Yang Dinantikan

30.2K 1.6K 55
                                    

Sore harinya aku terbangun, tanpa dibangunkan oleh Bara. Ternyata suamiku masih tertidur disampingku. Baru kali ini aku melihat dia tidur, karena beberapa kali aku dan dia tidur bersama-sama pasti aku selalu bangun belakangan.

Karena emang aku itu kebo banget. Kalo udah tidur kaya orang mati kalo kata mama. Ada gempa bumi atau durian runtuh pun belum tentu bisa membangunkanku.

Aku beranjak menuju nakas dan mengambil botol air mineral yang tersedia di Villa ini. Menegaknya sampai habis karena botol ini diisi dengan kemasan kecil.

Aku kembali menuju ranjang, menatap suamiku yang sedang tertidur dengan pulas. Aku mengerti kenapa dia bisa tidur senyenyak ini. Itu karena dia semalam tidak bisa tidur. Kasian sekali suamiku ini.

Bayangkan saja ditinggal mempelai wanitanya tidur di malam pertama. Malam yang seharusnya menjadi malam yang panjang, panas dan menggairahkan.

Dan juga dia tidak akan bisa tidur sehabis mandi air dingin. Aku jadi merasa bersalah. Harusnya aku gak usah nolak, toh kami sudah sah.

Aku kembali memandangi Bara, berharap Bara tidur dengan iler atau mulut terbuka ataupun sambil ngorok. Karena apa? Karena aku minder melihat dia tidur masih sangat tampan dan juga seksi. Berbeda denganku. Bukankah Bara yang bilang kalau aku tidur dalam keadaan mulut terbuka? Terus tadi pagi dia bilang aku ngorok? Bener gak ya. Aku sebenarnya malu, soalnya ya aku kan wanita. Sedangkan dia lelaki, tapi tidurnya bisa tidur cantik gitu.

Aku melirik jam didinding. Sekarang sudah pukul 17.30. Aku bergegas bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

Berendam di bathup mungkin akan sangat menyenangkan. Aku masih belum bisa move on dengan pemandangan indah di villa ini. Fanorama kehidupan laut begitu aku kagumi.

Terumbu karang yang sangat aku sukai. Aku jadi teringat kata-kata seseorang.

"Jadilah terumbu karang, Dai. Dia kuat walaupun diterjang ombak dan badai. Dia kuat dan tak lekang oleh waktu. Begitu pula kamu, Daisakido ku. Tak pernah lekang dihatiku walau waktu telah berusaha mengikisnya."

Mataku memanas. Mengingat lelaki yang telah lama aku lupakan. Aku kembali membayangkan Bara, karena sekarang Bara adalah suamiku.

Tapi aku malah membayangkan Bara sedang berada diatasku dengan mata yang berkilat karena gairah. Sebenarnya aku mau di apa-apain Bara. Tapi, aku malu. Bagaimana kalau Bara kecewa melihat tubuh bagian dalamku yang tidak seseksi model majalah underware. Sedangkan tubuh Bara sangat pas untuk menjadi model iklan celana dalam pria.

Memikirkannya saja aku mau muntah.

Setelah merapikan fikiran yang selalu berlari menuju kemesuman, aku beranjak dari bathup, melihat terumbu karang benar-benar membuatku lupa diri bahwa sekarang aku sudah menikah. Hal yang tak harus aku ingat. Kembali menghantuiku.

"Sudah bangun?" Sapaku pada Bara yang kini tengah duduk diranjang. Sepertinya dia belum lama bangun, karena rambutnya masih acak-acakan dan matanya masih menerawang seakan sedang mengumpulkan nyawanya yang masih di awang-awang.

"Bi.... Haus." katanya, aku langsung menuju nakas dan mengambilkan dia air mineral.

"Mau mandi?" tawarku saat Bara beranjak dari ranjang. Dia mengangguk, Bara jadi pendiam kalau baru bangun tidur. Seksi sekali dimataku.

Bara membuka baju kaos yang tadi dia kenakan. Setelah bajunya terlepas, dia mulai membuka kancing celananya.

Aku menahan nafas.

"Bara! Lepas didalam!" pekikku saat dia hendak menurunkan celananya.

Bara terkekeh. Lalu mengacak rambutku. "Nanti ada saatnya kamu sendiri yang akan melepasnya bi." lalu dia berlalu menuju kamar mandi. Menyisakan jantungku yang hampir melorot ke perut kalau aku benar-benar melihat dia telanjang.

Trapped In Marriage (COMPLETED)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon