Kangen

24.8K 1.8K 17
                                    

Hari-hari tanpa Bara rasanya sepi sekali. Aktifitasku hanya sebatas pergi kekantor. Lalu pulang kerumah. Sangat membosankan, entah sejak kapan aku sudah mulai terbiasa dengan kehadiran lelaki itu.

Dan entah kenapa juga, aku masih gengsi untuk menjawab telpon atau sekedar membalas pesan singkat darinya yang mengatakan 'Selamat pagi' 'Selamat Siang' 'Selamat Malam' 'Jaga kesehatan' 'Jangan telat makan'.

Ponselku bergetar. Mama calling.

"Ya ma?"

"Dedek dimana?"

"Masih dikantor. Kenapa ma?"

"Cepat pulang. Mama ada kejutan."

"Ya ma." Jawabku langsung mematikan telpon dari mama. Aku sudah bilang kan kalau sekarang aku mulai benci dengan kejutan. Semua kejutan yang diberi adalah tentang Bara dan kekuasaannya yang bisa melakukan segala yang dia mau.

Aku segera mensilence ponsel dan menyimpan didalam tas. Aku sedang dalam mode tidak mau diganggu.

Hari ini hari jumat, aku pulang lebih awal karena memang sudah diizinkan sejak kemarin untuk tidak masuk kerja. Karena lusa adalah hari lamaran aku dan Bara.

Sebelum pulang, aku memutuskan untuk mampir ke apartemen Bara. Semua akses untuk datang ke hidup Bara sudah aku miliki saat ini. Jadi aku bisa kapanpun ke apartemen Bara.

Juga karena aku takut dengan kejutan apa yang sedang mama rencanakan lagi. Karena semua pasti menyangkut tentang Bara.

Walaupun dia jauh. Ada saja yang bisa membuatku terkejut. Rumahku sudah dihias dengan sangat mewah. Semua adalah rancangan mama ku dan Mama Sandra. Mereka benar-benar semangat mempersiapkan lamaran ini.

Tapi menurutku rasanya aneh sekali. Karena semuanya dilakukan tanpa Bara. Kenapa juga Bara masih kerja disaat lusa aku dan dia akan lamaran. Apa nanti setelah kami menikah dia akan tetap sibuk dengan pekerjaan?

Aku menenteng kantong belanjaan yang tadi sempat aku beli disupermarket. Aku mengeluarkan satu persatu makanan yang aku beli, memasukkan buah-buahan dan bahan masakan disana.

Sebenarnya aku bisa masak. Aku waktu itu mengatakan tidak bisa masak biar Bara ilfeel dan membatalkan rencana untuk menikahiku. Tapi ternyata tidak.

Aku mulai membuat puding vanilla kesukaan Bara -Yang aku ketahui dari mama Sandra-. Lalu menyimpan di dalam kulkas. Setelahnya masak mie instan untukku sendiri.

Makan malam ini aku berharap bisa ditemani Bara walau hanya makan mie instan. Atau makan apa saja barang kali lebih enak, karena makan sendirian itu terasa sangat hampa.

Aku masuk ke dalam kamar Bara. Membaringkan tubuhku di ranjang milik lelaki itu. Terasa dingin, aku menyusuri setiap sudut kasur. Mengendus bantal barangkali ada aroma Bara yang tertinggal. Sial! Aku hampir gila rasanya.

Lama aku berbaring, kantuk datang menyiksa. Aku tak lagi peduli ponselku yang mungkin saja sejak tadi berdering karena sekarang sudah malam. Dan aku belum pulang. Mama pasti panik, karena aku sama sekali tidak memberi kabar pada siapapun kalau aku akan mampir ke apartemen Bara.

Sekali ini saja. Aku mau sendiri, ditemani oleh bayang-bayang Bara.

***

Entah sudah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun dalam keadaan pusing luar biasa, karena terbangun dalam keterkejutan. Mimpi buruk menghantuiku. Dalam mimpi itu, aku melihat Bara dengan seorang gadis. Mereka pergi berjalan menuju kegelapan, aku memanggil. Namun Bara tidak menggubris panggilanku. Dia mengamit pinggang gadis itu. Memeluknya mesra, Hatiku hancur melihat dia dengan gadis itu.

Apakah ini adalah sebuah pertanda?

Aku melirik jam di Nakas. Sekarang masih pukul 03.45.

Aku harus segera bersiap-siap untuk pulang. Hari ini aku harus berada dirumah atau aku akan di goreng oleh mama bersama ikan-ikan kesukaannya.

Aku beranjak dari ranjang. Menuju kamar mandi apartemen Bara yang ada dikamar. Membasuh muka dan menggosok gigi dengan sikat gigi baru yang tersedia.

Setelah menyelesaikan kegiatanku. Aku keluar, namun langkahku terhenti ketika mendengar pintu dibuka.

"Astaga Bi. Kamu dimana sih." aku bersembunyi dibalik kamar mandi. Astaga Bara pulang sepagi ini? Apa dia pergi dengan Aras? Bukan keluar kota untuk urusan pekerjaan?

Aku masih mengintip disela kamar mandi. Dia membuka Jas dan seluruh pakaiannya. Hanya menyisakan boxer hitam. Aku menahan nafas melihat otot tubuh seksi milik Bara.

Astaga, demi ayam tetangga. Aku pengen menenggelamkan wajah di dada seksi itu. Membelai otot-otot seksi itu dengan jariku. Lalu mendekam sehari, seminggu bahkan sebulan disana.

Bara beranjak. Menuju kamar mandi! Aku langsung berlarian menuju jendela kamar mandi, untung kamar mandi ini luas. Dan untung tirai kamar mandi ini panjang. Aku bisa sembunyi dibalik tirai.

Bara membuka celananya. Astaga aku langsung menutup mataku. Rasanya sulit sekali bernafas dalam keadaan seperti ini. Kalau Bara tau aku disini. Dia pasti akan marah dan bilang aku mesum karena sudah mengintip dia mandi.

Tapi kalau aku ngintip dikit boleh gak ya? Aduh pengen ngintip. Gakpapa kali depe dulu sebelum malam pertama. Ah gak jadi lah, nanti aku bintitan!

Akhinya aku kembali bersembunyi, tidak melirik kesana lagi. Karena aku takut melihat tubuh telanjang Bara, nanti aku mau ikutan gabung dan buka baju.

Namun tak lama, jantungku berdegup kencang ketika mendengar suata teriakan Bara. Aku kira aku ketahuan!

"Cari sampai ketemu atau kalian semua saya pecat!" Bara berteriak dengan seseorang yang sedang dia telpon.

Bara nyari siapa sih? Aras?

"Bianca, kamu kemana sih." lirihnya. Sekarang aku baru sadar. Ternyata dia mencariku. Aku tersenyum dalam hati.

Bara memejamkan matanya. Dia sedang berendam di bathup dengan menyandarkan kepala.  Rasanya, aku pengen lari dari sini dan bergabung bersama Bara didalam Bathup itu. Pasti rasanya nyaman sekali dalam pelukan lelaki itu.

Astaga Bianca mesum!

Bara berendam lama sekali. Kakiku sampai pegal menunggu dia selesai. Sekitar setengah jam kemudian Bara beranjak dari bathup, menuju wastafel, menyikat gigi lalu membasuh muka.

Semua kegiatannya tak lepas dari pandanganku. Rasanya indah sekali melihat seorang Bara berjalan kesana kemari hanya menggunakan handuk. Lalu, setelahnya dia keluar dari kamar mandi. Aku bernafas lega.

Sekarang aku harus berfikir bagaimana caranya keluar dari sini tanpa ketahuan Bara. Setelah pintu kamar mandi ditutup dari luar. Aku langsung berlarian menuju pintu. Kembali mengintip. Bara ganti baju!

Aku kembali memjamkan mata. Menunggu beberapa menit sampai lelaki itu selesai memakai baju. Lalu kembali mengintip.

Aku kembali bernafas lega. Tapi aku tidak bisa keluar sekarang, Bara berbaring dengan memunggungi kamar mandi, alhasil aku tidak bisa melihat dia sedang tertidur atau masih terjaga. Takutnya dia belum benar-benar tidur dan aku akan ketahuan.

Lagi, aku menunggu sekitar 15 menit. Semoga Bara sudah benar-benar terlelap.

Dengan sangat perlahan sekali, aku keluar dari kamar mandi. Berusaha sebisaku untuk bergerak tanpa mengeluarkan suara. Langkahkupun sangat pelan. Lebih pelan dari model yang berjalan diatas catwalk.

Ketika aku sudah sampai diambang pintu. Aku melirik ke arah ranjang. Memastikan bahwa Bara tidak terganggu dan terbangun.

Bara tidak ada disana! Aku langsung terperanjat saat seseorang memelukku.

"Kamu ketahuan!" Bara membalik tubuhku. Mencium keningku, kedua pipiku, ke kedua mataku, lalu turun ke bibirku.

"Bi saya kangen, jangan menghilang lagi. Saya takut." bisiknya lalu kembali memelukku sangat erat.

Aku hanya terdiam. Syok dengan semuanya. Astaganaga! Apa yang ada difikiran Bara melihatku ada disini? Jam 4 subuh!

Trapped In Marriage (COMPLETED)Where stories live. Discover now