Ngambek Mode ON

25.2K 1.6K 34
                                    

"Capek Bar." Kataku pada Bara di minggu pagi yang cerah ini. Seharusnya aku masih tidur dengan nyenyak dikamarku. Hari minggu adalah hari bebas sedunia untuk seorang Bianca. Di hari minggu biasanya aku akan bangun jam 10 siang.

Namun hantu si perusak suasana itu datang jam 05.30. Memaksaku bangun dan menemani dia berolahraga.

"Baru 4 putaran kamu sudah capek? Target saya 10 putaran baru berhenti bi. Ayo lari lagi, biar sehat." Bara menarik tanganku. Dia berlari sambil mengambil beban membawaku ikut berlari. Alhasil aku hanya menurut saja. Nafasku sudah tersengal karena lelah. Namun Bara tak menghiraukan. Dia tetap saja menarikku untuk ikut berlari bersamanya.

Aku mulai memikirkan hal yang tidak-tidak untuk membuatku bersemangat. Misalnya mikirkan kami sedang berlari menuju masa depan bahagia. Dimana hanya ada aku dan Bara. Tanpa aras dan wanita-wanita lain yang akan mengganggu.

Dan aku harus sabar. Aku harus terus berlari, untuk mencapai apa yang aku inginkan. Aku ingin bahagia bersama dengan Bara. Membuat dia jatuh sejatuh jatuhnya padaku.

Aku tersenyum masam. Entahlah aku sendiri bingung pada diriku. Entah sejak kapan, aku sudah jatuh padanya. Jatuh cinta pada lelaki yang sudah menjeratku dengan pesonanya. Namun tidak dengan cintanya.

Setelah memenuhi target 10 putaran. Bara mengajakku beristirahat. Dia mengulurkan air mineral padaku. Aku menyambutnya. Menegak sampai kandas setengah botol.

"Kakinya diselonjor. Jangan ditekuk." perintahnya. Langsung aku turuti.

"Capek." rengekku manja. Sumpah badanku besok pasti pegal-pegal semua.

Bara terkekeh. "Ala bisa karena terbiasa. Kamu harus sering-sering olahraga biar sehat." Bara mengusap peluhku dengan tangannya. Aku melotot.

"Jorok." disisku lalu membawa telapak tangannya ke bajuku untuk mengelap keringat yang menempel ditangannya.

"Tidak apa-apa bi. Saya suka liat kamu keringatan." Bara terkekeh. "Mungkin nanti setelah menikah saya akan lebih sering buat kamu basah dan keringatan." Matanya mengerling. Aku memutar bola mataku. Dia selalu saja mesum dalam segala keadaan.

"Kalau sudah selesai istirahatnya, saya mau bawa kamu ke suatu tempat."

"Kemana?"

"Ra.." Bara mengecup pucak kepalaku. "Ha..." turun ke pipi. "Sia...." Bara hendak menuju bibir. Namun sebelum Bara sukses melakukan aksinya. Aku menepuk kuat dadanya.

"Mesummmm...." teriakku langsung berlari meninggalkannya. Sedangkan Bara tertawa kencang karena berhasil menggodaku.

***

Mobil Bara berhenti disebuah rumah yang besar. Aku langsung menoleh melihat Bara. "Jangan bilang!" aku menyipitkan mataku.

Bara mengangguk. "Dugaan kamu bener. Ayo turun!."

"Bar aku cuma bercanda waktu bilang mau dibeliin rumah, mobil, satu set perhiasan......"

"Kartu kredit unlimited."

"Nah itu. Aku cuma main-main."

Bara terkekeh. Merangkulku untuk masuk kedalam rumah. "Terlambat. Semua sudah saya persiapkan. Saya akan bayar berapa saja untuk bisa menikmati masakan kamu setiap hari bi."Bisiknya membuatku merona. Dia selalu saja bisa membuatku bahagia seperti ini. Bara masih merangkulku sambil berjalan menuju pintu utama rumah bercat abu-abu putih ini.

Bara merogoh saku celananya. Dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu tersebut. Rumah bernuansa mininalis itu membuatku tercengang.

"Rumah ini atas nama kamu. Saya boleh kamu tendang dari rumah ini kalau suatu saat saya mengecewakan kamu." Bara berucap lirih.

Trapped In Marriage (COMPLETED)Where stories live. Discover now