sudah berkumpul di ruang tengah dan menguasai televisi untuk bermain game. Namun satu orang tidak ada di sana.

"Kaga ikut dia," jawab Yuta.

"Jangan-jangan Kak Yuta yang nggak ngebolehin ikut?" Tuduh Yara dengan pandangan menyelidik.

"E e fitnah. Fitnah lebih kejam dari diputusin loh!"

"Iyain. Kenapa Doyoung gak ikut?"

"Mana saya tahu, saya kan Yuta," Yuta mengangkat bahunya.

"Bukan karena Kak Yuta kan?"

"Yakali. Mending gue ngurusin idup sendiri."

"Yeu," Yara pun berpaling dari Yuta.

Doyoung tak menghubunginya sama sekali hari ini, Yara kira Doyoung akan ikut berkumpul, makanya Doyoung tak mengabarinya. Karena ya, nanti juga ketemu.

Nyatanya Doyoung tak ikut berkumpul. Bahkan sampai saat ini Doyoung belum mengabarinya.

Ingin rasanya Yara menelpon Doyoung. Namun keluarga Nakamoto menurunkan sifat gengsi padanya, juga pada kakaknya. Jadilah Yara hanya mengirim pesan singkat pada Doyoung.

—·—


Hari menjelang malam. Yara sibuk sendirian di dapur, membuatkan minuman hangat untuk mereka-mereka yang kedinginan, sementara Yuta dan kawan-kawan menonton film bersama di ruang tengah.

Kebetulan si pemikik rumah—orang tua Yuta, sedang pergi ke Jepang untuk urusan keluarga. Makanya teman-teman Yuta bisa leluasa di sana.

Ketika 6 gelas kopi hangat selesai di buat, Yara pun membawakannya kepada teman-teman Yuta yang langsung berterimakasih, sementara Yuta sendiri hanya diam dan meminum jatahnya.

Dengan satu gelas kopi terakhir, Yara melangkah menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Namun langkahnya terhenti ketika Yuta memanggilnya.

"Heh, Yaya!"

Hari ini Yara benar-benar sebal pada kakaknya yang satu itu. Selain karena Yuta terus saja mengganggunya, Yuta juga kembali mengungkit-ungkit nama kecil Yara. Bermula dari Yuta yang tak sengaja melihat album foto, lalu mengingat nama kecil Yara, Yaya. Dari pagi itu, hingga saat ini, Yuta terus saja memanggilnya Yaya.

Berasa menjadi pemeran Boboiboy Yara tuh.

"Ke minimarket dong, beliin camilan lagi," kata Yuta dengan santainya.

"KOK HARUS GUA MULU SIH, HAH? GUE BUKAN BABU LU YA, KAK! PERGI AJA SANA SENDIRI!" sentak Yara, kesal. Bahkan kopi di tangannya hampir saja tumpah.

"Santai dong. Ya kan kita lagi nonton bareng, lah lu ngapain? Daripada gabut, mending beliin kita camilan. Gua beliin pulsa 50 ribu dah," tawar Yuta, "atau seratus ribu? Serah lah, sisa uangnya buat lu dah."

Oke, selain sok berkuasa, kini Yuta juga sok kaya.

"Hih, yaudah lah. Mana uangnya? Beli apa aja?"







—·—



"Pulsa 50 ribu? 100 ribu? Sisa uang? Cih, nyatanya uangnya pas, sisa lima ribu doang," gerutu Yara di perjalanan kembali ke rumah. Ia bertekat untuk menagih pulsa 100 ribu yang dijanjikan oleh Yuta sebelumnya.

Dengan langkah kesal, Yara terus berjalan kembali ke rumahnya. Namun langkahnya terhenti sejenak ketika melihat sebuah motor yang tak asing di matanya dikendarai oleh pemiliknya masuk ke dalam rumah Nakamoto.

'drukkie' doyoung, nct✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang