Mencoba

34.2K 2.1K 64
                                    

"Maaf Bara. Aku masih butuh waktu."

"Buat apa Bi?" tanyanya sambil menatapku penuh tanya. Aku masih saja duduk di atas meja makan dan Bara yang tinggi menjulang berdiri di depanku dengan tangan yang masih setia memegangi kedua lenganku.

"Untuk mengenal kamu lebih dalam."

"Kita punya waktu seumur hidup untuk saling mengenal."

"Bara. Wanita butuh cinta."

"Bian, kamu bisa minta apapun padaku. Apapun, asal jangan yang satu itu." Bisiknya ditelingaku. Dia mengusap pipi kiriku dengan pipinya. Lalu merengkuhku dalam pelukan.

Dia kenapa sih?

Sekarang aku bingung. Kehabisal akal untuk beralasan pada Bara. Sedangkan jauh dalam Lubuk hati yang terdalam, aku suka sentuhannya.

Aku sering berdebar saat dia menatapku dengan lapar. Tapi apakah semua hanya tentang nafsu? Apakah sebuah reaksi tubuh bisa menjadi sebuah alasan untuk menjalin pernikahan? Apakah otak Bara hanya sekedar memikirkan tentang wanita dan ranjang?

Tiba-tiba aku ingat chat WhatssApp bara dan gadis bernama Laras. Ingin bertanya tapi kalau aku bertanya sama saja aku melemparkan diri ke jurang. Karena Bara akan tau bahwa aku belum jadi apa-apa sudah berani buka chat di ponselnya.

Dan itu mungkin belum saatnya.

"Kasih saya kesempatan ini 1 minggu ini. Saya akan buat kamu terkesan dan mau menikah dengan saya bahkan sebelum satu minggu lamanya." Apa? Satu minggu? Fix Bara gila!

"3 minggu." Tawarku.

"2 minggu."

"Satu bulan!"

"Kok malah ditambah." Bara mengacak rambutnya frustasi.

"Oke dua bulan!" semakin frustasi karena aku tambah lagi. Semakin dia menawar. Semakin akan aku tambah.

"Hah? Oke oke 1 bulan aja." dia menatapku dengan tatapan memohon. Entahlah rasanya aneh sekali berada dalam posisi ini dengannya. Rasanya kami baru aja saling dekat walaupun sudah kenal lama, karena dulu untuk bicara saja kami tidak pernah. Dia selalu menjauh saat aku mendekatinya. Benar-benar membuatku suka menggoda lelaki ini. Tapi dalam bayangan saja tidak pernah terfikirkan bahwa akan ada keadaan dimana aku dan Bara duduk saling menempel seperti bayi kembar, lalu kami berciuman di apartemen Bara. Dan itu bahkan tidak pernah ada dalam bayangan liarku sekalipun. Aku hanya menggodanya, murni menggoda tanpa rasa suka apalagi cinta.

Dan kini kami sampai pada keadaan ini. Dimana dia meminta sebuah pernikahan yang bahkan belum terfikirkan sama sekali olehku walaupun umurku sudah sangat matang untuk membina rumah tangga.

"Akan saya coba Pak Bara."

Wajahnya berubah sumpringah. Lalu dia mengangkat tubuhku, memeluknya. Hingga aku tak lagi bisa menapak.

"Dan saya tidak akan pernah menyiakan uji coba yang sudah kamu setujui. Mulai hari ini dan satu bulan kedepan. Kamu milikku Bian."

***

Pagi ini, aku tersentak saat mama berlari ke kamarku dengan muka berbinar. Padahal ini masih jam 7 pagi. Setidaknya masih 1 jam lagi waktu kerja ku dimulai. Biasanya tepat jam 07.30 Mama akan berteriak ketika melihat aku masih dikamar dan belum akan berangkat kerja.

"Dek." Mama membelai rambutku saat aku sedang duduk di meja rias kamarku. Seluruh keluargaku semua memanggil aku dengan panggilan dedek. Karena aku anak paling kecil. Kedua kakak ku laki-laki dan semua sudah pergi dari rumah untuk membangun bahtera rumah tangga.

"Ya ma."

"Mama gak nyangka kamu udah gede." Mama nyengir kuda. Dan aku mengernyitkan wajah. Bingung dengan suasana hati Mama pagi ini. Terlihat sangat bahagia dengan wajah berbinar.

"Maksud mama apa sih."

"Aduh anak gadis mama satu-satunya. Nanti malam mama siapin air rendaman susu ya nak biar makin seger badannya."

Aku semakin bingung dengan ucapan Mama. "Mama salah makan ya? Atau kepala mama kebentur sesuatu?"

Mama menepuk kepalaku. "Enak aja. Sana cepetan siap-siap. Menantu ganteng Mama udah nungguin didepan.

"Menantu ganteng? Hah? "

Aku segera bangkit dari dudukku, perasaanku tidak enak. Dengan cepat aku menuruni tangga menuju lantai bawah dimana ruang tamu berada.

Benar saja. Ada Bara disana sedang duduk menunggu. Dan senyumnya langsung terbit ketika melihatku. Aku memutar bola mata sebal.

"Ngapain disini?"

"Jemput dedek." Bara mengerling nakal, menggodaku, sambil mengedipkan sebelah matanya. Masih dengan senyuman manis khas milik Bara.

"Sejak kapan kamu disini?" teriakku histeris. Demi Tuhan apa lagi kerjaan lelaki ini disini pagi-pagi.

"Mungkin sekitar satu jam yang lalu."

Aku mulai akan menghembuskan hawa panas seperti naga mengeluarkan api. Namun terhenti ketika mendengar suara Mama.

"Sarapan dulu yuk." Mama bicara dibelakangku. "Nak Bara belum makan kan? Ayo dek ajak makan Baranya."

"Bara pasti udah makan Ma. Iya kan Bar?" aku bicara sambil melotot agar dia menolak ajakan Mama. Aku gak mau terjebak dalam awakward momen bersama Bara dan kedua orang tuaku.

"Belum Ma. Bara belum sarapan." katanya yang membuat mataku kian melotot tajam. Awas saja dia.

Eh wait wait. Kenapa dia panggil Mama ku dengaj sebutan Mama juga?

"Eh kamu gak usah sok akrab ya manggil Mama dengan sebutan mama." kataku cepat. Enak saja dia.

Mama melewatiku. Lalu mengamit lengan Bara. Mereka bergandengan hendak menuju meja makan. Aku melongo.

"Eh dedek gak boleh gitu. Mama yang suruh kok."

"Sejak kapan Mama jadi bela dia gini."

"Sejak Bara bilang bakal ngelamar kamu bulan depan." What!!!!!!

"Maksud kamu apa sih Bar."

"Bara serius sama kamu dek. Kan kalian udah kenal dari SMA. Kenapa Mama gak dikasih tau sih. Kalau tau dari dulu kan mama gak was-was karena kamu jomblo ngenes alias jones."

Aku mengabaikan ucapan Mama. "Kita harus bicara Bara."

"Makan dulu." Mama kembali bicara. Aku menggeram.

"Stop it mam. Sejak kapan Mama berubah profesi jadi juru bicaranya Bara."

"Sejak Bara jadi kandidat menantu terbaik." Mama terkikik lalu berhigh five bersama Bara.

"Mama kenapa langsung setuju aja."

"Bara baik, mapan, tampan, seksi dan keliatan banget bertanggung jawab. Daripada nunggu yang gak pasti diluar sana mending sama yang ini aja. Suamiable banget dek. Duhhhh. Daripada sempak kamu kecut nungguin lelaki yang mau sama kamu."

Bara melongo mendengar ucapan Mama. Mataku melotot sempurna. Baru satu hari mencoba. Bara sudah dapat teman sekongkolan. Sial! Aku kalah lagi.

Aku harus putar otak, cari cara. Biar Bara gak ngelanjutin aksinya untuk benar-benar melamarku bulan depan. Lets play Virzarico Elbara Virgian.

*

TBC

Trapped In Marriage (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang