Kencan

29.7K 1.9K 34
                                    

"Orang kantor gak ada yang boleh tau." ucapku saat aku dan Bara sudah ada dimobil menuju kantor. "Nanti turunin disupermarket dekat kantor aja ya."

"Jangan bi. Saya mana tega meninggalkan kamu sendirian dipinggir jalan. Laki-laki macam apa yang meninggalkan calon istrinya sendirian, mending kamu bawa mobil saya. Saya yang jalan." hatiku menghangat mendengar ucapan Bara. Inti dari ucapannya, dia peduli padaku!

"Bar, bisa gak ngomongnya gak usah pake saya-sayaan. Kaku banget. Kalo dikantor aja gitu, kalau berdua gini gak usah." usulku, sebenarnya dari kemarin aku sudah risih. Tapi karena dia nyaman dan karena dia adalah bossku dikantor. Aku hanya nurut saja. Tapi lama-lama kan tidak bisa seperti ini terus.

"Maunya apa? Sayang?" godanya sambil kembali mengerling.

"Ih bukan. Aku kamu aja." jawabku, aku melirik, dan Bara tersenyum penuh arti.

"Siap nyonya Virgian." katanya yang membuatku semakin merona. Ah Bara ini, sejak kapan dia jadi begini manisnya. Kenapa aku baru tau, kalau aku tau dari dulu aku pasti sudah suka dia dari dulu.

Suka? Eh? Cepat-cepat kuusir fikiran buruk itu. Nuraniku suka, tapi otakku selalu melakukan serangan balik. Memaksaku berfikir rasional. Bagaimana bisa aku mau-maunya saja menikah dengan orang yang belum terlalu aku kenal.

"Jadi gimana dong. Aku gak mau ada yang tau hubungan kita."

"Kamu gak perlu khawatir. Nanti saya, Emm aku, aduh kok aneh ya Bi." aku terkikik geli. Dia terlihat bingung, dan juga lucu.

"Kamu tuh kaku banget ya Bar."

"Tidak biasa soalnya."

"Sekarang biasain ya. Mau gak? Itupun kalau kamu mau. Kalau gak mau yaudah. Kan dari awal yang maksa mau nikah kamu. Bukan aku."

"Iya Bi aku mau, maaf ya." Katanya sambil menggenggam tanganku. Dia membawa genggaman kami ke atas pahanya. Aku melirik Bara yang masih fokus menyetir walaupun dengan tangan sebelah.

"Jadi gimana. Kok kepotong terus sih bahasan kita. Udah mau sampe kantor nih." Ucapku lagi.

"Nanti kalau ada yang tanya bilang ketemu dijalan. Oke?"

"Terserah deh."

Sesampainya dikantor. Aku melirik kesana kesini, memastikan keadaan aman. Besok-besok aku harus memikirkan banyak rencana supaya tidak ada yang tau hubunganku dengan Bara.

Saat aku sedang memastikan keadaan. Bara mencuri kecupan dipipiku. Aku melotot. "Bara! Nanti ada yang liat."

"Tenang, kaca mobilnya gelap kok. Tidak kelihatan dari luar." Bara kembali mengecupi pipi dan juga puncak kepalaku. "Kerja yang rajin ya. Harus fokus, jangan mikirin aku terus."

Katanya lalu turun. Aku mengusap pipiku yang dikecup oleh Bara. Pasti sekarang sudah merona merah.

Aku membiarkan Bara berjalan terlebih dahulu, lalu dengan secepat kilat aku turun. Semoga saja tidak ada yang melihatku turun dari mobil Bara.

***

Setelah masuk lantai 10. Mbak Yul dan Mas Rey sudah ada disana. Duduk sambil berbicara entah apa. "Pagi semuaaaa." teriakanku menggema. Aku menyapa satu persatu teman divisiku.

"Mbak Yul, Mas Rey. Kangen." Kataku sambil memeluk mereka sekilas.

"Lo kenapa sih dek. Ngigo ya." kata mbak Yuliza. Sedangkan Mas Rey hanya tertawa melihat tingkahku. Entah kenapa suasana hatiku pagi ini sangat baik. Aku sedang merasa sangat senang.

"Kena durian runtuh ya dek?" tanya Mas Rey.

Aku terkekeh. "Sakit dong mas kena durian." bergurauku. Mas Rey hanya tertawa renyah.

Trapped In Marriage (COMPLETED)Where stories live. Discover now