Test

25.9K 1.7K 28
                                    

Setelah sampai dibutik. Aku langsung disambut oleh pemilik butik yang ternyata sangat akrab dengan mama sandra. Katanya aku hari ini ngukur badan dulu untuk pernikahan nanti. Bajunya akan dijahit langsung untukku dengan pilihan model sesukaku.

Semuanya terasa menyenangkan, tapi seperti ada yang kurang. Aku maunya yang melihat aku mencoba baju pengantin itu Bara. Maunya Bara, bukan gak suka sama mama Sandra. Tapi bukankah yang menikah itu kedua pengantin. Bukan aku sendiri? Harusnya berdua. Ah aku kangen Bara. Eh?

"Bianca, kamu pilih gaun untuk lamaran ya. Nanti mama yang sesuaikan untuk punya Bara."

"Lamaran?"

"Iya lamaran minggu ini sayang."

"Minggu ini?" What the....!!!! Ah Bara, dia selalu tak terduga. Kenapa aku bahkan gak tau sama sekali dengan semua ini.

"Bianca, kamu kok melamun?"

"Ma, Bara kapan pulang?" seharusnya yang nanya ini mama sandra. Bukan aku. Karena yang calon istrinya kan aku, tapi aku terlalu gengsi karena keributan sebelum Bara pergi. Dia menghubungi setiap hari. Namun aku tidak pernah mengangkat telpon dari Bara. Chatpun hanya kubaca. Aku kangen tapi gengsi.

Mama sandra tersenyum. "Mungkin dia pulang hari sabtu sayang. Kenapa? kangen? Baru sehari ditinggal. Dasar ya anak muda ini." Sekarang hari selasa. Dan Bara akan pulang hari sabtu? Kok lama banget sih. Huhu syedih.

"Nanti pulang-pulang udah lamaran aja. Seru kan Bianca, Bara itu memang selalu punya cara untuk membahagiakan orang yang dia sayang. Bahkan dia sudah izin ke Mama dan Papa kamu untuk melamar minggu ini." Seru apanya. Kaget lagi ada.

Aku tercengang. Kejutan lagi. Nanti kejutan apalagi yang akan aku dapat dari seorang Bara. Apa dia tidur menggunakan daster? Apa dia menggunakan celana dalam pink? Atau bahkan dia suka ngorok dan ngiler? Haduh membayangkannya saja aku sudah pusing. Semua penuh dengan kejutan. Aku mulai tak suka kejutan.

Akhirnya aku hanya mengikuti Mama sandra bertemu wedding organizer untuk memilih konsep pernikahan dengan lesu. Habis sudah semangatku.

***

Hari ini aku masuk kerja seperti biasa. Sedikit takut bertemu mbak Yul. Nanti kalau aku dimakan dihidup-hidup sama dia gimana ya? Kan aku belum ngerasain malam pertama bersama Bara.

"Ini dia nih yang ditunggu."

Aku nyengir kuda. Memasang tampang tanpa dosaku yang manis. "Mbak yul. Kangen." ujarku lalu berlarian memeluknya. "Kangen mas Rey juga."

Mbak Yul memutar bola matanya. Melotot sebal padaku. "Lo gak asik. Males gue temenan sama penghianat."

"Penghianat apa sih mbak Yul."

"Kenapa tiba-tiba mau nikah. Sama bossgan gue lagi. Astaga Bianca, lo santet ya si Boss? Apa lo sodorin tubuh terus pura-pura hamil dan minta tanggung jawab?"

"Ya ampun mbak Yul. Otak lo sinetron banget."

Mas Rey tertawa. "Haduh Yul, lo kalo ngomong disaring dulu kek." mas Rey lalu menatapku. "Jadi benar mau nikah sama Pak Bara dek?"

Aku mengangguk. Lalu nyengir. "Maaf ya mas gak bilang."

"Halah sudah gak usah sok suci. Pasti lo obral diri sama Bossgan."

"Ih. Nggak!"

"Patah hati Mas Rey dek." kata mas Rey sambil memegangi dadanya. "Pupus sudah diajak kondangan sama adek kesayangan. Eh malah dia yang dikondangin orang lain."

"Please deh kalian berdua tua-tua tapi masih aja hidupnya penuh drama. Intinya minggu ini datang ke rumah gue ya acara lamaran."

"Hah? Minggu ini?"

Trapped In Marriage (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang