Mama Mertua

26.3K 1.8K 90
                                    

Setelah sampai dirumah menggunakan Grabcar. Aku segera masuk kekamar dengan perasan kesal.

"Loh sayang kenapa cepat banget pulang kerjanya. Eh tapi kok gak pake pakaian kerja. Perasaan tadi pagi kamu pergi gak pake baju ini? Dek, kamu bolos kerja? Astaga nak kamu tau kan nyari kerja itu susah. Lagian kamu kan baru aja kerja disana kenapa sudah buat ulah?"

Aku merutuki mamaku yang bawel. Tanpa menjawab aku segera menutup pintu kamar dari dalam. Tanpa memperdulikan ketukan pintu dan panggilan mama.

Aku membenamkan wajah ke bantal. Perasaan kesal lebih mendominasi. Ingat kesal bukan cemburu! Aku kesal pada Bara yang mau-maunya saja dipeluk oleh gadis seksi itu. Lalu, mereka mengobrol seperti sepasang anak manusia yang sedang jatuh cinta namun dipisahkan dan baru bertemu setelah seratus tahun lamanya.

Katakanlah aku lebay. Karena Bara benar-benar tidak memperdulikan aku dan hanya mengobrol dengan asik. Mereka juga tidak sadar mengobrol dalam keadaan berdiri tanpa capek-capek untuk duduk. Memang dunia dan isinya ini terasa seperti pajangan saja kalau lagi jatuh cinta.

Bah! Kenapa dia mau melamarku kalau sebenarnya ada seorang gadis cantik yang dia sukai.

"Dedek. Didepan ada Bara. Kalian kenapa sih? Lagi berantem ya." terdengar mama terkikik. Mama kerasukan kuntilanak kali sampe ngikik gitu denger anaknya lagi berantem sama calon menantu. "Kalian gemesin sih." lanjut mama masih dengan kikikan kuntilanak miliknya.

Tapi kok Bara cepet banget sampe rumahnya. Perasan aku baru 1 menit yang lalu sampe rumahku. Apa dia langsung menyusulku? Setitik harapan datang. Namun dengan cepat aku usir pergi. Seperti ibu tiri yang jahat mengusir anak tirinya. Aku benci berharap pada manusia.

Pada akhirnya aku juga akan kecewa. "Dedek, gak boleh gitu. Kalau ada masalah harus cepat diselesaikan. Gak boleh menghindar. Pernikahan kalian sebentar lagi, jangan sampai batal karena masalah kecil." mama mulai deh sok tau. Masalah kecil apa coba. Ini masalah besar, masalah harga diri seorang Bianca.

"Bian gak mau ketemu Bara dulu. Suruh pulang ma." teriakku dari dalam.

Aku tak mau repot-repot membuka pintu. Karena aku takut, kalau aku buka pintu, aku akan lebih memilih menerjang Bara dari pada marah padanya.

Tak lama aku mendengar suara langkah kaki menjauh. Aku sedikit lega karena mama sudah pergi.

Namun aku kembali kesal setelah beberapa menit kemudian kamarku kembali diketuk. "Ma please jangan ganggu. Bianca gak mau ketemu Bara. Benci sama Bara. Benci! Benci! Benci!."

"Bian." itu suara Bara. Kepalaku langsung menegang. Aku terduduk diatas kasur. "Saya mau menjelaskan."

"Pergi manusia kaku. Makan tu saya saya. Apaan udah diajak panggil mesra masih aja pake saya sayaan." aku berteriak dari dalam.

"Bi, aku mau minta maaf."

"Aku gak mau bicara sama kamu!"

"Masa kita pake telepati bi."

Aku tersenyum tipis dalam amarah. Ah dia ini!

"Pergi Bara."

"Bi, besok aku ada kunjungan ke luar kota beberapa hari. Aku gak akan tenang pergi sebelum menjelaskan semuanya sama kamu."

"Aku gak peduli Bara. PERGI!" aku merasa aneh sendiri. Kenapa aku jadi seperti anak kecil begini ya. Mama pasti mendengar pembicaraan aku dan Bara sambil teriak-teriak begini.

"Bi__"

"Pergi atau kita batal nikah!"

***

Aku sedang asik menyusun laporan kegiatan rekrutmen ketika mbak Yul menepuk bahuku.

Trapped In Marriage (COMPLETED)Where stories live. Discover now