03 | 🥀 Cowok nyebelin ⚘

980 154 141
                                    

Menyapu pandangan keseluruh penjuru kantin, Nata mencari keberadaan Kakak dan dua teman barunya. Sekitar dua menit mencari-cari, akhirnya Nata menemukan mereka. Segera ia melangkah menuju meja yang ditempati Megan, Ina dan juga Dara. Menghempaskan pantatnya kasar di samping Megan, Nata menopang dagu dengan bibir mengerucut.

Dara tersentak, Megan tak kalah kagetnya, sementara Ina hanya menatap bingung Nata. Ketiganya bertanya-tanya, ada apa dengan Nata. Dia dari toilet, kan? Tapi kenapa pulang-pulang malah bete begini?

Meraih botol teh lalu menegaknya, Dara menikmati sensasi dingin yang mengaliri tenggorokannya. Selesai dengan itu, Dara beralih menatap Nata penuh tanya. "Lo kenapa Nat? Abis cuci muka kok malah lecek gitu?"

Menoleh menatap Dara, Nata menampilkan wajah suramnya. "Gue kesel banget sama salah satu cowok di sekolah ini," jawabnya lesu.

Sontak Ina menghentikan aksi mengunyah bakso yang baru dibelinya, lalu mendongak menatap Nata. "Cowok banyak Nat di sini, namanya siapa? Yang mana?" Sahutnya tampak tenang namun hatinya dilingkupi rasa keingintahuan.

Melepas topangan dagu, Nata beralih melipat kedua tangannya di atas meja. "Tadi gue sempet baca name tag dia, kalo gak salah namanya Bima. Entah Bima siapa, gue lupa. Bima Sakti kali!" Jawabnya dengan wajah sebal.

Mendengar nama 'Bima' Megan meninggalkan aksi menikmati nasi goreng Mba Sarah. Memiringkan badan, Megan menatap Nata dari samping. "Bima? Wah-wah! Adek gue memang hoky! Sehari pindah sekolah udah ketemu aja sama cogan," seru Megan heboh.

Bukan hanya Megan ternyata yang menampilkan ekspresi berlebihan, namun dua orang di hadapan Nata juga. Dara tiba-tiba tersedak kuah soto yang dinikmatinya, sementara Ina menganga lebar. Untung saja tak ada lalat di sini, kalau-pun sampai ada, mungkin Ina sudah tersedak seperti Dara.

Nata menampilkan wajah cengo-nya. Oke, Nata tahu kalau Bima memang tampan, dia juga awalnya terpesona pada Bima. Tapi kenapa respon mereka sebegininya? Memang siapa Bima? Kalau hanya tampan, yang lebih rupawan dari Bima bahkan sangat banyak.

"Lebay banget deh kalian tuh! Cuman Bima doang, kan?" Nata menyambar es teh Megan lalu meneguknya tanpa merasa berdosa.

Dara meletakan sempurna sendoknya pada mangkuk soto, lalu memajukan kepalanya mendekati Nata. "Astaganaga Nata, asal lo tau nih ya! Bima itu masuk jajaran para cogan SMA Garuda, dan dia cowok yang paling di-incer sama cewek-cewek di sini. Lo tuh beruntung banget Nat, belum genep sehari udah ketemu Bima," jelas Dara dengan penekanan di setiap katanya yang langsung diangguki Megan, sementara Ina hanya menyimak.

Memutar bola mata jengah, Nata menyahut. "Buntung Dar, bukan beruntung!"

Braaakkkk!!!

"Hah! Bunting? Siapa yang hamilin?" Seru Ina tiba-tiba dengan ekspresi kagetnya. Jangan lupakan tindakan menggebrak meja yang juga dilakukannya.

Nata, Megan, dan Dara kompak menepuk jidat. Sontak karena ulah Ina barusan, mereka berempat kini jadi pusat perhatian seisi kantin. Meringis, Ina menampilkan cengiran dengan jari telunjuk dan jari tengah terangkat ke udara. "Piss," katanya.

Terlalu malu, Nata memilih meninggalkan kantin. Biarkan Megan, Dara, dan Ina saja yang merasakan tatapan kesal para penghuni kantin. Dari kejadian barusan Nata menyimpulkan, Ina adalah spesies manusia lemot.

****

Berjalan tak tahu arah tujuan, Nata dilanda kebingungan. Menggigit ujung jarinya, Nata menoleh ke kanan dan kiri bergantian. Beralih menatap langit-langit koridor sekolah, Nata tampak berpikir. Menjentikkan jarinya girang, Nata menemukan sekelebat ide brilian muncul cantik di kepalanya.

Perpustakaan!

Nata melangkah riang menuju tempat penuh buku dan ilmu itu. Bukan--- Nata kesana bukan untuk belajar apalagi meminjam buku pelajaran, big no! Di sana Nata hanya akan menumpang tidur dengan membaca dia jadikan sebagai alasan. Jenius bukan?

Tepat saat melewati koridor kelas sepuluh IPS tiga, mendadak Nata menghentikan langkahnya. Dari arah berlawanan, manik cokelat Nata menangkap sosok lelaki pemilik netra hitam legam Si sumber kekesalan. Tak mau ambil resiko, Nata memilih berbalik dan membuang jauh-jauh niatnya menyambung mimpi nikah dengan Jefri Nichol.

Kemungkinan terbesar jika Nata egois dan tak membalik arah adalah percekcokan yang tak dapat dielakkan. Menyadari dirinya yang suka terpancing emosi, Nata bijak untuk kali ini. Dirasa langkahnya sudah cukup memperlebar jarak pada Bima, sontak Nata menoleh hendak memastikan----

"Heh! Berhenti looo!!!"

Mampus!

Bersikap sok pura-pura tak mendengar, segera Nata memalingkan wajah dan mempercepat langkah menuju kelas. Bima sadar kalau perempuan yang tak sengaja dia temui tadi pagi berniat menghindari dirinya. Tak mau menunda waktu, langsung Bima mengejar Nata.

Berada tepat di belakang Nata, memudahkan Bima menjangkau tangan Si cantik lalu menariknya agar berhenti melangkah. Permainan belum di mulai, enak saja main pergi-pergi. "Lo budek, atau pura-pura gak denger?" Tanyanya sarkas.

Menoleh, Nata mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Apa urusannya sih, sama elo? Kenal juga enggak," cetusnya lalu menyentak tangan Bima.

Nata menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu memutar tubuhnya sampai berhadapan dengan Bima. Lagi dan lagi Nata dengan beraninya menatap lurus netra hitam legam Bima, mengabaikan debaran jantungnya yang berdetak tak biasa setiap iris cokelatnya bertubrukan dengan manik hitam legam Bima.

"Satu lagi, jangan ganggu gue, jangan usik kehidupan gue. Muak gue liat muka lo," tambah Nata dengan lancarnya.

Bima berdecih, boleh juga keberanian perempuan ini. Memasukan kedua tangan di saku celana, Bima melayangkan tawa remeh yang membuat Nata mengernyit. "Kenapa? Lo takut jatuh cinta ya, sama gue? Lo takut terpesona lama-lama di deket gue?"

"Pfftt, hahahaaaa .... " Nata menyemburkan tawanya. Terpesona? Oke, Nata akui dirinya memang sempat jatuh pada pesona Bima, tapi itu tadi--- sebelum insiden tabrakan antara mereka terjadi.

Menampilkan wajah kesalnya, Bima menarik tangan kanannya lalu merogoh saku bagian depan seragam. Senyum Bima langsung mengembang, begitu mendapati segumpal kertas bekas contekan ulangan tadi berhasil dia genggam.

Seringai licik menghiasi wajah Bima. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas, langsung tangan kiri Bima meraih tengkuk Nata, lalu tangan kanannya bergerak memasukan segumpal kertas ke dalam mulut Nata. "Ha--- uhuk uhuk," Nata langsung terbatuk-batuk.

"Bwahahahaha .... "

Tawa puas bercampur bahagia meluncur dari bibir Bima. Saking senangnya, Bima sampai mengeluarkan air mata dengan tangan memegangi perut ratanya. Nata berang, wajahnya memerah, telinganya seakan mengeluarkan asap kemarahan. Dengan dada naik turun tak beraturan, Nata siap melayangkan semprotnya. "Looo----"

Makian Nata yang belum sempat dia luncurkan terpaksa mengambang di udara tatkala Bima lebih dulu kabur meninggalkannya. "Pulanggg sekolaaahh barennggg gueee," teriak Bima sambil menggerakan satu tangan seolah melayangkan salam perpisahan. Jangan lupakan senyum mengejek Si tampan yang membuat Nata semakin naik pitam.

Tarik napas--- buang, tarik napas--- buang. Sabar Nata, sabar. Orang sabar jodohnya tampan.

****

Geregetan? Atau mungkin masih kurang?

Partnya aku rombak besar-besaran, banyak tambahan narasi dan juga banyak dialog yang aku ganti dan aku hapus. Jika kalian menemukan komen yg terlihat aneh dan gak nyambung, maklumin aja ya...

Vote dan komennya kuy! Jangan lupa ya❤

Kalo ada typo jangan lupa kasih tau Nata ya, guys...

Instagram: novi_na18
Facebook  : Natasya tasya
E-mail       : natasya 072002@gmail.com

Tbc💕🍃

Revisi ulang, 12 April 2020.

Novi Natasya🐾🥀

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now