Batal Kencan

27.2K 1.9K 88
                                    

Sekarang tibalah waktunya aku dan Bara duduk manis di mobil. Entah dia akan membawaku kemana aku malas bertanya karena masih kesal dengannya. Bisa-bisanya dia memaksaku pergi kencan dengan menggunakan kekuasaan.

Aku paling takut dengan Bu Frisca, si kepala sekolah divisi SDM. Karena beliau adalah Manager divisi SDM yang terkenal keras dan berwibawa. Namun tadi tersenyum dengan amat sangat manis padaku. Aku jadi aneh sendiri. Dia mengatakan bahwa aku boleh izin keluar. Dan bagai ayam di cucuk hidungnya. Aku hanya diam dan segera pergi sebelum mbak Yul dan Mas Rey bertanya lebih banyak.

Eh tapi ayam punya hidung gak ya. Bisa di cucuk gak?

"Bi. Kenapa cuma diam?"

"Masih sebal sama lo. Gue gak suka ada nepotisme disini. "

"Kok panggilnya gue elo lagi. Katanya mau aku kamu."

Aku memalingkan wajah. Mau melaksanakan aksi ngambek. "Jangan mimpi ya Bar mau nikah sama gue kalo lo masih semaunya gini. Gue gak suka."

"Kamu lagi marah?"

"Nggak, gue lagi nyuci."

Bara tertawa. Dia tertawa guys! Aku semakin panas dibuatnya. Orang marah dia malah ketawa. Emang orang kaya mah gak akan mikirin harga listrik naik apa nggak.

"Kamu lucu kalau lagi ngambek. Jadinya suka buat kamu ngambek terus. Saya gakpapa kamu ngambek tiap hari Bi. Gemas. Tapi jangan batalin pernikahan kita ya Bi."

Aku kembali memalingkan wajah ke jendela mobil di samping kiriku. Diam-diam tersenyum. Dia juga manis kalau lagi ngegombal gini.

Mobil Bara terparkir di gedung apartemennya 15 menit kemudian. Aku melotot. "Kenapa ke apartemen? Kamu mau mesum lagi?"

Dia nyengir lebar. Ah aku gak suka liat cengiran itu.

Cengiran itu seakan sebuah panggilan yang mengatakan - cium-aku-cium-aku. Dan rasanya aku mau cepat-cepat jadi istrinya Bara. Karena itu benar-benar menggoyahkan imanku. Aku bisa diabetes, kencing manis, kejang-kejang dibuatnya.

Bara turun. Membuka pintu untukku, lalu menarikku. "Gak mau Bar."

Dia merangkul bahuku dan sedikit menyeretku kedalam apartemen. Dan aku masih saja berontak dalam rangkulannya. "Jangan bertingkah seperti saya akan perkosa kamu Bian. Saya ingin, tapi belum saatnya."

"Lepas. Gue bisa jalan sendiri Singa Jantan. Lo gue laporin ke Kak Seto kalo giniin gue terus."

"Emangnya kamu anak kecil?"

"Eh salah ya. Ke komnas HAM kalo gitu."

Dia terkekeh. Lagi. "Kamu lucu Bi. Mau bawa pulang rasanya. Trus dipajang depan ranjang. "

"Yakin cuma dipajang aja?"

Bara nenepuk puncak kepalaku pelan.

Setelahnya Bara melepas rangkulan saat kami sudah sampai didepan apartemennya. Aku sudah pasrah sejak tadi karena entahla aku tidak bisa lama-lama ngambek pada Bara. Pesonanya terlalu kuat dan menggoyahkan keyakinan.

Saat dia masuk, aku ikut masuk ke dalam apartemen. Lalu dia masuk kedalam sebuah ruangan. Aku hanya mengiring dibelakang tanpa protes. Aku kira ada ruangan yang sudah Bara persiapkan untuk kencan kami. Misal makan siang romantis.

Ternyata ruangan itu kamar, kamar Bara?

"Eh, mau ngapain?" aku terpekik saat Bara membuka Jas, melepaskan Dasi. Dan menanggalkan satu persatu kancing kemeja putih miliknya.

"Lah Bi? Kamu kenapa ikut saya kekamar? Mau gantiin baju saya?"

"Hah? Ganti baju?"

"Kamu tidak mau kan kencan dengan seseorang yang memakai jas dan pakaian formal?"

Trapped In Marriage (COMPLETED)Where stories live. Discover now